15

19 4 0
                                    

Nisa berjalan lesu keluar dari ruang audit, dua puluh menit yang lalu tubuh nya terkulai lesu tugas kelompok yang tiga hari lalu selesai dikerjakan dilempar oleh Dimas, teman satu kelas nya. Kalimat pedas Dimas menusuk relung hatinya. Langkah nya terhenti melihat selebaran kertas pamflet jatuh berceceran, ditatap nya gadis yang sedang memungut kembali kertas itu, dengan langkah buru-buru ia segera pergi dari hadapan Nisa hingga tidak sadar name tag nya terjatuh.

"Sialan ! Itu pasti anak yang dicari Sky Five!"

Nisa merogoh ponsel nya disaku, menyusuri deretan nomer yang ada dikontak nya. Lalu ditekan nya kontak atas nama Yudha.

***

Sambil berlari Nisa menyusuri anak tangga untuk naik ke ruang fakultas hukum yang jarak nya lumayan jauh dan menguras tenaga. Langkah nya terhenti begitu melihat Dika yang berjalan turun dari lantai dua gedung D.

"Kenapa lo ? Abis liat dedemit ?"

Dika menautkan kedua alisnya sambil memasukan ponsel ke saku celana.

Nisa menghela nafas, memandang anak laki-laki dengan kaos putih dan skiny jeans hitam dipadu dengan sepatu warna merah terang. Sangat nggak banget gitu setelan nya. Terakhir kali itu sepatu Nisa liat dilempar Yudha ke kolam halaman depan kampus, tapi barangkali Dika punya satu lusin sepatu model begitu.

"Iya, lo itu demit nya !"

"Pake ngatain, kenapa lo lari-lari ? Mau ikut lomba ?"

Dika melemparkan tissu dari saku tas nya. Tas itu baru diganti tadi pagi karena barang yang Dika bawa lumayan banyak hari ini.

"Songong amat sih lo" Nisa melempar balik tissu yang baru saja mengenai kepalanya. Lalu menendang kuat betis Dika.

"Sakit anjir !" Dika mengerang kesel di tepuk-tepuk nya betis kaki kirinya itu. Dugaan sementara, pasti biru.

"Lo tuh nggak ada sopan-sopan nya" Nisa memalingkan wajah memandang anak tangga dihadapan nya, kedua tangan nya dilipat.

"Yaelah gituan doang ngambek, mau sekalian gue usap-usapin hah ?"

Nisa menepis tangan Dika.

"Kampret lo Nis"

Dika memungut kembali tissu yang ia lempar tadi lalu di ulurkan kepada Nisa.

"Lagian lo kenapa sih ?" Dika celingukan, biasanya tangga gedung D ini selalu rame, mendadak sepi gini, pada kemana umat nya nih kampus.

"Gue mau cari Yudha, nelpon dia tadi katanya lagi di fakultas hukum sama Al, Jurusan apa sih Al ?" Nisa merapikan sedikit poninya yang tertiup angin sambil mengamati jam di lengan kirinya.

"Hukum"

Dika mengunyah kembali permen karet yang ada dimulutnya, sesekali digelembungkan nya gumpalan permen yang warnanya mulai memutih itu.

"Spesifik, konsentrasi apa Ka?"

"Hukum karma"

Sontak Nisa menggeplak kepala Dika.

"Sakit nyong"

Dika mengusap-ngusap jambul nya yang kini miring sebelah.

"Serius !"

"Mau ngapain sih lo, kayak wartawan tau nggak, dibayar lo emang ?"

"Penting"

"Yaudah ayok" Dika menarik tangan Nisa turun kebawah. Tanpa aba-aba dan banyak basa-basi. Nisa terus meronta-ronta.

"Ntar dulu ! Ruangan nya kan diatas ?" Nisa menautkan kedua alisnya bingung.

"Banyak bacot deh, mereka udah turun dari tadi" Dika melepaskan tangan Nisa tatapan sinis dilesatkan ke arah Nisa

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 12, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

True FriendshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang