2.Lady Tremaine

11.4K 1K 76
                                    





Amaya berjalan santai menuju kantin rumah sakit, rencananya ia akan memesan satu cup kopi rendah gula. Jam masih menunjukkan pukul 11.30 siang namun Amaya sudah merasakan kantuk yang tidak tertahankan lagi.

Apalagi jika mengingat sejak  pagi tadi ia cukup direpotkan dengan jadwal visit yang hampir berbenturan dengan jadwalnya mengunjungi seminar di salah satu Universitas Negeri. pasiennya hari ini cukup banyak bahkan ia harus menahan rasa tidak profesionalnya karena mau tak mau ia harus mengundurkan jam hadir seminar 15 menit lebih lambat.

Rencananya Amaya akan beristirahat sejenak sambil menyesap kopi panas demi menghilangkan rasa kantuk serta pening yang tiba-tiba datang menyerang kepalanya. Sebelum ia harus disibukkan kembali oleh jadwal operasi besar setelah makan siang nanti.

Ruangan pribadinya berjarak lumayan jauh dari kantin rumah sakit, harus melewati beberapa ruangan termasuk instalasi gawat darurat. Beberapa kali ujung bibirnya harus ia angkat ke atas karna sapaan ramah para pasien atau para suster yang berjalan mondar mandir.

Ketika ia tiba dipintu penghubung antara koridor rumah sakit dan pintu belakang IGD, langkah kakinya terhenti. Menelisik dan melihat aktivitas yang dapat terbilang kacau didalam sana.

"Ada kecelakaan?" Tanya Amaya kepada seorang suster yang sepertinya sangat sibuk itu.

Sang suster mengangguk.

"Ya, dok. Ada kecelakaan bus. Dan hampir seluruh penumpang terluka." Jawab sang suster bername tag Lina.

"Apakah ada anak-anak yang menjadi korban juga?"

Suster tersebut menggeleng, "tidak dok, mengingat bus beroperasi di jam kerja dan penumpang adalah rombongan buruh pabrik yang sedang melakukan perjalanan kerja jadi anak-anak tidak ada yang menjadi korban didalamnya."

Amaya mengangguk paham.

"Oh, ya sudah silahkan kembali bekerja." Dan suster mengangguk.

"Mari dok."

"Ya.."

Amaya masih berdiri di ujung pintu, melihat beberapa suster berlari-lari serta beberapa dokter umum, dokter piket dan beberapa dokter magang berlarian dengan raut wajah memerah dan kacau, saling berteriak panik serta riuh racauan korban yang merasakan sakit di bagian badannya.

Amaya memainkan sepatunya sembari sorot mata yang masih tetap mengawasi suasana kacau disana.

Ia sangat bersyukur karna dirinya tidak menjadi dokter umum, bisa ia bayangkan bagaimana nantinya jika ada hal kacau seperti itu dan betapa lelah serta ruwetnya jika harus memberikan pertolongan pertama seperti rekan dokter lainnya.

Untung saja ia memutuskan mengambil Pendidikan Program Dokter Spesialis beberapa tahun yng lalu.

Dalam dunia medis, dokter bedah anak berperan dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan kompetensi khusus bedah anak jadi jasanya hanya akan dibutuhkan jika menyangkut janin hingga remaja usia 18 tahun yang perlu mendapatkan penanganan khusus. Bisa dibilang dokter seperti dirinya adalah dokter yang paling menguras energi jika harus berjam - berada di dalam ruang OK, karena ranah kerjanya memang fokus pada penyakit yang serius. jika pun tidak adanya operasi ia hanya harus melakukan terapi dan konsultasi .

Tidak seperti dokter umum dan dokter bagian IGD. Namun walaupun begitu ia harus dituntut memiliki kemampuan yang mumpuni bahkan skill yang handal, ia bukan hanya mendiagnosis lalu memberikan resep obat dan selesai.

Maka dari itu ia dituntut agar lebih teliti dan super hati-hati.

Tugasnya jauh lebih beresiko dibanding dokter umum seperti itu, ia bisa saja hanya duduk dikursinya lalu menuliskan resep penurun panas atau resep obat diare, namun jika tidak jeli Amaya akan salah mendiagnosis karena ke berlangsungan hidup seseorang menjadi taruhannya.

My Lovely Doctor (New)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang