3. Surprise

14.1K 531 11
                                    

Setelah berkutat selama satu jam diperjalanan karena macet akhirnya aku dan Ramon sampai di kediaman keluarga Praditya, rumah besar dan mewah bergaya minimalis. Rumah yang penuh dengan kehangatan yang selalu aku rindukan, home sweet home.

Sudah lumayan lama juga aku gak berkunjung kerumah hampir dua bulan, walaupun jarak antara apartemen dan rumah tak begitu jauh tapi karena kesibukanku dikantor yang membuatku jarang untuk pulang.

"Mamiiiiiii, Rara pulang," teriakku saat membuka pintu rumah.

"Biasa aja keles, lo teriak mulu kaya ibu-ibu lagi nawarin jualannya dipasar," kata Ino, cowok dengan wajah blasteran yang menghampiriku dan langsung memelukku.

"Ih, Ino mah gitu banget ama gue. Kangen kan lo ama gue," ucapku pede.

"Iya, kangen buat ngerjain lo," balasnya berhigh five dengan Ramon.

Ah, pada belum tau ya Ino neh sapa? Ino tuh adik Ramon satu-satunya, anak bungsu dari keluarga Praditya Hutama. Nama lengkapnya Alvino Kelvin Praditya. Gue sama keluarga dirumah biasa manggil dia Ino. Umurnya 17 tahun. Anaknya cakep, baik, walau rada nyebelin. Ya sebelas duabelas lah sama Ramon. Sekarang dia duduk dikelas tiga SMA, tinggal beberapa bulan lagi Ino lulus. Tapi yang aku suka dari Ino tuh, dia overprotective banget sama aku, selalu ngejaga aku walaupun aku lebih tua darinya. Dia sayang banget sama aku karena gak punya saudara perempuan. Dan begitu aku jadi saudaranya, Ino senang banget, bosan katanya kalo cuma sama Ramon,gak asyik, ngebosenin. Itu ngebuat aku bener bener senang berada dikeluarga ini, gak ada yang ngebedain aku. Aku benar benar diterima dikeluarga ini.

"Mami mana No?" tanya Ramon.

"Ada, dibelakang. Dah ditunggu lo berdua daritadi sama Mami, langsung kebelakang yuk,"

Nah, si Ino ini gak peduli walaupun beda jauh umurnya sama Ramon, dia gak pernah manggil Ramon kakak. Ngomongnya selalu pake elo-gue, padahal sering banget dinasihatin sama Mami supaya bicara yang sopan sama yang lebih tua, tapi gak di anggep sama Ino.  Sampai Mami capek sendiri dan akhirnya ngebiarin Ino buat tetap bicara seperti itu karena Ramon juga gak pernah mempermasalahkannya.

Aku, Ramon dan Ino berjalan beriringan menuju halaman belakang rumah.

"Sayang, Mami kangen banget sama kamu. Udah lama kamu gak main kesini, mentang mentang sekarang dah jadi sekretarisnya big boss ya," Mami memelukku, mencium pipi kanan dan kiriku. aku membalas memeluk Mami dengan manja.

"Iya Mami, Rara juga kangen. Ramon tuh Mi, ngasih kerjaannya gak tanggung tanggung sampe kadang aku lembur dikantor Mi," aduku yang membuat Ramon mendelikkan matanya.

"Eh, enggak kok Mi. Jangan percaya sama Rara. Lebay neh anak," Ramon merangkul leherku erat, membuatku sulit bernafas.

"Ramon, lepasin Rara. Kamu kebiasaan deh," Mami mencubit lengan Ramon, membuat Ramon mengaduh kesakitan dan melepaskan aku.

Sementara Ino menahan tawa melihat kami. Kayanya emang yang paling waras tuh Ino diantara kita bertiga.

"Ayo pada duduk, ngobrolnya lanjutin ntar aja Papi udah lapar neh nungguin kalian daritadi," kata Papi yang sedari tadi diam memperhatikan tingkah kami, akhirnya buka suara.

Aku tersenyum dan mengecup pipi papi sekilas, kemudian mengambil tempat disebelah Mami dan papi.

"Mam, tumben neh mami nelpon nyuruh kita berdua datang. Ada apaan sih mam?" tanyaku penasaran.

"Ada yang mau mami kenalin sama kamu. Ntar lagi orangnya datang,"

"Emang siapa Mam?"

"Surprise buat lo sugar," kini giliran Ramon yang menjawabku.

Aku cemberut karena tak ada satu orang pun yang mau memberitahuku siapa mistery guest ini.

Tak lama kemudian, aku mendengar langkah kaki yang mendekat ke arah kami berlima. Mami lebih dulu bangkit dari duduknya dan menyapa orang tersebut sementara aku masih asyik melanjutkan makan.

"Hai sayang, akhirnya kamu datang juga. Mami mau kenalin kamu sama anak perempuan Mami. Rara, sini dong princess," panggil mami yang membuatku membalikkan badan kearahnya dan orang tersebut.

Hah!!!!

Aku gak salah liat kan. Aku mengucek mataku dan kembali melihatnya. Senyum memudar dari mulutku begitu aku mengetahui siapa yang berada didepanku.

Dia... Dia kembali, seseorang yang tak pernah kuharapkan bertemu dimasa depan sekarang berada dihadapanku. Didepan mataku.

"Hai," sapanya tersenyum manis mengulurkan tangan kepadaku.

Senyum itu, senyum mengerikan yang selalu menghantuiku saat SMA, saat saat yang paling ingin kulupakan dalam hidupku.

Aku terdiam dihadapannya, tak membalas uluran tangannya membuat semua orang yang berada disekitarku menoleh heran.

"Sugar, lo kenapa? kok tampang lo jadi aneh gitu? Kenalin ini Marcella, calon istri gue," kata Ramon merangkul pinggang perempuan itu.

JEDER.......

Ucapan Ramon bagaikan petir yang menyambarku. Sukses membuatku menatapnya horor.

Dia, calon istri Ramon????

CALON ISTRI??????

C-A-L-O-N I-S-T-R-I ???

Demi apa dia jadi calon istrinya Ramon???

Sejak kapan???

"Lo becanda," kataku tertawa garing

"Sayang, kamu ini bicara apa? Marcella ini beneran calon istrinya Ramon, dia bakal jadi kakak ipar kamu dan Ino," tambah Nami membuat badanku terasa lemas seketika.

Ino yang berdiri disebelahku dengan sigap menangkap tubuhku agar tak jatuh.

Papi, Mami dan Ramon terlihat bingung dengan sikapku.

"No, anterin gue kekamar. Kepala gue pusing,"

"Mami, Papi, Rara kekamar ya, mo istirahat," pamitku yang hanya diangguki kepala oleh Papi dan Mami.

Oh My God...

Kenapa dari sekian banyaknya wanita di bumi ini, Ramon memilih dia untuk menjadi pendamping hidupnya?

Kenapa harus dia sih?

Memangnya gak ada apa yang lebih cantik daripada dia?

Siapapun terserah, mantannya Ramon yang dandanannya menor lebih aku sukai atau yang dadanya sebesar melon pun gak apa apa, asalkan jangan dia.

Hilang sudah semuanya, kehidupanku yang menyenangkan, aku akan merindukanmu, benar benar merindukanmu.

Arghhhhhh, Bumi telan saja aku sekarang.

Aku gak mau bareng lagi sama dia.

good bye my good life

WELCOME TO THE HELL

@@@@@

baca ceritaku yang lain ya

-cinta terlarang

-three love

You???Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang