Rencana

31 10 2
                                    


Gua sekarang berada di kamar gua. Gua nangis, sedih, kesal, benci semuanya menjadi satu.

Gua benar-benar nggak nyangka, kenapa daddy sama mommy dengan segampang itu menerima Saputra menjadi suami gua.

Owh iya, nama cowo tadi adalah saputra. Sebenarnya tadi pria itu baru melamar gua. Dan orang tua gua dengan mudahnya menerima dia.

Gua nggak mau sama orang itu. Kenapa juga daddy sama mommy malah setuju aja.

Gua menangis sekencang-kencangnya dikamar. Gua nggak peduli orang yang pusing mendengar gua nangis.

Walaupun gua preman kaya gini, gua juga bisa nangis. "Argghhh mommy hiks hiks kenapa kalian berdua jahatt!"teriakku kencang.

"Huaaaaaaa jahatttttt semuanya jahattt!"teriakku lagi.

Gua mengambil bantal gua dan melemparnya ke arah sembarangan. Gua mengambil semua barang yang di dekat gua dan melemparnya ke arah sembarang.

Gua mengambil handphone gua dan gua sudah mulai ingin membanting handphone itu. Gua berpikir, gua mengurungkan niat untuk membantingkan handphone gua, jangan ini mahal wkwkwk.

"Huaaaaaaaaaaaaa mommy jahattt mommy udah nggak sayang lagi sama Satella"teriakku lagi.

Gua melihat ke arah pintu kamar gua. Ada yang membuka pintu itu, gua hanya tetap membanting benda-benda yang di dekat gua.

Orang itu melihat ke arah gua, gua menatapnya tajam, lalu gua mengambil sandal yang khusus untuk di dalam rumah dan melemparnya ke arah orang itu.

Tapi dia menghindar, gua kesal akhirnya gua mengambil satu lagi sendal gua yang sisa satu-satunya barang yang bisa gua lempar.

Gua melempar kearahnya tapi tidak jadi, orang itu sudah menghindar duluan dan itu kesempatan gua, gua melemparnya dan tepat mengenai orang itu.

Orang itu menatap gua kesal karena gua sudah menghadiahkannya sendal jepit ke arahnya.

Dia mendekat ke arah gua, gua cuma diam dan masih nangis. Gua menatapnya tajam dan tidak berhenti menangis.

Dia langsung memeluk gua, gua melotot kaget dan meronta untuk melepaskan pelukannya.

Tapi dia malah menahannya, dan gua pun hanya menangis di pelukannya. Gua menangis tambah kencang.

Gua mencoba untuk melepaskan pelukan darinya karena gua sudah tenang dan gua juga sudah tidak bisa bernafas.

Dia melepaskan pelukannya. Gua menatap dia dengan mata gua yang berkaca-kaca. Gua rasanya ingin menangis lagi saat melihat dia.

"Kak Sandi kenapa baru pulang sekarang? Hiks hiks kak mommy sama daddy jahat, mereka jahat sama gua"ucap gua yang sudah menangis lagi.

"Sorry dek gua baru balik sekarang, gua disana ngurusin kantor daddy, kan lu tahu sendiri disana banyak banget kerjaannya"ucap Sandi yang sambil memeluk gua.

Sandi adalah kakak gua satu-satunya. Dia cowo yang sangat baik, pada saat gua kecil dia selalu melindungi gua, tapi pada saat sandi lulus kuliah dia langsung disuruh daddy untuk mengurus kantornya yang berada di jepang.

Sandi udah lima tahun dia di jepang, dia tidak pulang-pulang. Tapi, sekarang dia sudah pulang, gua benar-benar kangen sama dia.

Gua menangis dipelukannya, gua memeluknya erat. Gua nggak mau dipisahin sama sandi lagi.

Tanpa sandi rasanya sepi banget dirumah. Sandi selalu menghibur gua, dia selalu bisa bikin gua ketawa lagi saat gua sedih.

"Shutt udah jangan nangis lagi, emangnya kenapa nangis sih? Ada masalah apa?"ucapnya.

Gua melepaskan pelukannya dan gua menatap Sandi. "Gua udah punya calon suami dan calon suami gua adalah orang yang baru gua lihat, bahkan baru hari ini"ucap gua langsung.

Sandi sempat terlonjak kaget, lalu dia mencoba untuk tidak terlalu kaget. Sandi mengusap kepala gua pelan.

"Lu nggak mau dijodohin?"

"Bukan, sebenarnya dia yang ngelamar duluan, mommy dan daddy malah setuju saja, padahalkan gua baru kenal"

"Owhh, emangnya kenapa dia bisa langsung lamar lu ya? Emangnya ada yang spesial dari lu?"ucap Sandi sambil menatap gua dari atas sampai bawah.

"Cantik? Nggak terlalu. Baik? Nggak baik kalau bandel sih iya. Pintar? Malahan nilainya jeblok semua. Jago masak? Masak air aja ampe gosong"ucapnya sambil menilai gua.

Wah seenaknya aja, dia kira gua nggak bisa masak air apa? Sekarang gua beda dengan gua yang dulu, gua sekarang bisa masak air.

"Yehh jangan seenaknya ya kak, gini-gini gua udah berubah, sekarang gua udah bisa masak air kali"ucap gua kesal karena dihina oleh kakak gua sendiri.

"Owh, udah bisa masak air, terus bisa masak apalagi?"tanya Sandi.

Gua hanya diam. Hening. "Krik krik krik" tiba-tiba jangkrik lewat. Gua bingung harus jawab apa.

"Gua bisa masak air"ucap gua bangga.

"Terus, kecuali masak air masak apalagi?"

"Nggak ada"ucap gua. Hening, Sandi menatap gua, gua pun juga menatap Sandi. "Sama aja lu nggak bisa masak"ucap Sandi yang langsung mengelitik badan gua.

"Arghhh hahaha kakkk hahaha udah kak hahaha gelii"ucapku karena Sandi masih asyik mengelitik perut gua.

"Lu apain istri gua?"teriak seseorang. Gua tahu siapa suara ini. Sandi langsung berdiri tegap, gua juga bangun dari tidur gua.

Gua menatap orang itu malas. Saputra kenapa bisa masuk kamar gua seenak jidatnya.

Tiba-tiba bohlam lampu muncul di kelapa gua, eh typo kepala gua. Gua menatap Sandi dan Saputra secara bergantian.

"Kenapa? Emangnya masalah lu, lagia dia ini pacar gua dari dulu"ucap gua yang langsung memeluk Sandi.

Sandi hanya diam dan tidak melawan. Mungkin Sandi sudah mengira ini akan terjadi.

"Owh ini pacar lu"ucap Saputra sambil mendekat ke arah Sandi.

"Kenalin, gua Saputra calon suami Satella"ucap Saputra sambil menyodorkam tangannya ke arah Sandi.

Sandi hanya menatap tangan Sandi dengan malas tanpa berniat untuk berjabat tangan dengan Saputra.

Mungkin Sandi juga tidak menyukai Saputra. Rasanya gua pengen ketawa ngakak banget saat Saputra yang menurunkan tangannya dengan malu.

"Udah ya, sorry gua mau jalan sama pacar gua bye"ucap gua dan langsung mengajak Sandi agar keluar dari kamar.

***

Di taman

Gua sekarang berada di taman dekat kompleks rumah gua. Gua sengaja menagajak kakak gua juga karena gua sudah mempunyai rencana.

"Kak lu mau bantuin gua nggak?"ucap gua.

"Gua pasti akan selalu bantu adik kesayangan gua"ucap Sandi.

"Good, kalau gitu kakak mau kan jadi pacaran bohongan Satella, biar Saputra itu nggak jadi melamar Satella"ucap gua.

"Iya, gua pasti bakal bantu lu, kalau memang itu yang terbaik buat lu, gua juga udah nggak suka sama si Saputra itu, dia itu kayanya cowo playboy"

"Iya kan, kakak juga ternyata peka"

Hahahaha 'ketawa jahat ala devil' awas aja lu Saputra. Gua jamin lu nggak bakal mau jadi suami gua. Gua udah siapin rencana ini matang-matang.

Matang-matang? Masak aja gua kaga bisa, gimana bisa matang wkwkwk justkid.

SATELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang