Berdebat

42 6 0
                                    

Gua sekarang masih berada di taman dekat dengan kompleks rumah. Tapi bedanya sekarang Saputra berada disini.

Tadi dia mengikuti gua dan Sandi saat kesini. Untung saja Saputra tidak mendengar perbincangan kita.

Gua sekarang duduk ditengah bangku taman dan disamping kanan gua Sandi kakak gua dan samping kiri Saputra.

Gua hanya diam, karena dua orang ini mengeluarkan aura yang benar-benar menyeramkan. "Ngapain lu disini? Ganggu gua pacaran aja, sana lu pergi hush hush"usir Sandi pada Saputra.

"Apa? Gua nggak salah denger kan? Harusnya lu yang pergi, lu ini cuma PACAR, sedangkan gua CALON SUAMINYA"ucap Saputra sambil menekankan kata pacar dan calon suami.

Gua hanya memutar bola mata saat Saputra berbicara seperti itu. Walaupun dia calon suami gua, kalau gua nggak mencintai dia, jangan dipaksa dong, nyolot banget deh.

"Kan lu masih CALON SUAMINYA belum SAH jadi SUAMINYA, bisa aja nanti gua yang jadi SUAMI YANG SAH NYA" ucap Sandi yang penuh penekanan juga.

Gila aja gua mau nikah sama lu kak, kan lu sedarah sama gua. Gua sih maunya ngomong kaya gitu, tapi kan sekarang gua lagi bikin rencana ini dan rencana ini nggak boleh gagal.

"Shuttt"ucap gua yang saat mereka akan melanjutkan berdebat. Gua bangun dari duduk gua, gua nggak mau duduk ditengah, bisa-bisa kuping gua jadi budeg nih gara-gara mereka berdua teriak-teriak nggak jelas.

"Kalau mau debat lanjut lagi aja, tapi gua liatin aja ya disini, gua nggak mau duduk disitu, kuping gua pengang nih"ucap gua sambil memegang kuping gua yang sakit.

"Oke"ucap mereka berdua serempak. Lalu mereka melanjutkan perdebatan mereka dan gua hanya jongkok di rerumputan taman ini sambil menatap mereka yang sedang berdebat.

Pada saat mereka berdebat gua juga ikut mengomentari mereka, seperti.

"Eh apa-apaan? Gua ini bukan cewe matre kaya cewe lain ya"

"Eh gila ya lu? Masa iya gua mau punya anak mirip lu"

"Eh gila, masa iya gua mau sama lu"

"Sandi itu cowo setia, nggak kaya lu yang playboy"

Seperti itulah mungkin gua mengomentari omongan merek berdua. Akhirnya mereka berdua diam mungkin saja lelah karena berdebat.

Gua bangkit dan segera berlalu meninggalkan mereka berdua. Gua pergi ke salah satu warung kecil yang dekat dengan taman.

"Bu, beli minumnya dua"ucap gua.

"Nih neng"ucap ibu penjaga warung itu sambil menyodorkan dua botol minuman. Gua pun menerimanya dan memberi uang untuk membayar minuman itu. Gila aja gua ngambil minuman terus main kabur, entar gua dikira maling lagi wkwkwk.

Gua langsung berlari ketempat dua orang pria tadi yang masih lelah, tapi mereka menatap satu sama lain dengan pandangan tidak suka.

"Ih hati-hati nanti jatuh cinta loh"ucap gua karena mereka berdua yang saling tatap terus.

Merek berdua langsung menatap gua lalu"Najis"ucap mereka berdua serempak. "Cie ngomongnya barengan, bisa jadi kalian berdua jodoh loh hahaha"ucap gua lalu tertawa terbahak-bahak.

Mereka berdua menatap tajam gua, gua pun langsung diam untuk tidak tertawa lagi.

"Nih minum, kalian haus kan"ucap gua sambil menyodorkan satu botol minuman ke arah mereka. Mereka berdua menatap gua dengan pandangan bingung.

"Kenapa?"tanya gua.

"Satu lagi mana?"ucap Sandi.
"Ya ilah satu juga cukup kali, berbagi itu minumannya, satu buat kalian berdua"ucap gua.

Gua membuka tutup botol minuman milik gua. Gua langsung meminumnya. Mereka berdua malah diam dan tidak meminum air mereka.

"Kok nggak diminum sih? Gua kan udah beliin"ucap gua kesal.

"Nih, ini buat lu aja"ucap Sandi sambil menyodorkan botol minum itu pada Saputra.

"Gua minumnya yang punya pacar gua aja" lanjut Sandi lalu mengambil botol minum milik gua. Gua tidak marah, karena gua dan dia itu kan adek kakak jadinya harus berbagi.

"Eh lu yang ini aja, gua minumnya berdua sama calon istri gua" ucap Saputra yang ingin merebut minuman gua dari Sandi.

"Ya ilah, sama aja juga, padahalkan banyakkan yang ini minumnya" ucap gua sambil melihat minuman yang belum diminum itu.

"Giliran yang punya gua direbutin, pusing gua, mendingan gua balik, capek gua"ucap gua yang langsung meninggalkan mereka berdua yang masih memperebutkan botol minum itu.

***

Di rumah

Gua menatap diri gua di cermin, gua mikir, mandi? Jangan? Gua bingung harus mandi atau nggak?

Gua melihat diri gua di cermin. "Masih cantik ah, nggak usah mandi ganti baju aja" gumam gua yang langsung berlalu untuk mengganti pakaian.

Tok..tok..tok..

Suara pintu kamar gua, ada yang mengetuk pintu kamar gua. Siapa ya? "Masuk!"teriak gua, gua pun duduk di kasur untuk menunggu siapa yang kekamar gua.

Nanti aja gua ganti bajunya, kalau tuh orang udah nggak ada urusan lagi sama gua.

Sandi membuka pintu kamar gua sambil melirik ke kanan dan kiri seperti sedang mencari gua.

"Ngapain lu? Gua disini woi, masa kaga keliatan"ucap gua.

"Eh lu ada disitu"ucap Sandi yang langsung masuk kamar gua dan tidak lupa menutup pintu kamar gua.

Sandi mendekat ke arah gua, dia langsung membanting tubuhnya ke kasur gua.

"Lu kaga mandi dek?"tanya Sandi langsung. Gua hanya diam, gua yang tadinya menatap dia gua langsung mengalihkan pandangan ke arah lain.

Gua pura-pura budeg alias pura-pura nggak denger. Padahal tadi gua jelas-jelas mendengar apa yang dikatakan Sandi.

"Jangan sok budeg deh, gua sekali lagi tanya sama lu, lu udah mandi belum?"ucap Sandi tegas.

Gua berdiri yang tadinya gua duduk dikasur, gua langsung ngibrit ke arah kamar mandi.

Gua kapok gara-gara gua nggak mandi dan ketahuan oleh Sandi. Sandi pertamanya dia bertanya dengan baik dan pada saat gua bilang gua males mandi dia masih berwajah manis.

Gua kira disitu dia nggak marah, tapi dia langsung menggendong gua ala bridal style dan membawa gua ke kolam renang yang berada dirumah kita, lalu dia melempar gua ke kolam itu.

Gua langsung kaget, gua mencoba untuk naik karena gua kedinginan. Tapi lagi-lagi Sandi malah mendorong gua dan alhasil gua jatuh lagi ke kolam renang.

Gua alhasil jadi demam karena kejadian itu. Gua demam hingga lima hari lamanya.

Gua keluar dari kamar mandi, gua menengok kanan dan kiri. Sandi sudah tidak ada dikamarnya. Gua keluar dari kamar mandi.

Gua dengan cepat memakai baju gua, gua memakai baju lengan panjang berwarna hitam dan celana pendek berwarna putih.

Gua membuka pintu kamar gua, gua berniat untuk makan karena gua sudah lapar.

Pada saat gua ingin menutup pintu kamar gua, tiba-tiba ada yang menarik tangan gua dan menarik gua ke kamar gua, lalu menutup pintu dengan cepat.

Gua nggak bisa lihat siapa orang ini, karena kepala gua tertutup oleh badannya. Sekarang gua dipeluk sama entah siapa orang ini.



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 15, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SATELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang