Ceklek.
"Mah? Mamah, Ara pulang..."
Mendengar teriakan itu, Riana langsung terlihat tengah menuruni anak tangga dengan tersenyum hangat.
"Pagi Mah!" Sapa Alex seraya mencium punggung tangan calon ibu mertuanya itu.
"Pagi sayang, gimana tidurnya? Pasti gak nyaman kan tidur di rumah sakit," Alex tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
Ara terlihat memutar bola mata sebal. "Yang baru keluar dari rumah sakit itu aku, bukan Alex. Malah dia yang ditanyain,"
Riana mengusap wajah Ara dengan lembut. "Jangan marah-marah, nanti jidatnya berdarah lagi. Oh iya, Mamah mau ke kantor Papah kamu dulu,"
"Yah, baru juga aku pulang masa udah ditinggal. Aku itu abis kecelakaan loh, Mah..." Ucap Ara yang merasa di anak tirikan.
"Eh, usaha Papah kamu itu belum sekuat keluarganya Alex. Dan kalah Mamah gak ikut Papah keluar kota buat kerja sama ini itu, nanti dia ada main sama wanita lain gimana?"
"Yeu, bucin." Ucap Ara menyahuti.
"Gak boleh gitu," bisik Alex.
"Di rumah kan ada Bi Dijah juga, ada Alex juga. Titip Ara ya Lex, nanti juga Shahil pulang kok, katanya simulasinya cuma satu pelajaran perharinya..." Ucap Riana.
Alex mengiyakannya. "Iya Mah, biar Alex jagain Ara sampe Shahil pulang."
"Okay, beres. Mamah pergi yah, kalian hati-hati." Riana pun berlalu, meninggalkan Ara yang terlihat sangat tidak bersemangat.
"Aku anter ke kamar," Alex menuntun Ara dengan perlahan. "Tangan kamu masih sakit?"
"Sedikit, tapi udah gak bengkak kok..."
"Sekarang bengkaknya sebadan, haha..."
"Maksud kamu, aku gendutan?" Tanya Ara mengernyit heran.
"Eh enggak kok, becanda doang kok. Tapi kalau gendutan gak pa-pa, pasti lucu. Kamu kan pendek,"
"Mentang-mentang tinggi." Sahut Ara.
Sesampainya mereka di dalam kamar, Alex langsung meminta Ara untuk segera berbaring dan beristirahat. Bagaimanapun luka pada keningnya masih basah, sudah pasti Ara masih akan merasakan pusingnya.
"Sekarang kamu tidur, aku mau ambil baju di mobil, aku mau ikut mandi di sini gak pa-pa kan?"
"Iya, jangan kemana-mana! Kamu harus nemenin aku,"
Alex mengangguk pelan. Kemudian ia keluar dengan harapan bahwa Ara akan menuruti perkataannya ya itu istirahat. Tapi bukan Ara namanya, jika ia tidak menggunakan kesempatan saat Alex pergi. Dengan cepat ia meraih ponselnya dan mengecek aplikasi whatsapp.
"Yah, gara-gara Alex nih pasti. Orang-orang jadi jarang ngechat gue," Ara meng-close aplikasi whatsapp. Kemudian beralih membuka akun instagramnya.
"Ya! Jeon Jungkook, what are you doing dude? Itu roti kalau kena angin bisa basi sayang, ayo tutup dek hahaha... Lah basah-basahan lagi, solo stage terniat." Ara selalu gemas sendiri melihat penampilan yang idolanya tampilkan.
Ara terus menarik-ulur, sana-sini dan melihat beberapa postingan lucu yang melewati explore pada akun instagramnya. Hanya dengan satu aplikasi saja, Ara bisa lupa waktu, belum lagi perihal drama korea, bollywood, dan juga hollywood, satu lagi, yaitu youtube. Mungkin Ara bisa melupakan kehidupan luar kamar hanya dengan hal sederhana seperti itu.
Ceklek.
Hampir saja Ara melemparkan ponselnya karena kaget dengan kedatangan Alex yang tiba-tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alexio Derald (POSSESIVE BOYFRIEND)
Novela Juvenil[Move to Dreame] "You are mine." "No, i'm not." Tekan gadis itu, menolak. "You should be mine." "CINTA datang karena TERBIASA, bukan karena Di PAKSA Alexio!" Sentaknya. "Lambat laun kamu akan terbiasa dengan kata terpaksa Arana moura." Ucap Alex den...