Bonus chapter kesatu hadir, bonus chapter "VLOG : NANYA DONG" bakalan menyusul nanti ya!~
Happy Reading!♡
●●●
○10 tahun kemudian,
Tangan Jinyoung dengan terampil mengganti baterai alat berwarna hitam di tangannya. Sementara adiknya, Seonho menatap benda kecil tersebut keheranan.
"Mahh... Kok Seonho ngga pake alat kayak Kak Jinjin, sih?" tanya bocah berumur lima setengah tahun itu keheranan.
"Kan Mama udah pernah bilang, Seonho ngga perlu pakai alat bantu kaya Kak Jinjin," jawab Minhyun sambil meletakkan tiga potong ayam goreng di piring Seonho. Dan meletakkan sepiring spaghetti di depan Jinyoung.
Tapi Seonho belum puas, bocah kecil itu menjawil lengan Jinyoung, "Itu nama alatnya apa Kak?"
"Hearing-Aid," jawab Jinyoung patah-patah sambil mengaduk-aduk spaghetti di piringnya. "Kenapa?"
Iya, Jinyoung menderita Hearing-Loss atau kehilangan pendengaran. Itu sebabnya sampai usia lima tahun Jinyoung belum lancar berbicara. Saat usianya 3 5 tahun Jinyoung melakukan operasi pemasangan implan pada telinganya agar bisa mendengar dengan lebih baik.
Sekarang setelah kurang lebih 10 tahun berlalu Jinyoung mulai bisa berkomunikasi dengan cukup baik.
"Oh, gitu. Soalnya waktu Woojin kemarin ke sini dia nanya yang ditelinga Kak Jinjin itu apa," jelas Seonho.
"Jadi, gimana tadi sekolahnya?" tanya Minhyun kepada kedua anaknya.
"Asyik!" jawab Seonho ceria. "Tadi aku gambar ayam, Ma. Terus mencocok jerapah. Terus belajar tambah-tambahan. Terus aku makan tini wini biti, terus makan nyam-nyam, terus makan lays-"
"Ho, sebenernya tujuan kamu ke sekolah itu buat makan apa sekolah sih?" tanya Minhyun sambil tertawa.
"Ngg... apa ya, Ma?" tanya Seonho ragu-ragu.
"Ya buat sekolah, sayang," jawab Minhyun lalu menyubit hidung Seonho gemas.
Seonho mengangguk-angguk sambil menambahkan 3 potong ayam lagi ke piringnya. Walaupun masih duduk di bangku kelas 1 SD, porsi makan Seonho nyaris dua kali lipat porsi makan Jinyoung yang sudah kelas 1 SMP.
"Kalau Jinjin gimana sekolahnya?" tanya Minhyun lalu menoleh ke arah Jinyoung yang asyik bermain handphone. "Kalau lagi makan taruh dulu handphone nya, Jinjin."
Iya sampai sebesar ini, Minhyun masih tetap memanggil Jinyoung dengan sebutan 'Jinjin'.
Jinyoung meletakkan ponselnya lalu berkata, "Biasa. Pelajaran."
Minhyun mengerutkan dahinya. Nggak biasanya Jinyoung jadi diem kaya gini.
"Lagi ada masalah ya, Jin?" tanya Minhyun lembut lalu mengusap-usap jemari Jinyoung.
"Nggak," jawab Jinyoung datar lalu bangun dari meja makan. "Aku kenyang, Ma. Mau tidur."
"Lho, ngga di makan dulu spaghettinya?" tanya Minhyun.
Jinyoung menggeleng dan berjalan menuju kamarnya.
"Kenapa sih si Jinjin kok badmood terus?" tanya Minhyun heran.
●●●
Jinyoung menatap surat di depannya dengan sebal. Seharusnya dia bisa mengikuti kejuaraan renang, mewakili sekolahnya, dan membawa pulang setidaknya medali perak.
Perkataan Pak Taemin dan Pak Minho terus menerus terulang di pikirannya.
"Seandainya kamu bukan seorang tunarungu kamu pasti saya pilih untuk lomba ini. Lomba ini tidak mengizinkan orang seperti kamu untuk ikut berlomba di sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
If You ↬Minhyunbin [✔] (republished)
أدب الهواة❝If i could have one more night, i would stay by your side.❞