Sekali lagi dilihatnya sederatan kata-kata menjijikkan yang orang-orang lontarkan padanya pada kolom komentar Instagram miliknya. Baru 1 jam postingannya bertengger di internet, sudah ada lebih dari 100 komentar yang masuk di notifikasi ponsel pintarnya. Kayra menutup aplikasi tersebut dan menaruh kembali ponselnya di dalam tasnya. ia beranjak dari tempat duduknya untuk menyusul tasya di kantin. Sepanjang jalan ke kantin ia dapat merasakan tatapan menusuk orang-orang yang ia yakin pasti baru sekali melihatnya di sekolah ini. Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah liburan kenaikan kelas berakhir. Semester baru bagi siswa baru di High Space yang hari ini menjalani ospek. Hal baru juga bagi mereka mendapati Kayra berada satu sekolah bersama mereka. Kayra sudah terbiasa dengan tatapan kekagetan maupun tatapan merendahkan dari orang-orang yang melihatnya secara langsung berada di satu sekolah bersama mereka. Siswa lama di High Space tidak akan peduli dengan keberadaan Kayra karena ini bukan hal baru lagi bagi mereka.
Kayra. Seorang anak dari seorang desainer terkenal di Indonesia yang 3 tahun lalu terlibat skandal. Ibunya menikah dengan seorang pengusaha yang diketahui sudah beristri. Bukan apa-apa, istri si pengusaha ini merupakan rekan bisnis ibunya dari negeri tetangga Singapura. Ibu dan ayahnya bercerai 5 tahun lalu. Ibunya memustuskan menikah lagi dengan seorang pengusaha property. Kayra tahu hubungan ibunya dengan orang itu sudah terjalin lama. Rencana mereka menikah pun sudah Kayra ketahui sedari lama. Ia tahu rencana ibunya untuk menunggu suami barunya ini menceraikan mantan istrinya. Tak sampai 4 bulan setelah perceraian mereka, berita bahwa ibunya melangsungkan pernikahan secara privat akhirnya tercium media. Tak pelak, hujatan dari segala penjuru menghampiri keluarganya.
Tasya menyuapkan sotonya dengan lahap, padahal jam makan siang belum juga datang. Hari pertama masuk, jam pelajaran belum begitu diterapkan. Mereka masih berkutat dengan pembagian kelas. Dan Kayra akhirnya kembali satu kelas dengan sahabatnya tersebut. Sebenarnya ada lagi Dila. Namun ia tak satu kelas dengan mereka. Sekarang Dila sedang mengikuti rapat di kelasnya untuk membentuk organisasi kelas. Kelas Kayra dan Tasya sudah selesai 20 menit yang lalu. Itulah mengapa kini mereka berada di kantin. Kayra duduk di hadapan Tasya. Ia sudah minta anak itu memesankan jus manga untuknya
"Gak makan?"tanya tasya selesai menelan sotonya.
"Gak. Masi kenyang gue."ucap Kayra sesaat setelah menyedot minumannya.
"Lo diliatin lagi sama angkatan bawah?"
"Udah kayak mau keluar tu mata ngeliatin gue sepanjang koridor ke sini."
"Keterlaluan banget ga sih, Kay. Lo kan ga salah apa-apa tapi kenapa pada nganggep kalo lo kayak gitu sih."
"Kayak gitu gimana?"
"Yak komen jahat lah, ngeliatin jijik lah, ngehujat di belakang lah. Judgemental banget jadi orang." Tutur Tasya disusul dengan suapan sotonya kembali.
"Kebal gue, sya. Gue gak baru kemaren hidup dengan nyinyiran netizen dan citizen. Namanya juga beru kenal, ato gak kenal malah. Yang ada ya Cuma pikiran nge judge." Lontar Kayra disambut anggukan maklum Tasya.
Suasana kantin yang semakin ramai membuat kayra dan Tasya memutuskan untuk meninggalkan tempat itu setelah menghabiskan makanan mereka. Di sepanjang jalan menuju kelasnya, tasya tak bisa berhenti membalas tatapan meremehkan dari anak-anak baru yang dileparkan kepada Kayra. Kayra hanya terkekeh kecil setiap melihat tingkah temannya itu. Tasya memang selalu berada di barisan terdepan jika Kayra mendapat kekerasan sosial dari sekitarnya. Ia tidak segan membela temannya tiap kali ada siswa di High Space yang menghujat Kayra. Tak semuanya memang, namun dia akan selalu bertindak jika memang hujatan itu sudah kelewatan.