Lima

56 4 0
                                    

"Aku hanya ingin kita didekatkan dalam raga dan perasaan."

-Penulis

***

Seketika pintu dikelas diketuk, dan gue langsung spontan pejem mata karena belum kuat ngeliat siapa yang bakalan masuk.

"Woi, kepsek datang, balik lo kebangku masing-masing." Devan memberi peringatan sebelum membuka pintu kelas yang diketuk sama kepsek tadi. Semua pada heboh lari-lari kayak kenak gusur Satpol PP, yang lagi asyik maen kartu langsung berhamburan ke bangku nya masing-masing, yang lagi sok-sok ngedisko langsung matiin speaker kelas, pokoknya yang tadinya kelas kayak rumah sendiri, berubah jadi kelas yang rapi.

Devan berjalan menghampiri pintu kelas seraya membukanya, terlihatlah kepala sekolah dengan baju dinas dan sepatu mengkilat, ditambah lagi rambut hitam nya yang disisir rapi plus kulit putih yang terawat.

Lah, ini gue kenapa malah perhatiin kepseknya?

Cowok yang berdiri di samping kepsek apa kabar woi?

Cowok itu, dengan rambut hitamnya yang dipangkas rapi, seragam putih abu-abu yang warna nya mengkilat bak seragam baru yang disetrika selicin mungkin, sepatu hitam bertali yang serasa pas dikaki nya, pake jaket abu-abu dan jam tangan Alexander Christie yang berasa cool di tangannya...Ah ya, dia juga memakai kacamata. Ciri khas Alvin sejak dulu.

Gue baru nyadar kalo yang berdiri sejajar sama kepsek adalah Alvin, orang yang berhasil membuat gue takjub sejak jaman purbakala waktu gue masih bolot-bolotnya. Alvin, orang yang berhasil ngebuat kaki gue kaku tiap orang-orang bicarain tentang dia. Alvin, orang yang paling bisa bikin gue bahagia waktu semua orang ngejauhin gue.

Dan sekarang, dia ada di hadapan gue dengan penampilan yang berubah. Yang sama adalah, kacamata yang selalu nempel di wajahnya, mungkin kali ini, kacamata nya lebih keliatan kece daripada kacamata nya waktu jaman SMP dulu.

"Silahkan masuk, Pak." Devan mempersilahkan kepsek dan Alvin untuk masuk ke dalam kelas, gue terpaku sambil nutup mulut gue pake tangan kanan.

Naya dan Freya natap gue ganti-gantian, tapi gue ga ada sekalipun balas natap mereka berdua.

Pandangan gue cuma fokus ke dua arah. Pertama, ke arah dimana Alvin berdiri, yang kedua itu ke arah bawah. Karena setiap dia balik natap gue, pandangan gue cuma bisa nunduk ngeliat kebawah.

Apa bener dia natap gue? Atau jangan-jangan dia malah natap meja gue? Natap tumblr minum gue?

Aduh, kadang gue kena sindrom ke geeran level akut, makanya gue harus jaga-jaga, kali aja apa yang gue pikirin itu ga sama dengan kenyataannya.

Kepsek berdiri di depan kelas bersamaan dengan cowok yang selama ini gue tunggu-tunggu. Dia keliatan santai dengan mimik wajah yang berbeda sejak gue terakhir kali ketemu sama dia.

Kali ini wajahnya lebih santai, gak kaku kayak waktu itu.

"Silahkan, perkenalkan diri." Ucap kepsek.

Dia berdehem pelan dan mulai mengeluarkan suara.
"Perkenalkan, Saya Alvin Yudhistira pindahan dari SMA Taruna Bangsa, Bogor."

Setelah itu, dia diam sejenak menandakan bahwa perkenalannya hanya sampai disitu. Tapi, kepsek malah menambahkan acara perkenalan ini.

"Dulunya, Alvin itu pernah menempuh pendidikan SMP di sekolah kita juga, tapi pertengangan kelas tiga SMP, dia pindah ke kota Bogor dikarenakan orangtuanya pindah tugas. Dan saat ini Alvin kembali ke sekolah tercinta ini untuk menyelesaikan SMA nya."

You In My MindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang