Bagian 3

119 10 0
                                    

“Hey Jake! Kenapa aku harus menemui Perdana Menteri?” Tanya Sang Tuan Putri penasaran dengan sikap kakaknya yang dengan tiba-tiba menariknya ke ruang Perdana  Menteri.

“Sudah ku bilang kau akan segera mengetahuinya Lyn.” Jawab Pangeran Jacob singkat.

Mereka melewati koridor panjang yang menghubungkan ruang kerja Perdana Menteri dan ruang kerja Raja yang sekarang ditempati Ratu Niran untuk sementara. Hanya kurang beberapa meter lagi saat Putri Axlyn dan Pangeran Jacob sampai di ruang kerja Perdana Menteri, mereka berpapasan dengan Ratu Niran dan pengawal setianya. Mereka pun menghentikan langkah.

“Hormat hamba, Yang Mulia” Sapa Pangeran Jacob kepada Ratu Niran sambil menundukkan kepala sebentar, tanda penghormatan kepada Sang Ratu. Yang selanjutnya diikuti sang Tuan Putri. Putri itu pun menundukkan kepalanya dengan anggun.

Ratu Niran pun berhenti dan tersenyum. Ia menundukkan kepalanya sebentar juga dalam rangka memberi hormat kepada Sang Tuan Putri. Dengan senyum yang masih hinggap pada paras ayunya, “Selamat pagi Puteri.”  Sapa Ratu Niran.

“Selamat pagi Yang Mulia” Jawab Putri Axlyn dengan senyumannya yang teramat manis.

“Aku belum melihat kalian berdua sarapan pagi ini. Aneh rasanya kalian hilang dalam waktu yang bersamaan. Lain kali tolong jangan membuatku khawatir” Manik coklat cerah Ratu itu menatap dalam mata puteranya.

“Maaf Yang Mulia. Saya tadi sedang meladeni Tuan Putri kita yang hari ini sedang ingin bermain petak umpet” Jawab Pangeran Jacob sambil melirik Putri Axlyn.

“Maafkan kami telah membuat Yang Mulia kawatir. Kami berjanji, sebelum kami main petak umpet lagi, kami akan izin terlebih dahulu kepada Yang Mulia ” Kata Putri Axlyn kepada Ratu Niran setelah itu ia langsung melirik pangeran Jacob sambil menyeringai yang kurang lebih seringaian itu mewakili kata-kata ‘Kau puas sekarang’. Yang selanjutnya disambut kekehan pelan Sang Pangeran.

“Baiklah, setelah bertemu kedua anakku aku menjadi lebih tenang sekarang. Dan Putri, Perdana Menteri sangat menantikan kehadiranmu” Setelah itu Ratu dan rombongannya berlalu meninggalkan kakak dan adik itu.

“Yang Mulia Tuan Putri Axlyn dan Pangeran Jacob akan memasuki ruangan” Suara pelayan itu menggema memenuhi ruang kerja milik Perdana Menteri. Perdana Menteri pun bangkit dari duduknya. Menyambut kedatangan tamunya dengan senyum hangat.

“Selamat datang Yang Mulia. Terimakasih telah bersedia datang. Maaf jika hamba telah lancang memaksa Yang Mulia untuk menemui hamba.” Kata Perdana Menteri dengan nada penyesalannya.

“Kau tidak perlu meminta maaf. Sudah kewajibanku juga untuk mengunjungimu. Maaf jika akhir-akhir ini aku sudah jarang mengunjungimu. Paman.” Jawab Sang Tuan Putri.

Sudut bibir Perdana Menteri tertarik ke belakang. Mengembangkan senyum tipisnya. Ia sangat bahagia dapat melihat lagi keponakan satu-satunya. Betapa tidak, setelah hampir dua minggu mereka tidak bertemu, akhirnya Perdana Menteri dapat merasa lega.

“Baiklah karena tugasku disini sudah selesai, aku mohon undur diri” Pangeran Jacob meninggalkan paman dan keponakan. Membiarkan mereka berdua untuk bercengkrama lagi. Sesampainya di ambang pintu sudut bibirnya melengkung dan dalam gumaman ia mengatakan “Banyak kejutan yang akan kau jumpai adikku. Yang Mulia Tuan Putri Axlyn.”

---o0o---

“Baiklah Yang Mulia. Sebagai Perdana Menteri sekaligus paman anda saya harap anda tidak berlaru-larut dalam kesedihan lagi. Dan sebagai gantinya Hamba akan menunjukkan sesuatu yang menarik.” Sang Perdana Menteri menatap dalam manik gelap milik sang Putri. “Mari ikuti hamba”

Mereka berhenti di depan sebuah lukisan wilayah kekuasaan kerajaan mereka. Lukisan yang digambar diatas kanvas yang berasal dari kulit utuh seekor banteng muda. “Kita mulai dari sini” Perdana Menteri menyibak lukisan itu sehingga menampakkan sebuah pintu. Pintu rahasia. Pintu yang sengaja dirahasiakan.

Apakah pintu itu dikunci? Ya, tentu saja. Perdana Menteri membuka Pintu itu dengan sebuah liontin. Liontin kalung keluarga Lynarx. Dimana Putri Axlyn juga memilikinya. Mereka memasuki pintu tersebut. Gelap dan sunyi. Saat Putri Axlyn hendak menanyakan mengapa ruangan itu gelap sekali, cahaya dari lilin yang dinyalakan oleh Sang Perdana Menteri menjawab pertanyaan yang bahkan belum terucapkan itu. Tempat itu mirip seperti jalan rahasia yang dibuat dengan bata merah dan batu-batuan. Perdana Menteri menatap keponakannya, tersenyum, lalu berkata “Perjalanan dimulai”.

Mereka berjalan diantara kegelapan dengan penerangan dari lilin Perdana Menteri. Jalan rahasia itu cukup lebar untuk dilewati dua orang. Tuan Putri yang setia berjalan di samping Sang paman diam seribu bahasa. Namun di dalam pikirannya menyimpan seribu pertanyaan yang menanti untuk di sampaikan. Mereka sampai pada persimpangan pertama. Dengan mantab, Sang paman mengambil jalan ke  kiri, seakan-akan telah hafal akan jalan rahasia ini.

“Yang Mulia, Anda tahu bahwa sepeninggal wafatnya kakek anda, Ayah ku. Keutuhan kerajaan kita goyah. Hal ini dikarenakan kerabat kita sendiri. Pangeran Lunyrx yang merupakan putera dari selir Luna, yang merupakan puteri dari pemberontak.” Cerita Sang paman.

“Putri pemberontak menjadi Selir Kerajaan?” tanya Sang Tuan Putri penasaran.

“Tepat Yang Mulia. Para pemberontak yang pada saat itu tengah dalam keadaan terpojok, menawarkan perdamaian dengan memberikan putri pemberontak kepada Yang Mulia Raja sebagai jaminan atas perdamaian. Satu tahun berlalu dan Selir Luna mengandung. Ia melahirkan seorang pangeran tampan yang diberi nama Pangeran Lunyrx. Walaupun banyak desas-desus yang mengatakan bahwa Pangeran Lunyrx bukan benih dari Sang Raja, tetapi tidak ada bukti yang bisa mendukungnya.”

Mereka sampai pada persimpangan ke dua. Mereka mengambil jalur kiri, namun anehnya lorong itu sudah menemui ujungnya. Sang Putri berfikir bahwa Perdana Menteri mungkin salah belok. Tetapi tidak. Setelah menekan salah satu bata, perlahan pintu yang sang Putri anggap merupalkan ujung lorong perlahan bergeser dan terbuka.

“Lalu bagaimana kelanjutannya?” tanya Putri Axlyn penasaran. Sambil matanya terpaku pada pintu yang masih bergeser itu.

"Mari masuk Yang Mulia" jawab Perdana Menteri.

Dengan diterangi temaram cahaya lilin, samar-samar terlihat perkamen-perkamen yang tersusun rapi diatas rak-rak kayu. Terlihat lusuh, namun mampu membangkitkan rasa penasaran Sang Tuan Putri.

“Disinilah seperempat dari rahasia yang akan Hamba tunjukkan berada” kata sang Perdana Menteri sambil menyalakan obor yang dipasang pada salah satu sisi tembok ruangan itu.

Yeayy bagian 3 udah kelarr. Maafin author atas ke-gj-an isi prolog sampai bagian dua. Maaf juga karena banyak typonya (^0^). Biar author tambah semangat nulisnya, silahkan vote dan komentar kalian juga aku nanti-nantikan…
Happy reading guys ^-^

Spread AwayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang