Korban 1

10.4K 235 5
                                    


Korban pesugihan 1

Zahra melirik kesal, pada sepeda motor yang baru saja pergi dari parkiran rumah makannya. Bukan hanya sekali. Ini sudah yang kelima kali, sejak ia mengganti sang ibu jaga, satu jam lalu. Dan hal seperti itu sudah berlangsung selama berbulan- bulan. Para pembeli yang sudah parkir di depan warung milik orang tua gadis berhijab itu, tiba-tiba pergi setelah melihat kearah Timur, rumah makan baru saingannya. Bahkan ada diantara mereka  yang sudah memasuki warung ayam goreng Zahra, tapi begitu menengok ketimur, orang itu akan pergi begitu saja.

"Huuh, hebat bener sih, Bu Nyunyu itu," gerutu Zahra sambil mengendus kesal.

"Hebat gimana maksud mu, Ra?" Sahut ibu Zahra yang baru saja menyelesaikan sholat asar.

Zahra menghela nafas keras.

"Ihh Ibu, kan udah banyak yang bilang kalau mereka pakai pasugihan, biar laris!" Terang gadis bermata bulat itu, setelah ibunya duduk dihadapan.

"Idih, kata siapa, emang kamu punya bukti, kalau nggak punya itu namanya fitnah." jawab ibunda Zahra halus. Beliau mencoba meredam amarah anak gadisnya.

"Bu, lihat warung kita dulu laris, tapi sejak rumah makan Bu Nyunyu ada mendadak sepi. Terus udah berapakali langganan kita, yang nggak sengaja ketemu di jalan tanya kenapa kita tutup terus. Padahal kita buka, nggak pernah absen. Banyak juga yang bilang masakan mereka nggak enak, enak masakan Ibu, tapi kenapa mereka laris terus, belum lagi kabar yang beredar dari para tetangga." Panjang lebar Zahra membeberkan alasannya. Ibunya terkekeh melihat gaya bicara Zahra yang semangat empat lima.

"Tapi belum ada bukti nyata, kan? masih berdasarkan prasangka dan katanya," jawab ibu gadis manis itu sambil merekahkan senyuman. Walau dalam hati ia membenarkan argumen anak gadisnya.

"Ta ... tapi ... Bu ,,,-"

"Zahra," potong sang ibu. "Rezki itu datangnya dari siapa?"

"Allah," dengan nada bersungut. karena ia tahu bakal ada ceramah panjang dari sang ibu.

"Nah tu tau" wanita berwajah tenang itu tersenyum, "tak ada yang bisa menentang takdir Allah. Bila sekarang warung sepi itu berarti rezki kita memang segini. Disyukuri saja supaya Allah melipat gandakannya." lanjut ibu Zahra.

"Iya, Bu" lirih Zahra. Gadis itu sadar bila ia membantah hanya akan memperpanjang nasihat sang ibu. Selain itu, apa yang ibu katakan benar. Bahwa rizki adalah dari-Nya. Dan semua yang terjadi sekarang adalah ujian untuk keyakinannya, akankah goyah, dan lebih mempercayai bahwa kelancaran usaha mereka selama ini hanya karena jerih payah sendiri tanpa campur tangan-Nya.

Kejadian kembali berulang. Seorang wanita berhenti di depan warung makan Zahra. Begitu pembeli masuk, Zahra menyambutnya dengan senyum seramah mungkin. Setelah bertanya-tanya harga beberapa menu, perempuan Dengan rambut terurai itu menengok ke timur, seketika,

"Maaf mb, " ujarnya sambil berlalu kembali menaiki motor dan pergi Begitu saja.

"Astagfirallah" bisik Zahra, "tenang Zah, ini ujian."batin zahra kemudian meredam gemuruh hatinya dengan istigfar.

Ibu Zahra tersenyum getir. Dadanya sesak

Tapi ia tahu ini ujian untuknya.

Korban Pesugihan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang