L I M A

18 0 0
                                    

Pagi ini aku sengaja berangkat lebih pagi karena semalam belum sempat mencetak semua laporan akhir bulan yang akan kuserahkan kepada pimpinan Klinik yang tak lain adalah dokter Rizal.

Baru juga jam tujuh pagi pasien sudah hampir memadati ruang tunggu pasien bahkan ada yang menunggu di teras mushola Klinik. Tetapi entah kenapa sosok Dokter Rizal belum datang padahal waktu sudah menunjukkan hampir jam delapan.

Dan pagi ini Nita datang kepadaku dengan terburu buru dan wajah cemas.
“Nis, gawat hari ini Intan tidak bisa masuk karena anaknya sakit. Dan barusan dokter Rizal sms aku kalau beliau datangnya telat karena mobilnya menyerempet pengendara motor.”

“Astaghfirullahal’adzim. Tapi dokter Rizal tidak apa apa kan? Tanyaku.

“Insyaallah dokter tidak apa apa cuman yang pengendara motor  luka lecet agak serius. Sama dokter Rizal lagi dibawa kesini.”

“Ya syukur kalau begitu. Ta, kamu informasikan kepada pasien kalau dokternya agak telat soalnya lagi ada keperluan jadi pasien diharap menunggu sekitar setengah jam lagi. Insyaallah entar kalau kerjaanku sudah selesai, aku bantuin kamu di tempat praktek dokter."

“Oke, makasih ya?” Sahut Nita berlalu pergi.

Anisa cuma mengangguk dan tersenyum.
Sudah setengah jam berlalu akhirnya aku selesai mengumpulkan berkas berkas data pasien yang berobat hari ini. Aku akan meletakkan di meja praktek dokter Rizal untuk mempermudahkan dokter Rizal dalam menangani pasien. Selama menuruni tangga menuju lantai satu kulihat dokter rizal memasuki ruang pemeriksaan sambil memapah pasien yang mungkin korban serempetan dokter tadi pagi. Tak kulihat muka pasien yang tampak hanya punggung seperti seorang laki laki yang dipapah dokter dan dibantu Nita yang tampaknya kesusahan berjalan karena kakinya yang cedera.

Setelah sampai di ruang pemeriksaan tampak dokter rizal yang baru saja keluar dari ruang pribadi yang bersebelahan dengan ruang praktek, kemungkinan pasien sengaja ditaruh di ruang tersebut agar lebih mudah untuk diobati.

Setelah meletakkan semua berkas data pasien tiba tiba dokter rizal memanggilku.

“Nis, saya minta tolong dibantu ya? Pasien yang didalem tolong dibersihkan lukanya setelah itu ditutup pakai kasa. Dan saya akan menulis resep obat terus kamu tebus di Apotek ya? Maaf sebenarnya ini bukan kerjaan kamu tapi mengingat Intan hari ini tidak masuk dan saya harus memeriksa pasien yang sudah mengantri banyak di depan. Entar kalau sudah agak longgar saya akan ke ruangan sebelah untuk memeriksa sendiri.”
“Baik dok. Tidak apa apa karena kerjaan saya sudah selesai.”

Yah, memang ini bukanlah kerjaan aku karena harus turun langsung kepada pasien. Tapi memang untuk membantu membersihkan luka pasien aku sering ikut membantu karena aku belajar kepada perawat disini kalau ada waktu senggang. Itung itung belajar menambah pengalaman.

Akhirnya aku menyiapkan semua keperluan dari larutan pembersih, kasa, plester, antiseptik dan tak lupa sarung tangan. Dan aku berjalan menuju ruang pribadi dokter. Dan dokter bersama Nita sudah mulai memeriksa pasien yang sudah menunggu sejak setengah jam yang tadi.

Ku buka pintu dan kulihat seorang laki laki yang sedang duduk ditempat tidur dengan posisi menghadap tembok yang tengah sibuk dengan ponselnya. Entah kenapa aku tidak asing dengan jaket yang dipakai dengan laki laki itu.

Degg....sempat kaget setelah melihat mukanya.
         

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 22, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PENANTIAN  PANJANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang