Chapter_04

4K 165 13
                                    

Debaran itu mulai ada, ku coba menyangkal namun tak bisa. Apa ini pertanda ku jatuh cinta.

-Aluna-

Pagi harinya Aluna terlambat pergi ke sekolah, ia ke siangan karena nunggu kabar dari Celio. Aluna bukannya berharap dihubungi oleh Celio, namun ia ingin membicarakan sesuatu kepada Celio.

Dikoridor sangat sepi karena bel jam pelajaran sudah dimulai dari 15 menit yang lalu, Aluna yang berjalan sendiri tak henti hentinya mengerutu dengan sikap guru piket yang menyuruhnya membersihkan Aula yang bersarnya standar itu.

"Huh.. dikira bersihin Aula segede itu nggak capek apa!"

"Coba semalem gua nggak nungguin telfon dari si Celio, mungkin sekarang gua lagi adem ayemnya kena terpaan AC" grutu Aluna sambil menghentak hentakkan sepatunya.

"Kamu semalem nungguin telfon aku?" Tanya orang dibelakang Aluna, Aluna yang terkejut hanya mengelus ngelus dadanya.

"Siapa lo, gak penting banget gua nunggu telfon dari lo!" Sela Aluna sambil mempercepat jalannya.

"Kamu marah? Maaf ya sayang" lirih Celio.

"Kamu baru dateng? Kamu kesiangan?" Sambung Celio, sambil menghalangi jalan Aluna

"Udah tau masih nanya, awas aku mau masuk ke kelas" ketus Aluna, Celio memutuskan mengalah dan memberi jalan untuk Aluna lewati.

Emang enak gua kerjain Batin Aluna. Sebebernya Aluna malu karena ketahuan nungguin telfon dari Celio, jadi dia beralasan marah.

Sesampainya didepan kelas Aluna mengambil nafas dalam - dalam dan menghembuskannya secara perlahan, ia melakukannya sampai 4 kali. Tujuannya agar siap mental saat kena semprot dari guru kiler.

Saat membuka pintu terdengar helaian nafas semua siswa.

"Wah lo Na, ngagetin kita semua. Gua kira lu Bu Siti" tegur Bambang.

"Jadi kita free class?" Tanya Aluna.

"Menurut L?" Sinis Dora.

"Syukurlah, akhirnya hukuman gua berkurang" lega Aluna, ia langsung memutuskan menuju ketempat duduknya didekat Dara.

"Kesiangan lo?" Dara bertanya sambil membaca novel kesukaannya.

"Iya, semalem gua nungguin telfon dari Celio sampe malem. Terus ketiduran, bangunnya kesiangan" jawab Aluna yang mulai membuka bukunya untuk membaca materi hari ini.

"What?! Gua nggak salah denger? Lu bilang nungguin Celio telfon?" Dara yang kaget langsung megang jidanya Aluna.

"Ck ngapain sih lo? Gua oke kok" jawab Aluna sambil menepis tangan Dara.

"Ya siapa tau lo sakit, apa lo salah makan? Kok bisa berubah gitu. Kemaren aja lo sok sokan nggak mau sama Celio, eh malah sekarang ngarep yang lebih" Crocos Dara

"Apa sih Dara, gua nunggu telfon dari dia karena dia udah janji bakal telfon gua kalo udah selesai makan malam. Terus nih ya, gua nggak berharap sama dia. Gua nunggu telfon dari dia karena gua mau ngejelasin, dan mau negesin sama dia lagi kalo dihati gua cuma ada 'dia'" jelas Aluna yang mulai kesal karena dituduh yang aneh aneh.

"Lo masih aja mikirin dia, kalo dia sayang lu pasti dia nyamperin lu dari kemaren maren. Mending juga Celio yang pasti pasti aja ya nggak" goda Dara sambil menaikkan salah satu alisnya.

"Apa'an sih lo, lo kan tau cinta tak bisa dipaksakan" bela Aluna.

"Tapi lo juga kan tau, binci sama cinta beda tipis" kekeh Dara yang nggak mau ngalah.

Dan akhirnya mereka larut dalam obrolan yang penuh canda dan tawa. Sampai bel jam istirahat berbunyi mereka memutuskan pergi ke kantin.

"Lo kan bawah bekel, cari tempat sekalian ya. Gua mau cari makan, lo mau nitip sesuatu?" Tanya Dara dengan suwara bawelnya.

"Oke, gua pesen jus melon satu aja" jawab Aluna seraya pergi dari hadapan Dara dengan menenteng tas bekalnya.

Tidak lama setelah itu Aluna menemukan meja kosong bersebelahan dengan meja Celio and the geng. Aluna memilih cuek dan nggak peduli.

"Bro tuh ada yang bebeb" celetuk Arka.

"Ye gua tau, tapi dia lagi marahan sama gua. Gua kudu gimana yak?" Tanya Celio yang binggung harus bersikap seperti apa.

"Samperin dong, babang ini gimana sih. Minta maaf, kasih penjelasan kenapa kemaren lu nggak ngabarin dia" saran Adit si pangeran playboy.

"Tapi dia kelihatan marah banget sama gua tadi, mukanya merah gitu" lirih Celio sambil menunduk.

"Wajah jadi merah itu nggak selamanya marah bos, bulshing juga kejadian kalo lagi malu" timpal Rama.

"Mungkin dia mau kali ketahuan nungguin telfon dari elo" santai Adit yang lagi makan mie ayamnya.

"Bener juga ya, samperin ah" semangat Celio berkobar lagi.

"Na" panggil Celio sambil duduk disebelah Aluna.

"Apa'an sih lo?" Risih Aluna sambil melepaskan tangan Celio yang merangkulnya.

"Ntar pulang sekolah bareng ya, sekalian ke rumah. Bunda mau ketemu" sebetulnya itu hanya alibi Celio, namun bundanya memang ingin bertemu Aluna.

"Lihat entar" ketus Aluna.

"Yaudah kalo mau tunggu diparkiran ya" ucap Celio sambil mengelus rambut lurus Aluna.

Aluna hanya diam tidak menimpali omongan Celio, ia memilih fokus sama bekalnya.

"Kok aku dicuekin sih" protes Celio yang merasa tidak dianggap ada.

"Terus? Lu cemburu sama nasi goreng gua? Nggak malu apa sama telur mata sapi gua?" Dumel Aluna sambil ngunyah nasi gorengnya.

"Aku-kamu" tekan Celio.

"Hem" dibalas Aluna dengan gumannan.

"Suapin dong" pinta Celio.

"Lo mau? Nih ambil sendiri" ujar Aluna sambil menyerahkan sendoknya.

"Aku-kamu Aluna!!" Geram Celio.

Aluna hanya memutar bola matanya jengah. "Nih kalo mau ambil"

"Estt udah baikan nih?" Celtuk Dara yang baru saja datang dengan membawa mampan berisi pesanannya dengan Aluna.

"Hai lio" Genit Dara dengan suara melentangnya.

Celio hanya menjawab dengan anggukan. "Na, ayo suapin" rengek Celio, yang membuat semua perhatian tertuju pada mereka semua.

"Apa'an sih, alay. Makan tinggal makan aja lah, nggak usah manja" ketus Aluna.

Celio hanya membuang nafas frustasi dengan sikap ketus Aluna.

Celio pun mendekat telinga Aluna dan membisikan sesuatu. "Nggak usah sok ketus gitu lah sayang, aku tau kok kalo kamu ngarep telfon dari aku" baru setelah membisikan itu dia menjauhkan dirinya dari Aluna, dan memasang senyum miring andalannya.

Setelah mendapat bisikan seperti itu refleks pipi Aluna tanpa dikondisikan pun merah, dan jantungnya pun berdebar lebih cepat dari biasanya.

Kenapa pipi gua tiba tiba terasa panas ya, terus jantung gua? Dia mulai berdebar lebih cepat lagi seperti 'dulu' Batin Aluna.

"Pipi lo kenapa na?" Timpal Dara setelah minum jus jambunya gara gara seret.

"Kenapa pipi gua?" Aluna langsung megang pipinya dan Celio hanya tersenyum disamping Aluna.

Budayan vote💕

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 07, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CELIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang