3.Big Baby

4K 274 30
                                    


Sehari kemudian, setelah kejadian memalukan dan menyulut emosi Amaya, semuanya tampak sama.
Tidak ada yang berubah sama sekali.

Mengingat bagaimana usaha Elangga mengejarnya membuat Amaya sedikit menaruh simpati terhadap pimpinan rumah sakit itu. Namun Amaya tahu, apa yang akan pria itu katakan. Tidak akan jauh - jauh dari pertanyaan menuntut kejelasan atas apa yang telah terjadi.

Amaya benar -  benar muak dengan nada menuntut Elangga. Pria itu berwatak kaku dan sedikit semaunya. Meski tangannya sempat di cekal oleh Elangga namun Amaya berhasil menghempaskan nya lalu sorot mata mereka sempat beradu. Melihat sorot tajam dari Elangga, Amaya buru - buru menghindari pria tersebut.

Semuanya masih sama, bahkan kegiatan telat masuk kerjapun masih Amaya lakukan hari ini dan pandangan angker Elangga sempat ia dapatkan pagi tadi namun yang berbeda, tidak ada teguran apalagi surat peringatan yang keluar hari ini.

Rasa gugup yang melingkupi perasaan Amaya pun masih sama tatkala ia melewati pintu penghubung instalasi gawat darurat, bedanya saat ini ketika beberapa langkah kakinya memasuki area ruangan tersebut.

Dari pandangan matanya, tampak terjadi sedikit kekacauan di ruangan tindakan pertolongan pertama tersebut. Tampak seorang wanita paruh baya  dan seorang anak perempuan kurang lebih berusia sepuluh tahun sedang menangis sesenggukan di samping bankar. Diatasnya terdapat seorang pria berbadan tambun tengah terkulai tak berdaya.

Rasa  nyeri serta takut saat ini melingkupi perasaan Amaya, dia seorang dokter dan telah mengemban pendidikan dunia kesehatan  bertahun-tahun lamanya namun setiap ia melihat antara hidup dan mati serta kehidupan tengah diperjuangkan, benar - benar membuatnya tak berdaya.

Katakan Amaya lemah. Tidak sekuat ketika ia melakukan hal badung. Susah di jelaskan memang dan tidak akan masuk di logika ketika seorang dokter memiliki rasa takut di saat menghadapi keadaan dimana kehidupan dan kematian saling berlomba - lomba untuk saling memenangkan.

Di ujung sana tepatnya di bankar sebelah kanan pintu masuk, seseorang menaiki bed pasien. Dengan kemeja biru navy dan lengan baju tergulung sembarangan.

Seseorang lainnya tengah memompa balon sungkup yang terhubung dengan tabung oksigen. Sempat terdengar beberapa kali teriakan hingga seorang perawat tergesa menyuntikan cairan yang Amaya yakini epinefrin.

Suasana terlihat semakin mencekam dengan suara tangisan saling beriringan dengan teriakan panik bercampur emosi. Suzy membatu, semuanya tampak kacau hingga berselang beberapa menit pria yang semula berada di atas bed pasien telah kembali turun lalu mengatakan sesuatu dan memungut jas hitam yang teronggok dilantai.

Tatapan mereka bertemu sebelum Amaya memilih untuk memutuskan pandangan mereka terlebih dahulu. Amaya memilih memfokuskan perhatian nya kepada dokter magang yang berada di bawah pengawasan nya.

"Hmmm ada peningkatan, berikan sentuhan revisi terakhir dan setelahnya bawa keruanganku."

"Baik, dok" setelahnya dokter magang tersebut berlalu bersama dengan kertas yang berada ditangannya.

Kemudian Amaya memutuskan kan melanjutkan tujuan nya ke ruangan Crystal, karena perempuan itu sangat berisik. Terus menerus menghubungi Amaya via ponsel.

Sebelum sebuah suara menghentikan langkah kaki Amaya.

"Bisa keruangan saya sekarang juga?" sebenarnya serentetan kata tersebut tidak mengandung kalimat tanya namun berisi sebuah perintah mutlak.

Amaya menggangguk tanpa protes lalu mengikuti langkah tegap pria di depannya.

Amaya sempat berhenti beberapa saat di depan pintu lift yang tertutup. berdiri berdampingan dengan pria yang mengeluarkan aroma maskulin dari parfum mahal dan bercampur dengan aroma tubuh yang memabukkan. 

My Lovely Doctor (New)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang