korban 5

100 5 0
                                    

MAAF SEMUA, SAYA LAMAAAAAAAAAAAA BANGET UPDATENYA. 🙏🙏

Malam itu menjadi malam yang tidak terlupakan untuk sepasang kakak beradik di sebuah kampung di Kalimantan. Khilmi dan Lila berpelukan di sudut kamar. Di ruang depan kedua orang tua bertengkar hebat. Tapi kedua gadis itu hanya bisa mendengarkan sambil menangis didalam kamar.

Kemudian terdengar langkah yang tergesa keluar dari rumah. Tak berapa lama rumah yang berdinding separuh tembok separuh anyaman bambu itu hening. Khilmi sang kakak mengurai pelukkannya perlahan berjalan menuju ruang depan. Kosong.

Satu minggu berlalu. Kedua gadis kecil itu bertahan hidup hanya dengan mengandalkan singkong yang tumbuh di belakang rumah dan makanan pemberian tetangga. Tak ada kabar tentang keberadaan kedua orang tuanya.

Tepat dihari ketujuh pasca menghilang kedua orangtua mereka, jiwa khilmi terpenjara dalam raganya sendiri.

Sore itu entah mengapa gadis berusia tiga belas tahun itu merasakan hawa tidak nyaman di sekelilingnya. Mendung menggelyut dilangit tapi seakan enggan menumpahkan hujan sejak siang.

Terdengar kumandan azan isyak dari mushola dipenghujung desa, kala khilmi dan lila tengah menyantap singkong bakar yang telah dimasukkan sang kakak kedalam bara sejak sore tadi. Walau dada terasa sesak mengingat ibu dan bapak yang tak kunjung ada kabar khilmi tak pernah absen dalam menyiapkan makan si adek. Pun hanya mengais singkong dibelakang rumah.

Malam itu benar-benar sunyi. Para hewan malam seakan enggan bersuara. Sesekali angin menerobos celah-celah dinding anyaman bambu tersebut. Menghadirkan gigil pada tubuh khilmi dan lila.

Setelah kenyang lila telelap dalam mimpi indah, meninggalkan sang kakak yang masih saja terjaga dengan bulu kuduk yang beberapa kali meremang. Insting khilmi yang mengatakan ada bahaya mengintai membuatnya tak juga mampu memejamkan mata. Doa di rapal seingatnya saja. Bertahun lamanya dia tak lagi mengijakkan kaki ke mushola untuk mengaji. Waktunya habis untuk bersekolah dan membantu kedua orang tuanya. Ditambah kedua orangtua yang perlahan meninggalkan kewajiban sebagai umat muslim, sholat lima waktu. Semakin tersesatlah mereka mengejar dunia tanpa tau siang dan malam.

Tiba-tiba angin besar menghatam dinding rumah mungil itu. Menggetarkan dinding-dinding bambu dan juga hati khilmi. Wajahnya membeku menahan air mata. Tangannya mencengkram selimut usang yang ia pakai dengan kuat saat asap sedikit demi sedikit masuk kedalam kamar.

Perlahan asap berkumpul dan berubah menjadi sosok manusia setengah ayam. Dia berkaki ayam berekor seperti ayam jago berwarna hitam legam. Tapi dari perut hingga kepala berwujud manusia meski ada sedikit bulu didada dan kepala yang terdapat cengger.

Mata merah manusia setengah ayam itu bersiborok dengan mata khilmi. Hanya dalam hitungan detik tubuh terpaku khilmi menggerang. Manusia setengah ayam berubah menjadi asap mebumbung tinggi diatap rumah kemudian menghantam tubuh kecil itu kuat. Dia terjerembab kebelakang.

Sekilas tak ada yang berbeda. Gadis itu terduduk ditempat ia terjatuh. Ia bisa melihat semua secara jelas seperti biasa. Tapi ia kehilangan kendali atas dirinya. Bahkan untuk menghentikan tubuhnya yang sedang mengais lantai tanah pun tak mampu ia lakukan. Setiap khilmi ingin menggerakkan tubuhnya sesuai keinginannya yang keluar hanyalah erangan di mulutnya.

Korban Pesugihan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang