Emergency

7.9K 843 52
                                    



Amaya saat ini benar-benar dalam keadaan bingung dan gelisah, Astaga! Satu jam lagi ia harus terlibat dalam operasi besar dan serius. Bahkan operasi ini mendatangkan langsung seorang professor ahli dari Amerika.

sehari sebelumnya wanita berkulit pucat itu bahkan benar - benar mempersiapkan segalanya baik fisik maupun mental. berulang kali bahkan ia mencoba mempelajari kembali bagaimana rekam medis pasien bahkan prosedur operasi yang akan ia jalani.

Namun naas, baru saja ia mendapatkan kabar dari salah satu pihak rumah sakit jika Prof.Jhon Almery mendapatkan musibah, mobil yang ia kendarai dalam perjalanan menuju rumah sakit tergelincir dan menabrak pembatas jalan. Keadaannya tidak serius namun ia tidak dapat membantu jalannya operasi nanti dan itu sukses membuat kepala Amaya berdenyut hebat.

Amaya duduk di kursi putarnya dengan tangan yang ia tumpukan ke atas meja dan jemarinya meremas kuat-kuat rambut coklatnya.

Amaya benar-benar bingung saat ini, ia tak mampu menjalankan operasi ini seorang diri maupun di bantu dokter lainnya dirumah sakit itu. Penyakit yang di derita pasien tidak memasuki kategori gawat namun metode operasi terbaru yang akan di gunakan demi mendukung ke efisienan segala hal. Dan Amaya bukan seorang professor genius yang paham dan mengerti akan penyakit itu. Ia hanya dokter bedah yang baru berkarir beberapa tahun.

Tok.. tok.. tok..

Kepala Amaya mendongak menatap pintu kayu di depannya terketuk.

"Masuk.." perintah Amaya dengan malas.

Masuklah seorang dokter magang dibbawah bimbingannya.

"Dokter Amaya, anda diminta untuk berkumpul di ruang rapat sekarang juga."

Amaya menatap tajam calon dokter tersebut.

"Memangnya ada apa?" Tanya Amaya, ia sudah pusing memikirkan operasi nanti dan ini apalagi harus menghadiri rapat yang tidak jelas.

"Saya tidak tahu menahu dok. Ini perintah langsung dan rapat akan dipimpin langsung oleh Direktur rumah sakit."

Dahi Amaya berkerut, ia berfikir apa ada pasien VVIP dalam keadaan gawat hingga Elangga  yang harus memimpin rapat dadakan itu.

Amaya mendesah lelah.

"Baiklah. Kamu bisa kembali ke tempatmu."

Dokter wanita itu mengangguk.

"Iya. Permisi dok."

"Iyaa.."

Amaya mengusap wajahnya lelah kemudian jemarinya merapikan rambut yang tadi ia acak-acak, mengikat simpul rambut coklat panjang itu menjadi satu adalah pilihan yang tepat karna ia akan merasakan kegerahan didalam ruang rapat karna ia meyakini jika rapat nanti pastinya tegang dan panas.

Ia beranjak dari kursi kebesarannya kemudian menarik jas putih milikya,  berjalan meninggalkan ruangan.

~~~~

Sesampainya didepan pintu coklat berbahan kayu jati,  Amaya menghela nafasnya panjang. sedikit merapikan menampilannya dan kemudian mengetuk pintu ruang rapat.

Di dalam sana sudah berkumpul beberapa petinggi rumah sakit. Semua mata penghuni ruang pengap itu tertuju padanya, Amaya tersenyum kemudian sedikit membungkukkan badannya.

"Duduklah dokter Amaya" suara dokter yang juga menghadiri rapat.

Amaya mengangguk kemudian menempati kursi kosong yang ia yakini memang di siapkan untuknya.

My Lovely Doctor (New)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang