4. Puisi Kalbu

70 9 2
                                    


Yang lebih menyakitkan dari sebuah cinta adalah ketika dia dengan sengaja menjauh dari kita.

-----------------------------------------------------------


Sekitar pukul 12 rombongan Nusa Bangsa kembali ke sekolah mereka. Sedangkan aku pergi ke kelas untuk mengikuti pelajaran selanjutnya.

Setelah sampai di depan kelas ku ketuk pintu dengan sopan karena sepertinya guru pengajar telah berada di kelas. Terdengar sahutan dari arah dalam yang menyuruhku untuk masuk, kudorong pintu tersebut sambil mengucap salam sebagai tanda hormat.

Setelah mencium tangan guruku aku pun langsung duduk di bangku kuhela nafas dengan berat dan bertanya kepada teman sebangkuku.

"Dew pelajarannya udah sampe mana?" Tanyaku pada dewi teman sebangku ku yang paling kutu buku di kelas orangnya cantik, rajin, dan pinter.

"Di suruh bikin puisi sama ibu Reni." Jelas dewi.

Ibu reni adalah guru bahasa indonesia. ibu reni ini termasuk ibu yang gaul loh. Buktinya ibunya paham sama kata kata kids zaman now dan apalah itu.

"Oke deh" kataku.

Setelah diberi waktu kurang lebih 20 menit kini tiba saatnya membacakan puisi hasil karya anak anak XI-2 mereka di panggil satu persatu sesuai absen teratas. Seisi kelas dibuat ngakak sama hasil absurd puisi mereka dan yang paling gokil adalah giliran Adam jagonya bikin puisi dikelas, orangnya ini suka usil dan selalu berkata puitis. Kira kira begini bunyinya,

Kunyit oh kunyit....
Tubuhmu kuat tidak berkarat......
Terjerat berasama hati yang lewat....
Dengan lara yang terikat.....

BuahPena-ADAM

Sontak seisi kelas pun tertawa mendengarnya. Tidak tau bisa di katakan sebagai puisi cinta ataupun tidak yang jelas dalam benak mereka bahwa puisi ini benar benar gila bahkan seoonggok kunyit saja bisa di jadikan puisi.

"Gila siadam lagi jatuh cinta lu dam?" Celetuk reno dengan diselingi tawa.

"Biasa jiwa muda berkobar heheh." balas adam dengan meringis.

"Berkobar apa, terbakar iye lu" kini giliran fifi yang menyahut.

"Sudah sudah sekarang giliran Rara kamu maju." Tunjuk bu reni sambil menengahi.

Rara pun maju kedepan unuk membacakan puisi karyanya yang ditulis dengan segenap perasaannya,

Rasa ini hadir disetiap detiknya.
Disetiap hembusan nafasnya.
Dan disetiap aliran darahnya.
Namun, benci ini
Timbul dirongga dada.
Mengisi ruang hampa .
Dan, menghempaskanku tanpa tanya.

Dear🥀

Suara merdu Rara behenti  dan di gantikan aura kekaguman seisi kelas. Benar - benar penuh penghayatan yah mungkin itulah yang mereka fikirkan saat ini.

Rara pun kembali duduk di bangkunya dan di hadiahi tepuk tangan ringan dari teman temannya.

"Gilaaa sumpahh puisi lo pake penghayataan banget buatnya dan keren banget , iyakan nis?" Cerocos fifi sambil menyikut lengan nisa untuk meminta pendapatnya.

Sedangkan nisa hanya manggut - manggut aja etdahhh ini orang No ekspresiff  Nisa ini di kelas juga sering di bully bukan karena kaya Ijul, nisa ini orangnya pinter kok tapi terlalu lugu jadi kalo dikelas sering di jadikan sasaran empuk.

Padahal ayahnya tentara tapi mereka gak takut jadi intinya jabatan gak menjamin segalanya.














Bersambung

Jangan bosan bosan ya gaess ikuti terus dan jangan lupa voted and comment.😊😊😘😙

RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang