Ke ㅡ 1

20 1 0
                                    

Rendy Pandugo - Sebuah Kisah Klasik

***

1. Si Bon-bon


"Om Rey, om!"

Mendengar suara kegaduhan dari luar rumahnya, membuat Lala yang sedari tadi menonton film terpaksa harus menghentikan aktivitasnya itu dan menghampiri seseorang yang meneriaki nama sang Papa.

"Buset dah Ji, kenapa sih?"

"Bokap lo mana bokap lo!"

Wajah panik Jihan membuat Lala semakin was-was kalau memang sedang terjadi sesuatu padanya. Atau mungkin terjadi sesuatu yang sebenarnya sepele tapi malah dibesar-besarkan oleh perempuan ini.

"Pa! Papa!" teriak Lala dari tempatnya, tidak lama Papa datang menghampiri seraya memegangi cangkul kayu. Lala yakin sang Papa habis melakukan 'sesuatu' yang nantinya akan mengakibatkan kemarahan Mama.

"Kenapa sih, La?"

"Itu si Jihan yang manggil, Pa."

Mata Papa pun mengarah pada Jihan yang ternyata mukanya sudah makin panik. Entahlah Lala tidak bisa menebak apa yang sebenarnya terjadi pada perempuan berkerudung itu.

Jihan tidak menjawab pertanyaan Papa melainkan menarik lelaki paruh baya itu untuk mengikutinya. Sontak, Papa dibuat terkaget begitu juga dengan Lala yang langsung memakai sandal jepitnya dan mengikuti Jihan.

"Ji! Jihan! Woi!" teriak Lala yang hampir tertinggal dan merasa heran karena begitu cepatnya Jihan berlari. Padahal setiap pengambilan nilai atletik, Jihan termasuk salah satu murid yang kalau berlari sangatlah lambat.

Karena kegaduhan yang Jihan serta Lala ciptakan membuat beberapa tetangga dibuat penasaran. Termasuk Raka dan Esa yang langsung keluar dari dalam rumah keduanya.

"La, ada apaan sih nih?" tanya Esa yang bahkan bertelanjang kaki menghampirinya.

Bingung antara ingin mengejar Jihan atau menjawab pertanyaan Esa akhirnya Lala berhenti berlari demi mengatur nafasnya.

"Itu si Jihan, gak tau kenapa tiba-tiba bawa lari bokap gue."

Keduanya sama-sama mengerutkan dahi dan saling bertatapan begitu mendengar penuturan Lala. Tidak ingin membuang-buang waktu dengan melihat reaksi kedua lelaki itu, Lala pun kembali melanjutkan larinya yang langsung diikuti dengan teriakan Raka dan Esa.

"La! Tungguin woi!"

"Lala!"

Sebelum mengejar Lala, Esa meminta Raka untuk menunggunya sebentar. Karena dirinya harus mengambil sendal jepit yang tertinggal.

"Raka, ada apa sih ini? Berisik sekali."

Raka memutar badannya lalu mendapati Ibu dan Tante MiraㅡMama Lalaㅡdengan celemeknya masing-masing tengah berdiri di balik pagar hitam.

"Gatau, Bu. Kata Lala, Om Rey dibawa lari sama Jihan. Makanya ini mau di kejar."

"Hah?" balas Tante Mira yang langsung berjalan cepat mengejar anak perempuannya. Ibu pun mengikuti sambil mengucapkan sesuatu yang pasti tidak jauh dari kata-kata 'ada-ada saja' atau 'yaallah'.

Tidak ingin tertinggal, baik Raka dan Esa, mereka segera mengikuti Lala yang sebenarnya sudah berada jauh di depan.

"Nih gue yakin, masalahnya gak jauh-jauh dari kucing." kata Esa masih terus berjalan cepat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 11, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MerakiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang