Beruntung itu saat semua masalah bisa dilalui dengan lancar semulus kulit wajah Raisa. Mereka dan penonton lain keluar dari teater dengan mata berbinar binar menceritakan ulang setiap adegan yang sudah mereka tonton bersama.
Dafa memilih jadi pendengar baik, sambil merangkul Mila menuju foodcourt dan memesan beberapa menu.
"Lo udah makan dari pagi?" Tanya Mila saat melihat daftar pesanan Dafa.
"Belum. Lagi males, dari pagi cuma minum kopi" balas Dafa yang masih sibuk bergadget ria
Satu ringisan lolos dari mulut Dafa, Mila memang kesal kalau temannya yang satu ini sudah main main dengan masalah lambung.
"Lu boleh main hati. Tapi nggak sama lambung lo, kunyuk. Mau di operasi lagi? Udah biar gue yang pilih menu"
"Serah deh kanjeng mami. Cepet laper nih" balas Dafa sambil memegang sendok dan garpu lalu bersorak sorak "lapar! Lapar! Lapar" yang kemudian di sumpel serbet.
"Eh Daf. Menurut lo bagusan mana? Ausie apa Malaysia? Gue mau ajuin aplikasi beasiswa nih. Udah di ACC ama rumah sakit" ucap Mila memulai sesi wawancara yang akhirnya pendapat Dafa tidak penting, tapi bagi Dafa ini tetap menyenangkan.
"Kalau gue ya Ausie lah sejarah banyak cewek yahutnya. Wkwkwk"
"Otak lu tuh. Kalau gue sih maunya Malay lebih gampang nyari halal foodnya"
"Serah kanjeng mamilah. Hamba lapar ini, elu mesen apa sih? Lama bener" tanya Dafa sambil menopang dagunya menatap Mila lekat.
"Ya sureprice aja buat elu, ini sehat dan baik buat lu okeh"
Dan datanglah dua porsi steak yang menggugah selera, Dafa tersenyum sumringah lalu mengambil bagian Mila kemudian memotong motongnya, setelah itu dikembalikan lagi. Dengan beberapa potong yang telah raib. Modus.
Mereka larut dalam keasyikan makan steak masing masing sampai tak sadar Rendy dan istrinya sedang menatap adegan memotong steak itu dengan tidak wajar.
Mereka itu teman rasa pacar, simpul Audy, istri Rendy.
**
"Udah. Gue lamarin si Mila buat lu ya dek?" Sapa Rendy begitu Dafa meletakkan bokongnya di kursi meja makan."Apaan sih bang. Masih pagi. Udah ngomong begituan. Umur gue baru 24. 24. Woy. Kebelet bener pengen gue nikah"
" ya kali, 24 aja kagak ada pacar. Atau jangan jangan homo ya elu"
"Anjay lu bang! Si saipul jamil kali tuh yang homo. Gue mah normale, udah ah berangkat gue ada jadwal Rapat ama pembina pramuka se Jabodetabek"
"Lah. Itu cewek cewek kan banyak pas perkemahan ga ada apa dek yang cinta patok tenda?" Sambung Audy
"Hahaha. Adalah kak, tapi keburu di tikung. Ya lagi, cinta patok tenda mah ga lama. Masa ntar kalo kemah jatuh cinta lagi. Ga tertarik gue kakak ipar cantik" jawab Dafa sambil memakai stang leher dan menjepitnya dengan kacu berlambang tunas kelapa.
"Gini deh. Kalau sampe lu ga bisa nemuin calon istri ampe umur 25 tahun. Fix keputusan di tangan gue" ultimatum Rendy.
"Apaan si bang sayembara elu mah mendzolimi gue. Ya kali cowok di suruh nikah cepet cepet, kagak ah assalamualaikum" tolak Dafa lalu mencium pipi Amel juga Ranika, setelah itu berlalu memicu motor vario putihnya, ia harus bergegas.
Hari ini penting baginya, hari koordinasi perkemahan untuk memperingati Hari santri nasional 20 oktober nanti, dia ketua panitianya.
Dafa menghembuskan nafas lega, ia sampai sebelum waktunya untuk menjelaskan juklak dan juknis pada peserta teknikal meeting ini. Sesinya berakhir dalam waktu 25 menit setelah berdebat alot masalah jumlah peserta per regu dengan seorang pembina dari gugus depan salah satu SMP daerah depok.