-Tiga-

66 7 11
                                    

Teng Teng Teng

Bel pulang akhirnya berbunyi. Ranin memasukkan semua alat tulisnya ke dalam tas. Setelah berdoa dan memberi salam kepada guru, murid-murid kelas X IPA-4 bergegas keluar kelas dan pulang menuju rumah masing-masing.

Ranin berjalan bersama Tia, mereka janjian akan pergi ke pameran buku sepulang sekolah. Saat mereka berdua sedang berjalan di tangga sambil membicarakan soal ulangan Bahasa Inggris tadi, tiba-tiba Yudhis berlari dari arah belakang lalu berdiri di hadapan Ranin dan Tia, membuat dua perempuan itu tidak bisa lewat.

"Yudhis awas dong gue sama Tia mau lewat," kata Ranin.

"Kalian mau kemana? Tumben gak pulang bareng gue, Nin," kata Yudhis sambil mengerucutkan bibirnya.

"Gue sama Tia mau ke pameran buku, mau beli buku kumpulan soal matematika. Kemarin gue sempet ngincer tu buku, isinya lengkap banget. Ada soal-soal latihan, pembahasan, bahkan cara cepat ngerjainnya pun ada. Pokoknya gue harus cepet-cepet beli buku itu sebelum dibeli orang," jawab Ranin dengan mata berbinar-binar.

Yudhis hanya menatapnya dengan malas. Memang dari dulu Ranin sangat suka dengan pelajaran berhitung, terutama matematika. Yudhis tidak mengerti apa yang membuat sahabatnya itu menyukai matematika, pelajaran yang paling dibencinya. Bahkan, mendengar kata "matematika" saja sudah membuat perutnya mules.

"Gue ikut ya, sekalian mau nyari komik kesukaan gue," jawab Yudhis dengan wajah sok imutnya setelah beberapa saat terdiam.

Ranin pun akhirnya menganggukkan kepalanya sebagai tanda bahwa ia setuju. Tia yang belum terlalu akrab dengan teman barunya itu hanya tersenyum dan tidak banyak berkomentar.

🍭🍭🍭

"Bye, Tia!" Ranin melambaikan tangannya ke arah Tia yang sedang dibonceng ayahnya menggunakan sepeda motor. Tia membalas lambaian tangan Ranin sambil tersenyum. Yudhis pun ikut-ikutan melambaikan tangannya ke arah Tia.

"Pulang yuk, Yudh. Gue capek," rengek Ranin sambil menarik-narik kecil lengan seragam Yudhis setelah Tia mulai menjauh.

"Tapi gue laper banget nih," jawab Yudhis dengan nada memelas, "makan dulu yuk disana," Yudhis menunjuk sebuah lesehan langganannya bertuliskan "Nasi Goreng" di seberang jalan.

Ranin pun hanya bisa mengangguk pasrah dan mengikuti langkah Yudhis dari belakang. Dia tidak bisa menolak ajakan itu karena sebenarnya perutnya juga sudah lapar. Ia sudah merasa kalau cacing-cacing yang ada di perutnya itu mulai memberontak.

"Bang, nasi goreng dua ya," Yudhis segera memesan makanan setelah sampai di warung lesehan tersebut. Setelah Yudhis mendapati Bang Toyib menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, ia menghampiri Ranin yang ternyata sudah duduk dan ikut duduk di depannya. Di antara mereka berdua, terdapat sebuah meja kecil untuk makan.

Ranin diam. Yudhis diam. Emak-emak yang ada di seberang meja mereka juga diam, seperti sedang memikirkan sesuatu. Tetapi Bang Toyib tidak diam, karena dia sedang memasak nasi goreng untuk pelanggannya.

Yudhis bingung karena tidak biasanya Ranin diam. Sebenarnya, Ranin memang terkenal pendiam ketika di kelas. Tetapi tidak ketika sedang bersama Yudhis. Biasanya, gadis itu akan bercerita tentang berbagai macam hal, mulai dari bakso kesukaannya sampai tukang kebun yang ada di sekolahnya.

Sekilas, Yudhis melihat tulisan "D***❤ F****" di permukaan meja yang ada di depannya. Tidak hanya itu saja, banyak tulisan semacam itu yang tergores di sana. Mulai dari curhatan alay, sindiran tidak jelas, sampai gambaran yang menurutnya tidak berfaedah. Yudhis tersenyum jail lalu mengambil tipe-x cair dari dalam tas nya.

"Lo ngapain?" tanya Ranin tiba-tiba. Yudhis hanya tersenyum sendiri melihat hasil karyanya sendiri sambil masih memegang tipe-x cairnya.

Ranin yang merasa dikacangi akhirnya penasaran dan ikutan melihat apa yang dilihat Yudhis. Ranin terbelalak ketika melihat tulisan berbunyi "Yudhis❤Ranin Forever" beserta gambar stickman seorang laki-laki dan perempuan yang sedang tersenyum sambil bergandengan tangan.

"Bagus kan?" kata Yudhis sambil tersenyum seperti anak kecil.

"Bagus apanya!? Dasar Kudhis!" gerutu Ranin. Bukannya marah, Yudhis malah tertawa mendengar sahabatnya itu meledek namanya. Ia mengerti kalau sahabatnya itu sedang badmood.

"Jangan marah dong. Ntar cantiknya ilang lohh" Yudhis mengedipakan sebelah matanya. Wajah Ranin sedikit memerah mendengar gombalan dari Yudhis.

"Tulisan ini sebagai kenang-kenangan kita berdua. Dan aku harap persahabatan kita akan langgeng selamanya," lanjut Yudhis.

Ranin hanya tersenyum mendengar penjelasan dari Yudhis. Mood nya yang semula jelek menjadi sedikit lebih baik sekarang. Ia merasa sangat nyaman ketika berada dekat dengan sahabatnya itu. Rasanya dia tidak ingin jauh-jauh dari Yudhis.

🍭🍭🍭

Ranin membuka buku matematika yang ia beli tadi siang dan mencoba mengerjakan soal-soal yang ada di buku itu sambil bersenandung pelan. Baru sekitar 10 menit mengerjakan soal, ia sudah merasa lelah. Mungkin karena ia tidak sempat beristirahat karena dimintai tolong oleh ibunya untuk membantu membersihkan gudang sepulang sekolah tadi.

Ranin menutup bukunya dan memasukkannya ke dalam tas. Tak lupa ia juga menyiapkan buku pelajaran, alat tulis, dan barang-barang yang harus dibawa besok. Termasuk payung kecil berwarna pink untuk berjaga-jaga jika saja besok akan turun hujan.

Ketika sedang merapikan meja belajarnya, secara tak sengaja Ranin melihat sebuah buku tentang "persahabatan" yang ia temukan tadi saat membantu ibunya membersihkan gudang.

Ranin membawa buku itu dan berjalan menuju tempat tidurnya. Ia pun membuka lembar demi lembar dan membacanya sambil menidurkan dirinya di kasur.

Persahabatan yang terjalin antara laki-laki dan perempuan biasanya tidak berlangsung selamanya. Karena salah satu dari mereka atau bahkan keduanya akan menyimpan suatu perasaan yang lebih dari sekedar sahabat.

Mata Ranin langsung tertuju pada tulisan di halaman 10. Ia membacanya sambil berusaha memahami apa arti dari kalimat tersebut. Dan secara spontan muncullah sosok Yudhis di benaknya. Ia bertanya-tanya, apakah suatu saat Yudhis akan menyukainya? Atau bahkan dia sendiri yang akan menyukai Yudhis?

Namun Ranin mengabaikannya. Ia tidak ingin memikirkan hal itu sekarang. Ranin pun menutup buku itu dan meletakkannya di atas meja kecil yang ada di sebelahnya. Ia menarik selimutnya yang bergambar Hello Kitty, dan menutupi sebagian tubuhnya agar tidak kedinginan. Ranin memejamkan matanya dan bersiap untuk menjelajah ke alam mimpi.

🍭🍭🍭

Hallo, author balik lagii. Pasti udah pada kangen yaa😚 *ditimpuk readers* Kali ini author nulis ceritanya lebih panjang nihh sesuai saran dari namsaPCY. Maapkan kalo ceritanya ngebosenin. Maklum, author baru kali ini bikin cerita di Wattpad😆. Jangan lupa vote dan comment nya ya! Thanks!💕

Stay Be My Best FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang