T I G A

13 0 0
                                    


Dan malam ini aku pulang kerja agak larut malam barengan dengan tutupnya Klinik, dikarenakan akhir bulan karena aku  harus mengerjakan serangkaian pembukuan dan membantu menghitung stok obat di apotek untuk laporan akhir bulan. Hari biasa aku pulang jam 4 sore tapi tak berlaku untuk akhir bulan.

Seperti hari ini tidak Cuma aku, mbak Endang dan mbak Ratna juga sama karena kita semua satu tim kerja. Jam sembilan akhirnya kita menyudahi kerjaan walaupun laporan belum di print. Besok pagi saja yang penting laporan sudah selesai diedit semua. Mbak Ratna dijemput sama suaminya dan mbak Endang dijemput sama pacarnya.

Jangan tanya saya dijemput siapa? Beginilah nasib jomblo selalu sendiri. Insyaallah besok-besok yang njemput suami bukan pacar, Amin.

Malam ini saat aku pulang agak berbeda dengan malam sebelumnya di karenakan sehabis hujan dan jalan licin dan sunyi, banyak orang yang lebih menghabiskan waktu bersama keluarga dirumah dari pada diluar.

Setengah perjalanan tiba tiba motorku agak berat jalannya dan kulihat ban motor  belakang kempes.
“Ya Allah, mana kempes lagi.  Mana masih jauh lagi rumahku.”

Kulihat jam tanganku mau menunjukkan jam sembilan malam dan jalanan sangat sepi. Lebih baik malam ini kalau bisa segera diperbaiki daripada besok pagi aku telat masuk kerja gara-gara harus ke bengkel dulu.

“ Ya Allah lindungi hamba dari orang orang jahat. Dan semoga masih ada bengkel yang buka malam hari.”
Kutuntun sepeda motorku menyusuri jalanan yang hanya diterangi lampu jalanan kota.

Tiba tiba ada motor berhenti disamping motorku, serasa mengikutiku. Perasaanku bertambah tidak karuan.

“ Kenapa motornya?” tanya seseorang kepadaku.

Kulihat seseorang memakai
jaket kulit dengan helm menutup mukanya. Hatiku tambah deg degan takut orang jahat. Sambil berdoa di dalam hati akhirnya aku menjawab,

“Ban belakang kempes kayanya kena paku, Mas.”

Akhirnya dia mematikan dan menstandar motornya dan berjalan mendekatiku tanpa melepas helmnya.

“ Seratus meter didepan ada bengkel, biasanya masih buka. Kamu pakai motorku saja biar saya yang menuntun motormu.”

“Gak Mas, terima kasih. Biar saya saja yang menuntun motor saya sendiri.”

“Terserah, biasanya jam segini banyak anak laki laki yang tongkrongan di depan”.
Sambil berlalu laki laki itu meninggalkanku sambil naik ke atas motornya.

Akhirnya aku ragu ragu.
“ Eh Mas, boleh deh bantuannya.”
Akhirnya dia turun lagi dan menghampiriku sambil menyerahkan kunci motornya.
“Untung aku pakai motor temanku, coba kalo aku pakai motor sendiri apa kamu bisa pakai motorku?”
Aku menyerahkan kunci motorku dan berkata dalam hati, "Nih, orang ikhlas gak sih nolongin".

“Aku nitip tas aku soalnya berat kalo aku ndorong motor sambil nggendong tas. Hati hati didalam tas ada laptop sama berkas berkas perusahaan."

Aku menerima tas ransel dia dan memakaikan di punggung sambil menyalakan motor dia dan menjalankan motor dengan pelan.

“Udah, kamu jalan aja gak usah nungguin aku nuntun motor. Ntar seratus meter sebelah kanan jalan ada bengkel, kamu tunggu aja disitu."

Akhirnya aku berjalan duluan memakai motor dia dan meninggalkan dia menuntun motorku. Sampai juga aku dibengkel dan Alkhamdulillah masih buka.

“Jangan tutup dulu ya Pak, motor saya kempes lagi didorong dibelakang.” Kepada pemilik bengkel.

Sambil menunggu motorku dateng aku membeli air mineral dingin karena pasti dia sangat kelelahan. Ada perasaan ragu dan bimbang apakah orang yang kutemui tadi benar-benar ingin menolongku atau ....Astghfirullahal’adzim kenapa aku bisa berfikiran buruk tentang orang yang ikhlas menolongku.  Kulihat samar samar akhirnya dia datang menuntun motorku  dan langsung menyerahkan ke pemilik bengkel.

“Eh mas, kirain siapa yang ndorong motor?” kata pemilik bengkel.

“Ya Pak. Ban belakang bocor sepertinya kena paku.”
Sepertinya antara laki laki itu dengan pemilik bengkel sudah mengenal.

Dan kulihat dia berjalan mendekatiku dan duduk di kursi sebelahku, dan kulihat peluh memenuhi keningnya. Sambil kuserahkan air mineral, aku juga menyerahkan beberapa helai tisu. Dan kulihat dia melepas helm yang selama ini menutupi wajah. Setelah meminum habis air mineral dia mulai mengusap wajahnya yang keringatan karena lelah mendorong motor. Akhirnya aku bisa melihat wajahnya. Ditebak dari mukanya seperti usia tiga puluhan.

Akhirnya aku serahkan tas ransel dia yang dititipkan dan kulihat dia mengambil ponsel ditas dan mengecek ponselnya.

PENANTIAN  PANJANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang