E M P A T

9 0 0
                                    

"Malam malam perempuan keluar sendirian?" tanya dia tanpa melepaskan ponselnya.

" Ya Mas. Habis pulang dari kerjaan. Tadi banyak banget kerjaan di kantor karena harus menyelesaikan laporan akhir bulan."

Setengah jam kemudian akhirnya motorku selesai dan aku pun membayar ongkos kepada pemilik bengkel. Dan mulai menyalakan motorku dan kulihat dia juga sama menyalakan motornya.

" Rumah kamu mana? Masih jauh gak?" tanya laki laki itu.
"Bentar lagi nyampe. Belakang supermarket ABC."

"Ya udah aku duluan, hati hati." Sambil menoleh ke arahku dan pamitan kepada bapak bapak di bengkel,

"Mari Pak pulang dulu"
"Monggo Den" sahut pemilik bengkel.

Tak lupa aku mengucapkan terima kasih sama laki laki itu." Mas, terima kass...."

Tapi ternyata dia sudah melesat pergi dengan motornya.
Akhirnya aku pamitan sama pemilik bengkel." Pamit dulu Pak, terima kasih banyak."

"Sama sama neng hati-hati di jalan ." kata pemilik bengkel.

Akhirnya jam setengah sepuluh kurang aku nyampe di rumah. Seperti biasa si rumah selalu sendirian. Aku rebahkan badanku yang cukup lelah. "

Alkhamdulillah akhirnya aku bisa selamat sampai rumah. Untung ada dia yang nolongin."

Selesai mandi dan sholat isya aku rebahkan badanku di tempat tidur. Sebenernya masih banyak yang harus aku kerjakan di rumah tetapi karena mata yang tidak biasa diajak kompromi akhirnya aku menyerah daripada aku harus ketinggalan sholat malam.

Ryan pov
""Sialan, aku pulang kerja sudah telat malah ketambahan harus tukeran motor sama Syaeful. Kalau bukan sahabat aku sendiri aku tidak mau memakai motor butut dia. Gara-gara dia lagi kepincut sama karyawan yang baru kerja di perusahaanku, Syaeful langsung tebar pesona pakai jurus nganterin pulang. Aishh mau-maunya aku seorang pemilik perusahaan yang biasa pakai mobil atau pakai motor keluaran terbaru tinggal ngambil di perusahaan sendiri eh sekarang malah pakai motor butut syeful mau pedekate cewe gak modal. Awas besok bulananmu aku potong." Gerutu Ryan sambil mengendarai motor sahabatnya.

Kulihat didepan tampak seorang perempuan dengan susah payah sambil mendorong motornya karena ada trouble dengan motornya.

"Ah bodo amat kenal juga enggak ngapain aku bantuin." batin Ryan.

Antara bimbang dan ragu akhirnya aku menghampiri dan menolong perempuan itu, mendorong motornya menuju bengkel Pak Akhmad yang biasanya jam segini masih buka. Sengaja aku minta tukeran motor biar dia bawa motor Syaeful.

Entah perasaan darimana aku begitu mempercayakan motor itu kepada dia, apalagi dengan mudahnya aku malah minta tolong biar dia membawakan tas ranselku yang berisi laptop, berkas-berkas perusahaan dan beberapa cek perusahaan yang belum sempat aku cairkan dengan nominal yang tidak sedikit. Aku juga tidak tahu kenapa timbul rasa kepercayaan setelah melihat seraut wajah perempuan yang tak begitu jelas karena gelapnya malam yang cuma diterangi lampu jalan yang temaram.

"Kalau bukan perempuan mungkin aku tidak akan menolongnya."

Lumayan capek juga mendorong motor mungkin aku jarang olahraga karena kesibukanku mengurus perusahaan. Dan akhirnya aku sampai juga di bengkel dan kulihat perempuan itu sedang menungguku dengan sebotol air mineral di tangannya.

Aku duduk disamping dia dan meminum air yang disodorkan kepadaku. Dia juga memberiku beberapa helai tisu untukku. Akhirnya aku bisa melihat wajahnya dengan jelas.

"Lumayan juga wajahnya, perempuan manis tampak dewasa dari raut mukanya. Aishh kenapa aku jadi berlebihan kaya gini, aduh jangan-jangan sudah ketularan virusnya ipul nih. Ingat aku masih ada ikatan dengan wanita pembawa sial itu, aku tidak boleh berangan-angan lebih dengan perempuan yang sekarang disampingku." Gerutu Ryan dalam hati.

Untuk mengusir perasaan yang tidak menentu aku mengambil ponsel di tas ranselku.

"Aduh aku lupa kalau malam ini aku harus menemaini adik perempunku untuk datang ke pernikahan sahabatnya. Sekarang sudah jam sembilan lebih, pasti aku kena marah."

Hampir bersamaaan dengan selesainya motor aku langsung pamitan pulang kepada pak Akhmad dan perempuan itu.

PENANTIAN  PANJANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang