Ketika gue menemukan sosok baru dalam hidup, di situlah gue merasa harus menentukan pilihan.
----------
"Kamu duduk dengan Melany, Gam?" sebuah pertanyaan terlontar dari mulut guru yang tengah berdiri di mejanya sambil menatap Melany dan Agam bergantian.
"Kan ibu bisa lihat sendiri. Pake nanya lagi." timpal Agam datar melirik Melany sesaat, kemudian kembali menatap ke depan yang langsung mendapat pelototan dari Bu Dian.
"Heh, kamu kalo ngomong sama guru yang sopan!" bentak guru paruh baya dengan tangan yang menunjuk ke arah Agam.
"Kan saya hanya jawab bu. Nanti kalo gak dijawab, ibu kira saya cuekin--"
"Diam kamu!" tegur Bu Dian lagi, "kamu itu di bilangin malah jawab!" guru itu menggeleng-gelengkan kepalanya kesal.
Agam diam. Kepalanya perlahan tertunduk. Matanya melirik ke arah Melany yang duduk disampingnya. Dilihatnya gadis itu yang tersenyum geli melihat adegan perdebatan yang baru saja disaksikannya.
"Heh, Agam! Saya lagi bicara sama kamu! Kamu mendengarkan tidak?"
Agam mengarahkan bola matanya ke arah guru itu yang sedang berjalan mendekat ke arahnya. Agam tetap diam.
"Kamu kalau di tanya jawab, Agam!"
"Saya tadi disuruh diam. Ibu gimana sih?"
Sebuah tarikan paksa yang begitu mengagetkan Agam, menyentuh daun telinganya begitu saja.
"Auwwhh, sakit bu." ringis Agam pelan. Seisi kelas tertawa lepas melihatnya, begitu juga Melany.Bu Dian belum melepaskan telinga Agam yang sudah memerah karena jewerannya, "Anak-anak! Jangan contoh siswa seperti Agam. Tidak sopan seperti ini, mau diberi hukuman apa kamu? Bersihkan toilet? Lari keliling lapangan futsal sepuluh kali? Bantu guru--"
"Eh ibu! Saya mau dikasih hukuman ngerjain dua bab deh bu, janji. Besok selesai." sahut Agam dengan dua jarinya yang membentuk huruf V.
"Eh?" Bu Dian melepaskan tangan kanannya dengan cepat yang masih setia menempel di telinga Agam, "tumben kamu. Biasanya siswa nakal seperti kamu tidak mau dihukum seperti itu?" guru itu nampak berpikir.
"Baik, Melany, kamu saya izinkan tidak ikut mata pelajaran saya, dan silakan bantu Agam mengerjakan tugasnya sekarang di perpustakaan." ujar guru itu tersenyum menatap Melany di hadapannya.
Mata Melany nyaris keluar dari tempatnya. Ia kaget dengan apa yang barusan guru itu ucapkan, "s..saya bu?" ucap Melany dengan suara yang bergetar.
"Iya, hukuman ini juga dimaksudkan untuk memberi kamu pelajaran atas sikap kamu kemarin." ujar Bu Dian mantap sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
Melany terdiam sesaat. Ia mengingat-ingat kejadian sebelumnya yang terjadi antara ia dan guru itu. Sedetik kemudian, ia tersenyum kecut, "I..iya bu."
----------
Melany mendekap buku-buku mata pelajaran fisika di dada menggunakan tangan kirinya. Tangan kanannya menggenggam kotak pensil berbentuk lingkaran itu. Ia berjalan dibelakang cowok tinggi nan gagah yang juga mendapat hukuman, sama seperti dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suitable
Teen FictionBukan perasaan berharap, atau Bukan perasaan saling merindu. Bukan perasaan ingin memiliki kembali tetapi juga bukan saling menunggu.