Last

835 26 0
                                    

[Kunjungan Beruang Kutub]
==========

Cukup. Cinta ngak perlu pemikiran yang sulit. Bahkan orang tersulit seperti aku dan Raya pun akhirnya berada di satu cinta pada akhirnya.

***

Flashback on Chanyeol's POV
Pukul 14:00, Sunny Caffe

Suasana cafe saat ini membuatku gerah dan cukup jengah. Masalah yang kumiliki sudah sangat menyita banyak energi, bahkan sekarang aku harus menempatkan diri duduk sembari menunggu kedatangan seseorang.

Orang yang kutunggu akhirnya memunculkan wujudnya di hadapanku. Dia duduk lalu meneguk habis segelas air putih yang memang sedari tadi mangkir di meja kami. Dia, Ray--- sodara Hani yang menurutku tidak terlalu suka bicara. Tatapan tajamnya mengarah padaku. Marah? Jelas kini sangat tersirat di wajah itu.

"Maaf, aku tidak akan mempertahankan Hani untuk tetap berada di perusahaan. Dia tidak boleh terlebat lebih jauh. Membiarkannya resign adalah cara terbaik untuk menjauhkan dirinya dari masalah yang tengah ku lhadapi", matanya menelisik tiap ekpresi yang terlintas di wajahku.

"Berarti benar, itu semua hanya permainan kotor kalian? Hani hanya dimanfaatkan bukan?"

"Iya"

"Aku terima kalau seperti ini cara kamu nolong dia. Tapi aku tidak terima jika nama baik Hani jadi rusak karena kalian"

"Tidak! Aku akan meverifikasi semua kabar itu ke semua karawan sampai jelas. Aku hanya butuh waktu. Paling tidak hanya untuk enam bulan ini. Tolong, Ray. Mengertilah! Aku mencintai kakakmu, sangat mencintainya. Tapi aku butuh waktu agar hubungan kami tidak menyakitinya. Hanya enam bulan, Ray. Aku akan menemui Hani kembali jika masalah ini sudah selesai. Awalnya aku berpikir jika Minho dapat menjaga untuk sementara waktu. Tapi ternyata aku salah. Mohon jaga dia. Aku akan menemuinya setelah masalah ini berakhir"

Aku merutuki diriku yang terlihat begitu pengecut di hadapan Ray. Memohon sampai seperti ini, harus kulakukan hanya untuk meraih sebuah kepuasan. Aku harus puas memastikan Hani akan baik-baik saja di saat-saat berat yang kami alami.

"Dasar bodoh. Jelas aku bakal melindungi Hani apapun yang terjadi. Aku adik lelakinya. Melindungi keluargaku adalah tanggung jawabku bersama Ray. Yang harus kau pastikan adalah tidak mengingkari janjimu barusan. Enam bulan--- aku pegang janji itu"

Ray beranjak dari kursinya berjalan memunggungiku. Namun langkahnya terhenti lalu satu tinju melayang menabrak perutku.

"Ini untukmu, yang sudah buat Hani nangis sepanjang hari".

Flashback end

___________


Hani's POV
At home

"Noel, dagingnya masih di kulkas. Ambil sana gih", Ray yang sedari tadi sibuk menyalakan bara api di halaman rumah berteriak kencang saat merasa yang dilakukan sudah hampir berhasil.

Aku dan ibu tengah merapikan meja yang memuat banyak hidangan dan peralatan makan di atasnya. Hari ini kami mengadakan acara barbeque-an. Aneh memang, bukan budaya kami banget. Tapi si kunyuk Noel mati-matian merayu ibu untuk membuat acara ini--- alih-alih ingin kumpul bareng keluarga. Padahal nyatanya dia ingin hari ulang tahunnya dirayakan. Lah! Ray aja masih woles wae kalau hari ini dia juga berulang tahun.

"Permisi", suara seseorang yang muncul seraya membuka pintu pagar rumah kami, menghentikan segala hal yang aku dan ibu lakukan.

"Elo! Ngapain ke sini?", Noel yang baru tibabdi ambang pintu pun seakan ingin salto sangking kesalnya melihat sosok Chanyeol sudah berdiri di depan aku dan ibu.

"Gue yang ngundang dia. Minggir lo!", Ray menepis tubuh Noel dan hampir menjatuhkan sepiring daging yang ada di tangan si kunyuk.

Mata Noel membulat mendapati Ray menarik tangan Chanyeol dan mendudukan di salah satu kursi di hadapan kami.

Chanyeol yang sedari tadi menenteng dua tas plastik besar penuh belanjaan, meletakan benda tersebut di atas meja seraya tersenyum lembut ke arah ibu. Sedangkan Noel kembali melotokan mata ke arah Chanyeol tanpa yang ditatap sadari.

"Mending lo diam. Daripada acara ultah lo gue buat berantakan", Ray balik melotot ke arah Noel, membuatnya diam tak berkutik.

"Ibu apa kabar?", Chanyeol menyalami punggung tangan ibuku. Dan ibu menyunggingkan senyum ramahnya pada sosok tersebut.

"Kamu baik aja toh nduk? Lama ngak kelihatan. Ini sih Hani sampai nangis-nangis terus kerjanya", ibu tertawa simpul dengan candanya.

Tapi candaan ibu sukses membuat wajahku memerah seketika. Apalagi saat tatapan nakal Chanyeol bermain ke arahku, "Iya bu. Pasti kangen banget tuh".

"Woy! Kangen sama menderita itu gak sesinonim loh! Garis bawahi kata men-de-ri-ta!", ibu lantas memukul lengan Noel. Dia yang dipukul, meringis kesakitan.

"Wis! Ngomong apa kamu? Rindu juga kalau ngak ketolongan bisa buat menderita toh, Noel. Makanya cari pacar sana!", jelas ibuku tidak tahu tentang masalah yang sebenarnya. Namun kami sengaja tetap tutup mulut perihal kemaren, "Ngak usah didengar si Noel ini. Soalnya belum berpengalaman sama cinta. Ibu yakin, Hani itu lagi nangisi beruangnya. Kangen dia sama si beruang kutub!".

"Ibu!", aku dan Noel berteriak bersamaan. Karena memang julukan itu hanya aku dan si kembar ganteng yang tahu.

"Beruang kutub, ya?", Chanyeol tersenyum seraya menggenggam tanganku dengan erat.

________

Yuna's POV

"Marry me! Titik. Ngak usah komen lagi!", Raya menyodorkan se-pot kaktus ke pangkuanku.

Aku terdiam sesaat. Mengartikan maksudnya. Apa ini lamaran? Kok kesannya kayak perintah? Kaktus?

"Lo ngelamar gue. Pakai kaktus? Itu lamaran kok kesannya maksa, ya?", aku cemberut seraya memukul lengannya keras hingga ia mengadu sakit, "Lagian kok ngak ada romantisnya sih?".

"Lo mau gue rayu pake rayuan, 'bapak lo pembunuh bayaran? Terus lo bilang, 'kok tahu?' Dan akhirnya gue bilang, 'karena elo sudah me-oasekan hatiku. Jiaah! Ngak banget", aku tertawa cukup keras sambil memegangi perutku.

Raya hanya diam menikmati tiap tawa yang kusuguhkan di depannya. Raya lalu menangkup wajahku hingga mata kami bertemu, " Untuk apa gue kasih lo kata-kata romantis, jika janji gue dipernikahan kita nanti punya makna jauh lebih dari kata iti sendiri. I love you. Yuna.", Raya mengecup bibirku singkat lalu melarikan wajahku ke dalam dekapannya.

Di luar dugaan. Hubunganku dan Raya bisa berakhir seperti ini. Aneh memang. Tapi jodoh siapa yang bisa lacak. Bahkan ayahpun sepertinya tidak akan mampu. Sekalipun dia bakal me-ngintrogasi oase sekecamatan.

Cukup! Cinta ngak perlu pemikiran yang sulit. Bahkan orang tersulit seperti aku dan Raya pun akhirnya berada di satu cinta pada akhirnya.

***

-tbc-
C.u at 9:68

Goodbye OppaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang