Ketika kamu memberikan perhatianmu untukku, maka kamu seakan mengundangku kembali hadir dalam hidupmu.
-------------
Melany menatap pantulan dirinya dalam cermin di hadapannya. Ia bersiap ke sekolah. Rambutnya dibiarkan terurai bebas, wajahnya yang cantik sedikit dilapisi make up dan bibirnya yang indah diolesi lipgloos warna nude yang sangat cocok untuk penampilannya hari ini.
Perhatiannya menjadi teralihkan ketika benda pipih warna silver diatas kasurnya berdering.
Tuuttt! Tuuttt!
Melany membalikkan badannya. Tatapannya penuh tanda tanya. Siapa yang masih pagi seperti ini repot mengiriminya pesan?
Melany berjalan mendekati kasurnya dan duduk di tepi kasur yang bermotif bunga-bunga itu. Ia meraih ponselnya yang menyala dengan cepat dan menampilkan nama pengirim pesan di layarnya. Mata Melany membulat sempurna ketika melihat nama si pengirim pesan. Nanta. Ya, cowok itu lagi.
Karena penasaran, ia langsung mengetikkan password ponselnya dan membuka aplikasi whatsapp. Ia yakin dapat melihat dengan benar, dan ia tak salah baca dengan apa yang Nanta kirim.
Nanta Arsenio : Gue jmpt skrg ya?
Mata Melany nyaris keluar dari tempatnya diiringi mulutnya yang membentuk huruf O. Sedetik kemudian, ia menepuk jidatnya kesal.
"Ngapa sih ni orang?" ujar Melany kesal. Ia mengacak-acak rambutnya yang sudah rapi hingga seperti orang gila. Benar-benar berantakan.
Ia mematung sesaat, lalu melihat ponselnya kembali. Ia berniat untuk tidak menjawabnya. Namun, setelah berdebat cukup lama dengan hati kecilnya, akhirnya Melany menjawab pesan dari Nanta.
Melany Alessandra : Gak usah! Gue bs brngkt sendiri.
Send.
Melany terdiam menatap jendela kamarnya. Ia sudah menunggu selama lima menit. Cewek itu berharap Nanta membalas pesan darinya. Namun, Melany ingat akan sesuatu. Nanta adalah cowok yang tidak suka berbicara banyak lewat sosial media. Cowok itu lebih suka ketika berbicara langsung. Ah, Melany jadi yakin bahwa Nanta tidak akan menjawab pesannya.
Karena sudah cukup kesal dan ditambah lagi jam di hadapannya sudah menunjukkan lukul 06.20, Melany memutuskan untuk segera berangkat ke sekolah. Ia tidak berniat mengecek ponselnya lagi, apakah ada pesan masuk dari Nanta atau tidak. Cewek itu segera membereskan bukunya yang berserakan di atas meja belajaranya, memasukkan alat tulisnya ke kotak pensil warna putih dan tak lupa memasukkan ponselnya pula ke dalam tas warna abu-abu nya. Ia memang menyukai warna abu-abu dan putih. Baginya, tanpa dua warna itu, dunia tidak akan indah.
Melany menggendong ransel putihnya itu ke punggungnya, kanan dan kirinya. Ia berjalan santai ke arah pintu kamar, membukanya perlahan, dan segera keluar. Tak lupa ia menutup pintunya kembali. Gadis itu dengan cepat menuruni tangga rumahnya yang meliuk-liuk.
Ketika sampai di bawah, matanya mulai celingak celinguk mencari keberadaan adiknya, Arka. Sedetik kemudian, pupilnya membesar. Ia baru ingat jika setiap hari Senin dan Selasa, adiknya akan berangkat lebih awal dari dirinya. Mama dan papanya juga berangkat ke kantor lebih pagi. Jadilah Melany merupakan orang yang meninggalkan rumah terakhir kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suitable
Teen FictionBukan perasaan berharap, atau Bukan perasaan saling merindu. Bukan perasaan ingin memiliki kembali tetapi juga bukan saling menunggu.