-Etsuko-
Suatu hari kala Etsuko berumur 10 tahun. Ketika salju pertama turun di bulan desember Etsuko masih teringat akan seorang pria berpakaian serba perak datang ke rumahnya, menghancurkan acara pesta ulang tahun, membuat bocah itu diseret ke kamar Toshio, kakaknya.
"Apa yang terjadi?" Tanya Etsuko. Toshio langsung menunduk, mengalihkan sorot mata yang sebelumnya menilik orang asing dari balik pintu sehingga sekarang mendarat dalam gelapnya manik milik adiknya, sedangkan Adiknya- Etsuko menatap dirinya dengan kerutan di wajah.
Toshio paham maksud tatapan itu dan ia pun bertanya-tanya siapa si Silver Man yang telah mengganggu momen spesial ini--pesta Barbeque di musim dingin--sebagai kado ulang tahun dirinya sekaligus pesta perpisahan karena sebentar lagi ia akan meninggalkan rumah dan pergi ke universitas besar di Tokyo.
"Sabarlah adikku. Ayah sedang kedatangan seorang Tamu," hanya itu yang dapat ia katakan pada adiknya. Padahal ia pun sama penasarannya dengan Etsuko.
"Bagaimana jika tamu itu tak kunjung pulang? Aku sudah menahannya daritadi namun aroma barbeque buatan Ibu sangat sangat menggoda!" Sungut Etsuko, barangkali telah setengah jam ia menahan godaan aroma daging panggang yang menggelitik nafsu makannya. Terlebih lagi, entah karena apa ia dan Toshio sama-sama tak ingin menunjukkan eksitensi di hadapan Pria asing bergelagat aneh, sama anehnya dengan pakaian perak ketat yang ia kenakan. Sesekali ia mengelus perut datarnya sembari berbisik,
"Sabarlah, kita hanya menunggu sebentar lagi, kok."
Seolah ada seseorang di dalam sana yang sedang Ia hibur dan Toshio tak bisa mengabaikan betapa konyol tingkah kelaparan Adiknya.
"Hey, tidak mungkin si Silver Man itu akan berlama-lama disini, kau tak perlu khawatir. Sepertinya sebentar lagi ia pasti akan pulang,"
Toshio kedengaran ragu, Etsuko pun tak percaya. Sekonyong-konyongnya Dia menyusul kakaknya yang sedang mengintip di celah pintu. Meniru sikap tubuh si kakak, dan kini kepalanya berada di bawah kepala Toshio. Dari sini ia dapat memperhatikan Silver man sedang berhadapan dengan Ayah sambil memangku sebuah koper perak berukuran kecil. Dalam tiap runtutan pembicaraan serius kedua Pria di meja tamu tiba-tiba Silver Man menyadari dua kepala yang menatap lekat ke arahnya dari celah pintu, matanya memergoki dua saudara yang sedang mengintip. Etsuko dan Toshio yang telah ketahuan pun enggan menyembunyikan rasa malu mereka yang terlanjur kepalang basah. Dengan wajah lugu Etsuko malah saling bertukar tatap dengan Silver Man membuat Pria berambut putih itu gemas dengan mata bulat yang kian penasaran dari bocah 10 tahun itu. Ketika Pria itu hendak beranjak menghampiri ke dua bersaudara Nakagawa, tubuh Ayah mereka bergerak cepat menghalang dirinya, tidak mengizinkan dirinya mendekati kedua putra Kesayangan Lelaki itu.
Tampak mereka seperti sedang bercakap namun Etsuko maupun Toshio sama sekaki tak dapat mendengar percakapan mereka yang terhalang oleh punggung Ayah.
Silver man protes, ia berontak untuk sekedar menilik dua bersaudara itu dari sebalik bahu Ayah, Kemudian ia melambaikan tangan menyapa.
"Hallo."
Begitu yang dapat Etsuko terjemahkan dari gerakan Sepersekian detik bibir Pria itu. Ajaibnya, waktu seolah tersedot kala itu seakan diserap oleh Bibir milik Silver Man. Benda merah tipis itu merekah indah melebihi kelopak sakura yang kontras dengan wajah pucatnya dan itulah yang membuat Silver Man tampak lebih cantik bahkan dari senyuman Megumi Akihiko-- anak perempuan paling cantik di sekolah.
Detik demi detik berikutnya pula Etsuko merekam bagaimana bibir itu meliuk, mendecap, berbisik di udara tanpa suara dan tiada sepatah kata yang dapat dicerna oleh sel-sel otak Etsuko. Kalimat Pria itu masih menggantung di udara, hingga kini kepenasaran Etsuko pun belum dapat meraihnya.
Sementara itu Toshio merasa curiga akan keberadaan Silver Man. Seolah Dejavu, dari cicitan hati kecilnya mengatakan ia pernah bertemu dengan Silver Man di suatu tempat. Kini, bayang ketakutan diam-diam merayap dalam hatinya. Ia merasakan sebuah firasat buruk akan kedatangan Pria itu yang secara tiba-tiba namun sejenak kemudian ia raib dalam rengkuhan gumpalan salju di seberang jalan. Lantas tanpa sadar tungkainya lemas, pandangannya buram dan tubuhnya menggigil. Malam itu Toshio tiba-tiba ingin mengunci dirinya di kamar saja. Tak pernah ada lagi yang namanya Pesta ulang tahun dirinya yang ke-18 tahun.
Keesokkanya , sambil menggosok-gosokkan telapak tangannya Etsuko berdiam diri depan rumahnya sambil menatap kosong perkarangan yang kini diselimuti salju. Ia terheran-heran, bahkan jejak Silver Man telah hilang disana, kenapa wajahnya masih membekas dalam benaknya.
Sampai ia tumbuh menjadi seorang remaja laki-laki pun dirinya masih ingat momen malam itu. Malam yang seminggu kemudian Toshio berada di rumah terakhir kali. Ia telah pergi ke Tokyo, untuk menjadi seorang saintis-- Etsuko masih ingat kata-kata kakak lelakinya itu hingga sekarang, Setelah 4 tahun Toshio meninggalkan rumah dan tak pernah kembali. Orang tuanya pun melewati hari-hari sepi dengan muram. Tak ada kehangatan lagi di tahun-tahun terakhir di rumah mereka. Putra bungsu satu-satunya yang berada di sekitar mereka pun menjadi terabaikan karena terlalu sibuk merindukan putra sulung mereka yang tak kunjung pulang bahkan sejenak bertukar kabar.
Pernah suatu kali Etsuko bertanya tentang Toshio yang konon berada di Tokyo, orang tua mereka hanya berkata Toshio baik-baik saja di Tokyo. Sayangnya, Etsuko yang telah remaja bukan seperti Etsuko yang masih kanak-kanak dan mudah dikelabuhi. Ia sama sekali meragukan Orang tuanya. Semenjak Toshio pergi orang tuanya pun berubah. Untuk mengembalikan lagi keluarganya seperti sedia kala, Etsuko yang berumur 16 tahun pun nekat kabur dari rumah serta meninggalkan sekolahnya demi menjemput Toshio ke Tokyo. Dalam secarik kertas pula, pesan singkat dari Etsuko berjanji kepada orang tua mereka ia akan kembali bersama Toshio. Suatu hari nanti. Selanjutnya kertas tersebut ia letakkan di atas nakas samping tempat tidurnya.
Meski Megumi Akihiko gadis yang ia sukai mengatakan ia gila, memperingatkan bahwa Tokyo bukan kota yang ramah, serta mati-matian memrbujuk Etsuko agar tetap tinggal di kampung mereka, semuanya sia-sia karena tekad Etsuko tetap bulat, padat dan sekeras baja, sehingga tak mudah dihancurkan oleh peringatan seperti itu. Dengan tiket dan uang seadanya hari itu pula sejarah mencatat bahwa Etsuko meluncur bersama Kereta gantung tercepat. Berharap ia akan menemui Toshio dan membawanya pulang, tak luput pula harapan kecil di sudut hatinya agar ditemukan kembali dengan Silver Man karena ada banyak hal yang harus ia tanyakan kepada Pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEN
Ciencia FicciónTerdampar di dunia paralel. Meloncat satu per satu dimensi. Bagi Arne, mencicipi aroma kematian bukanlah hal yang pertama kali. Dia berpindah ke alam yang tak ia ketahui. Terkukung disana hingga ia berhasil mengatasi sang ajal itu sendiri. Rimba sem...