Tiga:terbayang masa lalu

80 17 0
                                    

Prilly POV
Aku menatap kosong pintu didepanku, rasanya sakit dibadanku ini tidah ada apa-apanya dari rasa sakit hatiku.

Aku tersenyum kecut, mana mungkin Ali peduli denganku. Setelah hari itu dia hanya menganggap aku orang asing.

Aku kembali memikirkan kejadian di kamar mandi tadi dimana dia terkejut melihatku.

"Prill, prilly" Ali memegang daguku dan medoakan wajahku menatapnya.

Dia membeku, dan diam hanya melihatku tanpa bicara. Aku hanya menatap mata tajam itu sendu. Wajah yang sangat aku rindukan akhirnya ada di depanku, sedekat ini.

Aku tak bisa berkata-kata terlalu banyak pertanyaan yang ingin kutanyakan tapi rasanya lidahku kelu. Aku terus menjerit dalam hati tapi tak ada kata-kata yang keluar dari mulutku.

Ali melepas tangan daguku dan berjalan keluar meninggalkan aku yang binggung dengan sikapnya.

"Kak Ali tunggu" aku megejarnya dan memegang lengannya. Dia diam tampa berbalik.

"Ayo ke UKS lu sakit perlu diobatin" katanya dingin dan melepaskan tanganku dari lengannya. Berjalan tampa memperdulikanku yang kewalahan mengikutinya, kepalaku pening, bibirku perih.

Dia berjalan masuk dan aku mengikutinya.

"Duduk. Tunggu di sini nanti petugas UKS kesini" katanya lalu berbalik pergi meninggalkan aku sendiri di dalam UKS.

Aku menahan sesak didaku, sakit. Melihat dia tidak lagi memandangku dengan lembut, mencecarku dengan berbagai pertanyaan dan menungguku saat aku terluka.

Tapi serakarang jangankan menunggu menatapku saja dia sepertinya tidak sudi.

Aku mendengar suara langkah kaki mendekat kemari. Pintu dibuka. Seorang laki-laki tersenyum dan mendekat ke arahku.

"Kamu kenapa, kok bisa begini" katanya memegang wajahku yang penuh luka karna dibully Natasha dan genknya. Aku hanya meringis ketika dia menekan kapas ke sudut bibirku. Perih.

"Gak papa kok kak" kataku. Sambil terus meringis menahan sakit. Dia mengambil obat merah dan mempelester jidatku yang lecet karna Natasha menjedotkan kepalaku ke tembok.

"Dah selesai, kamu istrahat ya disini. Jam terakhir dikit lagi selesai dan kamu boleh pulang" katanya.

Dia membereskan peralatanya. Dan memasukannya kedalam kotak, aku diam tidak menjawab. Dan memperhatikan dia dengan lekat.

"Kalo gitu aku bakal balik kekelas, oh ya nama kamu siapa, aku Vino" dia mengulurkan tangan ke arahku.

"Prilly" kataku sambil menjabat tanganya.

Vino tersenyum dan melambaikan tangan sambil menutup pintu. Ruangan ini kembali sepi. Aku benci sendiri karna kesendirian hanya membuatku terbayang masa lalu, masa lalu yang indah yang dulu pernah ku lewari bersama Ali.
 
                🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
Bel pulang akhirnya berdering. Aku bangun dan berjalan ke kelas mengambil tasku, aku berjalan pelan melewati gerbang. Keadan sekolah sudah lengang karna jam pulang sudah lewat lama.

Aku terus termenung menatap ke luar jendela, mobil terus melaju tanpa ku sadari sudah berhenti berjalan

"Udah sampe neng" suara mang Diman membuyarkan lamunanku.

"Iya mang" aku masuk dan langsung masuk ke kamar, rumah tampak sepi. Mungkin mami masih belum pulang dari butik.

Aku merebahkan diriku dikasur tanpa menganti bajuku, rasanya kepala ku pening sekali.

handponeku berbunyi, aku mengangkatnya. Ternyata Mila yang telpon.

"ya Mil-" belum sempat aku menyelesaikan bicaraku Mila sudah memetong.

"Prill, lu kemana sih, gue nyariin lu tadi. Gue khawatir tahu, lu ga balik sehabis dari toilet" Mila terus bicara tanpa memberiku kesempatan membalas, dasar anak ini.

"Tungguin gue ngomong dong Mil, gimana mau ngomong kalau lu nyerocos terus" Mila tertawa.

"Iya-iya kalau gitu jelasin sekarang"

"Tadi pas gue ke toilet gue dijegat sama Natasha dan genknya, ya terus dia nuduh gue ngaduin dia bolos ke bu Selly. Dan ya gue gak ngakulah orang bukan gue yang ngadu. Terus dia nampar sama jengut rambut gue,  gue gak bisa ngelawan karna di pegangin sama Rina dan Deli" jelas ku panjang lebar.

"Whattt, dibully sama Natasha" aku menjauhkan telpon dari telinggaku.

"Biasa aja dong, jangan teriak segala sakit nih kuping gue"

"Abisnya gue kesel sama mereka, dasar cabe-cabean bisanya main kroyokan. Awas aja gue bakal bales mereka" kata Mila mengebu-gubu.

"Gak usahlah Mil, kita jangan bales kalo kita beles berarti sama aja sama mereka" kataku mencoba menenangkan Mila yang emosi.

"Lu tuh teralu baik tau gak, gemes gue. Ya udah lah yang penting lu gak kenapa-napa. Terus gimana sama mereka, mereka kabur abis ngebully lu terus pergi gitu aja. Pokoknya gue gak terima, kita harus aduin mereka ke bu Selly" Mila masih mengerutu.

"Mereka udah dibawa kok ke bu Selly sama kakak kelas yang nolong gue pas di toilet" kataku.

"Kok lu gak ngomong sih, lu ditolongin terus siapa yang nolong lu Prill?"

"Tadi gue mau cerita tapi lu udah marah-marah aja, yang nolong gue kak Ali sama temen-temennya"

"Berutung banget lu ditolong sama mareka, ih gue jadi mau ketemu mereka. Ngiri deh gue sama luh prill"

"Iya mereka baik, gue turup ya Mil gue mau mandi dulu"

"Ih lu jorek deh belum mandi, ya udah bay"  teleponpun teputus.

Aku bangun dan dan berjalan ke kamar mandi. selesai mandi aku duduk dimeja belajar dan menulis diaryku.

25 oktober 2017

Hari ini aku ketemu Ali. Dia sangat berbeda dari Ali yang dulu, aku merasa asing dengannya. Dia dekat tapi tak bisa kugapai. Kangen dengan masa kecil dulu, saat kami masih bersahabat. Dulu tidak seeumit ini rasanya aku tak ingin pernah menjadi dewasa.  Aku berharap bisa bersama seperti dulu lagi. Semoga tuhan mendengar do'a ku. Amin.
 

Aku menutup buku ku dan menatap foto kami bertiga saat kecil dulu, aku mengusapnya dan mencium foto itu.

Ku rebahkan kembali badanku dan menutup mata.

'Ali ayo kejar aku' anak kecil perempuan itu terus berlari dan tertawa bahagia

'Aku tangkep kamu, kamu mau lari kemana' anak lelaki itu menankap anak perempuan tadi dan mengelitikinya.

Hahahaha. Suara tawa mereka saling bersahutan.

'Ampun-ampun hahaha ge-li Ali' gadis kecil itu memohon

Akhirnya mereka duduk di bawah pohon besar sambil bercanda tawa. Kecerian sungguh tergambar di
wajah keduanya.

'Ali nanti kalo udah besar maukan tetap disamping Prilly' gadis kecil itu menatap anak laki-laki itu.

'Iya Ali bakal terus jagain Prilly, kamu juga janji ya terus sama Ali kalau besar nanti' mereka mengaitkan jari kelingking mereka dan tersenyum.

Aku menghela nafas, mimpi itu adalah kenangan indahnya bersama Ali. Mereka sudah berjanji untuk bersama, maka dari itu aku aku akan berjuang mengembalikan Ali yang dulu.

KenanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang