Finding Jiraiya

3.7K 303 11
                                    

Character
Name: Haruka Hikari
Age: 15 years old
Eyes colour: Ametis
Skill: Fuuinjutsu, Kenjutsu, Iryo ninjutsu, Hyoton (main elemen), Katon, Raiton

Naruto belonged to Masashi Kishimoto

This story is yaoi, if you are a homophobic or anti yaoi please don't read. Be smart reader. I don't accept flames, but a good input and reasonable comment is welcome :)

'Hello'.......Thinking
"Hai".......Talking

AN: Mulai dari chapter ini future Naruto dipanggil Haruka, dia mendapat ingatan Haruka dan tanpa sadar sifatnya jadi terpengaruh oleh sifat asli Haruka yang lemah lembut, jadi harap maklum jika sifat Haruka berbeda dari Naruto. Usia character disini tidak sesuai Canon karena menyesuaikan cerita. Well selamat membaca^Δ^

A month later

"Haru, kapan kau akan menemui ayahmu? Kita sudah mengintainya sejak kemaren sore, tapi kau belum menemuinya. " Kata Tomoe. Saat ini Haruka dan Tomoe sedang berada di sebuah penginapan tempat Jiraiya menginap di Kusagakure. Seminggu setelah Naruto terbangun ditengah hutan, dia mendapatkan seluruh ingatan Haruka dan mulai menjalani hidupnya sebagai Haruka. Meskipun ia masih memiliki ingatan mengenai masa depan sebagai Naruto, namun ia merasa bahwa ia yang sekarang adalah Haruka, sedang kehidupannya sebagai Naruto bagaikan suatu mimpi yang panjang. Akan tetapi Haruka juga tak ingin masa depan mengerikan itu terulang lagi, ia berjanji akan berusaha untuk mencegahnya dengan sekuat tenaga.

Tomoe merasa jengah dengan Haruka yang bersikap seperti remaja ababil. Dia terus termenung di dalam kamar penginapan tanpa mau menemui Jiraiya. Alasannya karena dia belum siap bertemu dengan Jiraiya, karena bayang-bayang kematian Jiraiya masih terngiang di ingatannya. Ada juga sebagian dari dirinya yang merasa takut jika Jiraiya tidak mau mengakuinya sebagai anak. Untuk alasan pertama, Tomoe masih bisa menerima. Tapi alasan selanjutnya Tomoe merasa tidak habis pikir. Karena Haruka mempunyai bukti berupa surat yang ditinggalkan oleh ibunya untuk Jiraiya, serta gelang yang pernah Jiraiya berikan untuk Ibunya. Kedua benda itu ada didalam sebuah tas bersama dengan beberapa gulungan yang berisi harta dan jutsu-jutsu peninggalan klannya yang berhasil diselamatkan oleh ibunya dulu.
Haruka menghela nafas, "Aku tahu Tomoe, tapi aku masih belum siap untuk menemuinya sekarang. Setidaknya beri aku waktu sampai malam nanti."
"Huft, baiklah. Tapi kau harus benar-benar menemuinya malam ini. "
"Hai, wakatta desu"

Malamnya setelah makan malam, Haru keluar dari penginapan untuk mencari Jiraiya, sedangkan Tomoe (yang berubah menjadi rubah kecil seukuran seekor tupai dewasa) berada di dekapannya. Ia menemukannya sedang mabuk-mabukan di sebuah bar bersama beberapa orang wanita cantik. Saat memasuki bar, banyak orang yang memandangnya dengan pandangan aneh karena pakaiannya yang overdress.
"Konbanwa, Jiraiya-sama" sapanya sambil membungkukkan badan saat ada di hadapan Jiraiya.
Jiraiya menatap nya dengan pandangan menilai, "Hm, siapa sebenarnya kau ini anak muda? Aku tidak merasa pernah mengenalmu"
"Anda memang belum mengenal saya Jiraiya-sama, saya tahu ini kurang sopan, tapi kalau boleh saya ingin berbicara di tempat yang lebih nyaman berdua dengan anda" jawab Haruka sambil memperlihatkan gelang milik ibunya yang ia kenakan di pergelangan tangan kanannya.
'Gelang itu... ' pikir Jiraiya. "Baiklah kalau begitu, ladies maafkan aku tapi aku harus pergi bersama dengan si cantik ini" Kata Jiraiya sambil mendekat ke arah Haruka, dan kemudian membelikan cengiran terbaiknya pada para wanita tadi. Kemudian Jiraiya mengajak Haruka ke sebuah restaurant keluarga.
Jiraiya memesan sebotol sochu dengan edamame. Sedangkan haruka memesan ocha dan wagashi .
"Sekarang katakan, siapa kau ini? Dan kenapa gelang itu ada padamu? " Tanya Jiraiya dengan nada tidak bersahabat. Jujur saja entah mengapa ia merasa familiar dengan pemuda ini, tapi logikanya memintanya untuk selalu waspada dan curiga.
"Hajimemashite, watashi wa Haruka desu, Haruka Hikari. Anata wa kodomo." jawab Haruka dengan tegas.
"Apa maksudmu, bagaimana mungkin kau anakku? Jangan bercanda, aku bertanya padamu bagaimana kau mendapat gelang itu!" seru Jiraiya dengan suara keras.
"Gelang ini merupakan peninggalan Haha, Nanami Hikari. Ini adalah bukti bahwa yang saya katakan adalah benar" Kata Haruka sambil memberikan sebuah amplop. Jiraiya dengan pandangan penuh curiga mengambil amplop itu. Amplop yang tersegel dan hanya dapat dibuka dengan chakra dari penerimanya. Di dalamnya, terdapat dua buah kertas dan selembar foto. Jiraiya memeriksa foto itu, terlihat gambar seorang wanita cantik berambut coklat dengan mata terpejam mendekap seorang bayi berambut putih dan bermata ametis, wanita yang ia kenalo sebagai Nanami dan balita yang ia yakini adalah pemuda di hadapannya ini.

#fotonya seperti ini, tetapi bayinya berambut putih, bermata ametis ~¤~ fotonya saya dapat dari google#

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

#fotonya seperti ini, tetapi bayinya berambut putih, bermata ametis ~¤~ fotonya saya dapat dari google#

Jiraiya kemudian melihat dua kertas lainnya. Kertas pertama berisi hasil pemeriksaan dari rumah sakit yang menunjukkan Nanami positif hamil. Kertas berikutnya adalah sebuah surat dari Nanami. Surat yang menceritakan perjalanan hidup Nanami sebelum akhirnya ia jatuh sakit dan waktunya tak lama lagi. Surat yang menceritakan mengenai Haruka, buah cinta mereka. Tanpa terasa air mata Jiraiya menetes, Nanami satu-satunya wanita yang ia cintai selain Tsunade, yang ia kira telah meninggal bersama hancurnya Uzushio, ternyata selama ini masih hidup. Meskipun saat ini dia telah meninggal. Nanaminya yang begitu lembut dan penyayang. Ya tuhan, kenapa dia baru mengetahuinya sekarang? Kenapa oa begitu bodoh dan tidak mencari keberadaan Nanami terlebih dahulu? 'Oh Nanami, maafkan aku, aku terlalu bodoh maafkan akuv pikir Jiraiya.'
Haruka yang melihat Jiraiya terpuruk dalam kesedihannya pun merasa tak tega. Ia berjalan ke sebelah Jiraiya, kemudian memeluknya.
"Daijobu yo Ciciue, Haha sama sekali tidak menyesal bertemu denganmu. Hingga akhir hidupnya, Haha selalu tersenyum dan tertawa mengingatmu, karena itu Ciciue, naite wa ikenai"
Jiraiya terkejut saat mendapat pelukan dari seorang pemuda yang ia yakini merupakan putranya. Hatinya menghangat mendengar perkataan putranya itu.
"Arigatou" Kata Jiraiya sambil balik memeluk putranya dengan erat. Tomoe yang menyaksikan seluruh kejadian itu hanya terdiam dari tempatnya di atas kepala Haruka.
______

Pagi hari ini Jiraiya lewati seperti beberapa hari belakangan. Setelah bangun ia menghabiskan waktunya dengan menatap wajah putranya yang ada dalam dekapannya. Ya semenjak kejadian malam itu, Jiraiya meminta putranya untuk tidur bersamanya. Ia ingin menghabiskan banyak waktu bersama putra kecilnya (menurut Jiraiya) itu. Setelah mengetahui kebenaran tentang putranya, ia menjadi overprotective. Karena menurutnya putranya itu terlalu naif, terlalu baik dan sopan. Sama seperti ibunya dulu. Apalagi setiap pergi kemanapun putranya selaluvmenjadi pusat perhatian, banyak orang-orang yang menatap putranya seolah-olah ingin memakannya. Jiraiya mendengus, 'yang benar saja, putraku terlalu baik dan tidak ada seorangpun yang pantas bersanding dengan putraku. Jika ada yang berani mendekat lihat saja, aku tidak akan tinggal diam' "hahaha"
"uhh Ciciue, kenapa tiba-tiba tertawa keras pagi-pagi begini? "
"Iie, nan demo nai yo, Ouji-chan. Sudah pagi, ayo bangun dan bersiap-siap, hari ini kita akan sarapan di sebuah restoran tradisional yang terkenal disini"
"Hai" Jawab Haruka dengan wajah tidurnya yang terlihat sangat menggemaskan di mata Jiraiya.
'Ugh, putraku benar-benar sanagt menggemaskan' batin Jiraiya sambil mendekap putranya secara tiba-tiba. Tomoe, yang tertidur di samping kepala Haruka, membuka satu matanya dan memilih untuk mengabaikan kejadian absurd yang selalu terjadi setiap pagi itu 'Dasar orang aneh' pikirnya melihat tongkah Jiraiya.

TBC

Jiraiya's SonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang