"Berhenti! Stop right there! Jangan berani kamu mendekat!" (tangan Odelia mengarahkan agar tidak mendekat),
"Apa sih? Kamu bisa apa hah?! 4 lawan 1! kamu itu kalah jumlah, gak perlu melawan, nikmatin aja, ya gak guys?", (perlahan ke 4 lelaki itu berjalan mendekat menuju Odelia seraya menyeringai),
"Kalian gila, hah? Kalian tau gak saya siapa? Kalian tau gak?! Jangan ma-",
"Banyak omong kamu!", satu tamparan keras di pipi Odelia,
"Gak ada yang bisa mendengarmu. Ini pelabuhan bongkar muat khusus cranes, gak akan ada yang dengar kamu!", kemudian mereka semua tertawa, kecuali Odelia yang mencoba mencari jalan keluar untuk lari,
Odelia hanya bisa mengaduh kesakitan dan ketakutan, ke 4 lelaki itu mendekat dan kemudian memulai merobek gaun Odelia secara paksa, kedua tangan Odelia dibentangkan ke samping kanan dan kiri, sementara pita suara Odelia sudah tidak mampu membuat bunyi. Tangisan Odelia sudah tidak terdengar lagi, hanya bibir Odelia yang mampu membentuk kata 'Tolong'. Odelia sempat berfikir menjatuhkan dirinya ke danau didekat pelabuhan itu. Tengah malam itu, Odelia mencoba berteriak meminta tolong tanpa suara karena pita suaranya mungkin sudah tidak berfungsi saat itu, sementara 4 manusia beringas mengeroyok tubuh mungilnya hingga Odelia tidak bersuara atau mencoba berteriak lagi. Tatapan kedua mata Odelia seperti tidak bernyawa, seakan-akan ke 4 manusia beringas itu sedang bermain dengan manekin.
Dini hari itu, Odelia berjalan pulang dengan merintih, memakai gaun yang sudah compang camping, wajah penuh darah karena kepalanya yang dibentur ke pinggir salah satu crane besar, pelipis mata yang bengkak akibat tonjokkan, bibir mungilnya yang sobek. Pada malam itu, Odelia sudah kehilangan harta satu-satunya yang wanita miliki. Odelia sudah berharap mati ditempat, tapi hati kecilnya berkata ia harus pulang, ayahnya pasti mencarinya kemana-mana, dia tidak ingin membuat ayahnya khawatir, karena saat ini, ia hanya tinggal bersama ayahnya, hanya Odelia yang ayahnya miliki. Tanpa sadar, akhirnya Odelia jatuh pingsan didepan supermarket kecil hingga akhirnya ditemukan oleh seorang lelaki berpakaian jas hitam mengangkat tubuh mungilnya dan membawanya masuk ke mobil hitam besar.
"Bagaimana bisa Odelia hilang dari penglihatan kamu?! Tolol sekali! Kamu tau kan dia harusnya jadi tanggung jawab kamu?! Kenapa bisa dia hilang dan kamu gak tau?! Atau kamu komplotan manusia-manusia brengsek itu?! Jawab saya!",
"Maaf, tuan. Saya benar-benar tidak tahu kemana nona Odelia pergi, karena saya menjawab panggilan tuan untuk menemui ibu-"
"Ibu Elsa? Jangan asal bicara kamu, Toni! Saya tidak pernah-"
"Sudah, Rob. Gak baik teriak-teriak disini, ini rumah sakit. Kasian Odelia",
"Kamu akan berurusan dengan saya, lihat kamu nanti. Sampai terjadi sesuatu dengan Odelia, kamu yang akan mati ditangan saya", bodyguard itu kemudian mengangguk dan keluar ruangan.
"Gimana kalo nanti terjadi sesuatu sama Odelia? Saya gak bisa, Lione. Saya gak bisa tanpa dia, dia belum bangun daritadi, Lione",
"Dia kekurangan darah, dan ini baru 6 jam sejak dia masuk UGD, tunggu saja, Rob. Saya yakin dia anak yang kuat, kamu juga harus kuat", ucap Lione, adik kandung dari Robyn.
Robyn Dirgantara merupakan salah satu pemilik 3 pelabuhan cranes terbesar di Indonesia, dan pemilik 20 diskotik besar di 5 kota besar di Indonesia, salah satunya Jakarta. Sedangkan Lione Dirgantara, adik kandung Robyn, pemilik saham terbesar di salah satu perusahaan Jepang di Indonesia. Robyn merupakan pemilik Media Dirgantara Indonesia Group. Anak semata wayang Robyn, Odelia Dirgantara Putri merupakan anak semata wayang dari Robyn dengan Alm. Sulistiawati Putri, ibu Odelia yang sudah meninggal dunia karena bunuh diri. Odelia merupakan mahasiswi lulusan S1 di Hult International Bussiness School. Odelia baru saja menyelesaikan kuliahnya tahun ini, dan sudah 1 minggu berada di Jakarta.
YOU ARE READING
RIGHT HERE
Teen FictionWARNING!! +17 ============= Malam itu mengubah segalanya. Apa yang harus aku lakukan? Apa yang sudah terjadi? Apa yang aku lupakan?