REMEMBER。

both

jearra termenung. kenapa memori ini muncul lagi di kepala nya? apa iya dia ga bakalan pernah lupain daniel? memang betul kalau dia sama daniel udah ngebuat ratusan ingatan manis, dari awal mereka pacaran sampai hari mereka berpisah.

dan hal buruk yang dapat jearra ingat tentang daniel itu hanya dua. dua hal yang cukup membuat jearra menangis tanpa henti. dua hal yang cukup membuat jearra tenggelam dalam kesedihan dan sakit hati.

tapi itu dulu. 

seseorang pernah berkata, sebuah luka pada akhirnya akan sembuh juga. dan jearra percaya kalau luka di dalam hati nya lambat laun akan tertutup dan pulih. dan ada seongwoo bukan? entah kenapa jearra merasa kalau lelaki itu adalah obat bagi lukanya, obat yang sangat manjur.

"je, udah siap belum?" seongwoo bertanya sembari berkutat dengan kancing kemeja nya. jearra mengangguk pelan, tersenyum kecil melihat seongwoo yang tak kunjung berhasil mengancingkan kemejanya.

demi dewa, hanya satu kancing kecil saja dia tak bisa.

jearra menghampiri lelaki itu, mengambil alih. dengan sigap ia mengancingkannya, mengelus lembut kemeja seongwoo setelahnya. seongwoo menatap jearra dan tersenyum, "kenapa lo istri-able sih? jadi pengen cepet cepet halalin lo deh, hehe."

gadis di hadapan seongwoo itu memukul pundak seongwoo pelan, menggelengkan kepala sambil tersenyum malu, "pacaran aja belum, dasar." seongwoo tersenyum jahil, "nge-kode nih ceritanya?"

"apaan sih, ga ah!" jearra menatap seongwoo kesal dengan muka merah sementara seongwoo hanya bisa tersenyum puas melihat jearra salah tingkah. "udah siap mau ngunjungin dia?" seongwoo bertanya lagi, kali ini dengan serius.

jearra menghela nafas sebelum menatap seongwoo mantap, "iya, udah siap." seongwoo mengacak rambut jearra, mengambil jaket milik perempuan itu dan menyerahkannya pada jearra.

keduanya pun meninggalkan rumah jearra, bergandengan tangan.