14. Ketahuan

8.9K 393 7
                                    

Udah seharian ini aku main petak umpet sama Tommy. Bukan dalam arti main yang sesungguhnya,karena sebenarnya aku lagi menghindari Tommy.

Mulai dari di apartement,sampai tadi dikantor aku terpaksa bersembunyi di kolong meja saat Tommy menemui Ramon dan kembali bersembunyi di toilet hingga jam pulang kantor . Fiuh,aku benar benar capek.

@@@@@

Untung aja sekarang udah jam pulang kantor,Ramon sudah pulang duluan karena dia masih harus mengambil cincin pertunangan yang dipesannya jauh hari.

Setelah aku yakin keadaan di kantor sudah cukup sepi,aku beranjak dari tempat persembunyian dan bergegas masuk ke lift yang baru saja terbuka.

Tanpa memperhatikan orang lain yang berada didalam,aku langsung masuk dan mengeluarkan ponselku,mengirim sms pada Toby supaya menjemputku karena aku sedang malas untuk naik taksi.

Aku sekarang kan jadi pacarnya Toby,walaupun terpaksa sebenarnya. Jadi aku harus memanfaatkan setiap kesempatan yang aku punya sebaik-baiknya. Termasuk meminta Toby menjemputku,menjadikannya supir pribadiku. Haha,Rara kamu memang pintar.

"Baru pulang?"tanya orang disebelahku.

Aku hanya menganggukkan kepalaku,tanpa menoleh ke arahnya karena aku masih fokus dengan ponselku.

Suaranya familiar  banget,siapa ya?

"Jadi,kenapa seharian ini kamu ngehindarin aku. Masih marah soal nasi goreng kemarin?" tanyanya lagi.

Deg.

Aku menolehkan kepalaku dengan cepat.Mampus,kenapa aku bisa satu lift dengan Tommy sih?

Percuma dong daritadi aku ngumpet di toilet,kalau akhirnya ketemu dia juga. Ck,nyebelin banget sih hidup gue.

"Tiara,jawab pertanyaanku. Kamu masih marah?"tanyanya lagi dengan suara yang penuh penekanan.

Ugh,kayanya Tommy lagi marah ya. Serem banget suaranya.

Aku hanya menunduk,tak berani melihat matanya yang menatapku tajam seperti elang yang sedang mengintai mangsanya.

"Tiara!!!" serunya mulai marah. Tommy mencengkram bahuku kuat membuatku meringis kesakitan. Ia mendorong tubuhku hingga punggungku terbentur ke dinding lift dan mengurungku dengan kedua tangannya yang besar.

"Tommy,sakit,"rintihku pelan.

Tapi Tommy tak memperdulikannya. Ia masih mencengkram erat bahuku yang aku yakin akan meninggalkan bekas merah disana.

"Tiara jawab aku!!!"Tommy kembali mengguncang bahuku.

Mataku mulai memanas,dan mengeluarkan cairan bening di sudut mataku. Pandanganku mengabur karenanya.

Aku takut. Aku tak pernah melihat Tommy marah seperti sekarang.

"Hiks...hiks,"senggukan kecil mulai terdengar dari mulutku.

Mami...Kenapa sekarang Rara jadi cengeng gini sih!! Apa susahnya coba jawab pertanyaannya Tommy,hiks.

Hiks,efek galaunya kok masih ada sih!!!  Jadi susah kan akunya buat bicara.

Tommy yang melihatku menangis langsung melepaskan cengkramannya dan memelukku."Tiara,maaf. Aku udah nyakitin kamu  ya sayang. Aku gak bermaksud seperti itu. Aku cuma kesel karena kamu seharian ini ngehindari aku. Aku stres gak lihat wajah kamu sehari sayang."

Aku hanya diam dalam pelukannya tak membalas perkataan Tommy.

Tonmy bilang stres tadi karena nggak lihat wajahku seharian? Boleh nggak aku berbangga diri sekarang?

You???Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang