Dentuman musik menggema di seluruh ruangan, mendukung hiruk pikuk di dalamnya untuk menggeliat, meliukkan tubuh sesuai irama.
Bergerak bebas, melepaskan sejenak beban yang menjerat mereka dalam surga para penikmat dunia malam."Yoongi, pulanglah. Ini sudah sangat larut."
Suara itu terdengar begitu lirih menyapa telinga seorang pria dengan postur tubuh yang tak begitu tinggi, mengenakan kemeja putih dengan rompi hitam yang terlihat manis saat ia kenakan, rambut birunya membuat ia semakin menawan. Karena alunan musik yang menggelegar membuat penikmatnya semakin menggila.
"Tidak masalah Seokjin hyung, karena kau harus memberiku uang lembur."
Yoongi tersenyum lebar, menampakkan gusi merahnya beserta deretan gigi kecil putih yang menambah senyum itu semakin memabukkan.
Tak jarang Yoongi menjadi godaan tersendiri bagi para pengagumnya."YA! Bocah tengik."
Pria bernama Seokjin itu berdesis menatap Yoongi yang begitu keras kepala. Percuma ia berdebat dengan Min Yoongi, karena ia akan setia menyinggah setiap perkataan Seokjin.
Sedangkan Yoongi ia hanya berlalu meninggalkan Seokjin dengan membawa nampan berisi minuman yang sudah di pesan oleh beberapa pelanggannya.Bukannya Yoongi tidak mau memilih pekerjaan lain, namun untuk sekarang pekerjaan inilah yang dapat menolongnya.
Karena dengan keahlian yang ia punyapun belum tentu membuatnya mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.
Ia tidak bisa menunggu terlalu lama, karena ia harus menghidupi adiknya yang masih sekolah."Silahkan minumannya tuan."
Yoongi meletakkan sebotol Screaming Eagle Cabernet yang dibanderol dengan harga 500.000 USD setiap botolnya kedepan seorang pria yang dapat Yoongi tangkap kesan angkuh terpancar dari cara pria itu menatapnya.Dilihat dari apa yang ia pesan pria yang menjadi konsumen Yoongi malam ini dapat dipastikan bukanlah orang dari kalangan kelas bawah.
Tapi Yoongi tidak ingin berpikiran lebih jauh karena bukan kapasitasnya memikirkan hal-hal semacam itu."Jadi kau Min Yoongi?"
Min Yoongi yang baru saja menuangkan anggur termahal di dunia tersebut mendongak mendengar namanya disebut.
Sembari membungkuk sopan Yoongi mengiyakan bahwa dirinya bernama Min Yoongi."Apa ada yang bisa saya bantu?"
Yoongi tersenyum kepada customer tersebut yang memang sudah menjadi peraturan jika setiap karyawan harus memperlakukan konsumen dengan baik, walaupun tempat ini adalah tempat dimana para penikmat malam berkumpul."Berhentilah dari pekerjaanmu. Dan menikah denganku."
Ha?
Apa telinga Yoongi tidak salah dengar?
Bahkan ia belum pernah bertemu dengan pria dihadapannya yang melamar dirinya begitu saja.
Apa orang dihadapannya ini sedang mabuk?"Maaf, apa anda bercanda? Saya harap anda hanya bercanda tuan. Karena Jika tidak ada hal penting lagi, saya mohon undur diri."
Dengan sopan Yoongi membungkuk dan hampir pergi meninggalkan pria itu namun terhenti saat ia mendengar kalimat yang terucap dari bibir Pria berstelan hitam yang dapat ia rasakan tengah memandangnya dengan tatapan tajam."Aku akan menjamin kehidupanmu dan adikmu. Bukankah kau membutuhkan uang sehingga harus bekerja di tempat ini?"
Yoongi kembali menatap pria yang entah mendapatkan informasi dari mana hingga apa yang ia katakan benar adanya.
Ia memang membutuhkan uang untuk mencukupi hidup nya dan juga adik satu-satunya."Maaf, tapi saya masih bisa melakukannya sendiri."
Harga diri Yoongi cukup tinggi untuk tidak menerima penawaran apapun dari orang asing.
Walaupun ia sangat membutuhkannya, namun ia tidak semudah itu menerima bantuan dari orang lain ditambah lagi orang yang sama sekali tidak ia kenal."Permisi tuan dan terima kasih."
Yoongi keluar dari ruangan VVIP yang memang dikhususkan bagi mereka yang memiliki tipe yang sama dengan pria yang ia temui beberapa saat yang lalu.
Tapi ia belum pernah bertemu dengan konsumen semacam ini."Ya Tuhan, dia pikir dia siapa? Seenaknya sekali."
Yoongi berjalan begitu cepat sembari bersungut, ia merasa dilecehkan.
Mengajak menikah?
Dengan jaminan kesejahteraan hidup?"Aku rasa pria itu kurang waras."
Bagaimana jika pria itu sudah berkeluarga?
Atau bagaimana jika itu hanya iming-iming dan akhirnya ia akan dijual sebagai budak.
Atau hanya di jadikan sebagai pemuas nafsu belaka, seperti halnya drama-drama yang sering tetangga sebelah rumah sewanya tonton.
Yoongi bergidik ngeri membayangkannya."Yoongi kau baik-baik saja?"
Yoongi terlonjak kaget saat tiba-tiba pundaknya di tepuk oleh seseorang yang ternyata adalah Seokjin. Mengusap dadanya sambil mendengus sebal sedangkan Seokjim malah terkekeh sembari menutup mulut dengan punggung tangannya."Aish, Seokjin Hyung. Ish kau tambah memperburuk suasana hatiku."
Yoongi lekas melepas rompi hitamnya dengan tergesa-gesa.
Menggantinya dengan hoodie hitam yang terlipat rapi di dalam lokernya."Kau mau pulang Yoongi?"
Seokjin bertanya sembari duduk di kursi depan loker para karyawan.
Bukannya tadi Yoongi bersikeras akan lembur?
Kenapa jadi tiba-tiba ia ingin pulang?
Apa ada masalah?"Iya hyung. Aku pulang saja. Kau tau aku.. aish. Besok saja aku ceritakan hyung. Aku pulang dulu. Selamat malam."
Yoongi langsung berlalu meninggalkan Seokjin yang hanya menatap kepergian Yoongi tanpa mendapat jawaban dari pria itu.Seokjin hanya mengedikkan bahu dan berjalan keluar dari ruangan karyawan dan kembali melanjutkan aktifitasnya.
Cerita baru?
Tiba-tiba nemu di note jadi tidak ada salahnya saya Up.
Di lanjut atau Unpublis sajakah?
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity
Fanfiction"When the universe was first made Everything has been decided Just let me love you."- Jimin