3.1 JANTUNG YANG BERDEBAR

28.2K 1.6K 27
                                    

7.15 AM

"Hoam ..." Leah menguap disertai gerakan badan yang berusaha merenggangkan otot-ototnya. Satu minggu berlalu setelah pertemuannya dengan pria besar aneh bernama Mr. Black. Joan terlihat seperti raksasa bagi Leah yang badannya terlalu minimalis.

"Grime," mulut Leah mengeluarkan sebuah kata.

Leah merasa tidak asing dengan potongan sebuah nama yang keluar dari mulutnya tadi. Pikiran Leah sekarang sedang mencocok-cocokan Grime yang menjadi nama keluarga Joan dengan Grime Techno Corp perusahaan paling besar di Paris yang menjadi raksasa perindustrian alat-alat tercanggih masa kini di benua Eropa. Leah menepis pikirannya yang tidak terlalu penting itu dan masuk ke kamar mandi untuk membuat badannya lebih segar dan siap menjalani aktivitas. Dan, untuk apa juga Leah memikirkan hal-hal tadi.

Setengah jam berlalu, Leah keluar dari kamar mandi dengan menggunakan bath robe warna putih gading. Rambutnya dibalut dengan handuk kecil dengan warna senada. Leah berjalan menuju lemari pakaian. Melepaskan bath robenya, melemparkannya ke sembarang arah. Menampilkan lekukan tubuh Leah yang mengenakan sport bra berwarna hitam dan thong berlabelkan calvin klein dengan warna yang senada.

Badan Leah memang pendek tapi lekukan tubuhnya sangat indah. Lekukan-lekukan yang dihasilkan karena kerja kerasnya. Leah selalu menyempatkan diri paling tidak melakukan workout selama dua jam di atas atap sambil ditemani sang mentari pagi dan secangkir smothie.

Dengan modal beberapa alat yang Leah beli secara online dan niat yang begitu besar. Akhirnya Leah memperoleh bentuk badan yang sangat diinginkan oleh gadis-gadis lain kecuali tinggi badannya. Kerja keras memang tak pernah berkhianat.

Diambilnya sebuah blouse warna putih berlengan panjang dari dalam lemari, blouse yang Leah kenakan sekarang terlihat seperti mini dress karena ukuran blouse yang dipakai Leah sangat besar. Tapi, rasanya tak ada yang salah dengan ukuran blousenya. Sepertinya, yang salah itu badan Leah yang terlalu kecil.

Kemudian, Leah mengenakan hot pants warna biru langit. Setelah mengeringkam rambutnya dengan hair driyer Leah pun turun ke bawah untuk membuat sarapan.

"Hi babe!" sapa seorang wanita yang baru saja masuk dan langsung duduk di sebelah Leah yang sedang asyik menikmati sarapannya sambil menonton film.

"Anna ambilah sendiri sarapanmu, punyamu ada di dapur... jangan ganggu punyaku!" gerutu Leah sambil merebut piringnya yang tadi berpindah tangan ke Anna.

"Ok ok," Anna pergi ke dapur mengambil jatah sarapannya yang disiapkan oleh Leah. Anna tak mau menganggu Leah yang sedang serius menonton film meresapi beberapa adegan.

Akhir-akhir ini Leah menghabiskan waktu untuk menonton film bergenre romance. Bukan karena Leah sedang jatuh cinta. Ini masih berhubungan dengan pekerjaannya. Leah ingin mengeluarkan novel bergenre romance tapi imajinasinya sulit membayangkan hal-hal yang manis. Leah sebenarnya tak ingin melakukannya tapi dia merasa harus ada tantangan baru di dalam pekerjaannya. Novel karya Leah semua nya bergenre thriller dan riddle. Dan semua novelnya sukses terjual dengan status 'best seller'.

Wanita cantik yang duduk di bar mini milik Leah itu sedang lahap menyantap sarapannya. Nama wanita itu Annastasha Steel. Anna bukanlah orang asing bagi Leah. Tumbuh di lingkungan yang sama membuat hubungan mereka menjadi dekat. Anna mampu menembus dinding tinggi yang Leah dirikan pada saat itu. Dan menjadi sahabat Leah hingga sekarang. Hampir semua pekerjaan Leah diback-up oleh Anna. Kecuali menulis novel dan menandatangani kontrak selebihnya Anna yang akan mengerjakan.

Setelah menghabiskan sarapannya. Anna keluar meninggalkan Leah yang matanya masih tak terlepas dari layar TV. Anna duduk di meja kerjanya. Mulai sibuk membolak-balikan jadwal siapa saja yang akan mengunjungi Leah di kantor dan siapa saja orang-orang yang harus Leah kunjungi. Memang orang-orang itu menginginkan janji untuk bertemu Leah, tapi Anna harus bagaimana jika sahabatnya tak bisa menemui mereka. Apalagi, kalau sudah membuat janji di luar kantor yang ada Anna bisa menemukan Leah pingsan di jalanan sebelum sampai ke tempat tujuan.

Anna yang begitu lembut dan penyayang menjadi sosok seorang kakak untuk Leah. Leah bersyukur di saat dia kehilangan kedua orang tua nya, dia masih mempunyai Anna. Dan Anna adalah dewi penyelamat hidup bagi Leah.

Lonceng yang berada di atas pintu masuk berbunyi. Tanda ada seseorang yang datang, membuat mata Anna berpaling dari buku agenda yang dipegangnya dan melihat ke arah pintu mengecek siapa yang datang.

Anna terpesona dengan mahluk Tuhan yang sedang berdiri di hadapannya itu. Pria itu begitu tampan, manik matanya yang berwarna abu-abu memberi sebuah sorotan tajam yang memabukkan. Alisnya tebal, bibirnya yang penuh dan berwarna merah membuat Anna ingin datang memeluknya dan menciuminya dengan liar. Postur tubuhnya yang tinggi, dadanya yang bidang dengan otot-otot yang tercetak jelas dari balik kemejanya membuat wanita manapun tak akan menolak jika diajak berkencan bahkan tidur dengan pria itu. Sempurna, satu kata yang berputar-putar di kepala Anna. Belum puas Anna berfantasi dengan pria yang ada di depannya. Ada kepala yang menyembul dari balik pintu, disertai suara wanita yang tak asing bagi Anna, yang tiba-tiba menghancurkan fantasi Anna.

"Mr. Black jangan terus berdiri di sana nanti bisa diterkam singa betina," Leah memicingkan matanya menatap Anna yang sedang menatapnya juga lalu dia melemparkan sebuah senyuman, smirk khas Leah ketika meledek Anna.

"Kau!!! Plak!!!" Anna melempar buku yang membuat Leah refleks memasukan kepalanya lagi ke dalam pintu. Dan seketika sosok lembut dan penyayang Anna lenyap.

"Aku masuk dulu ya singa betina," sapa Joan dengan dingin kepada Anna, yang membuat pipi Anna berubah warna menjadi merah karena malu tertangkap basah memandangi mahluk ciptaan Tuhan yang begitu sempurna.

Joan masuk ke dalam meninggalkan Anna yang sedang mengeluarkan berbagai umpatan kepada Leah.

"Bagaimana kau tahu aku ada di luar tadi Green?" tanya Joan begitu penasaran tapi masih dengan suara baritone miliknya, dengan nada yang datar.

Tangan Leah menunjuk ke arah dinding yang menjadi pembatas ruang santai dan ruangan Anna di depan, "itu cermin dua arah... duduk disini saja aku buatkan minum dulu." Leah menuju dapur sedangkan Joan duduk di atas kursi tinggi di bar mini.

"Ternyata cermin dua arah, untuk apa memangnya? Jadi selama ini kau memata-matai siapa saja yang masuk ya," kata Joan sarkas.

Leah masih sibuk menuangkan air ke gelas-gelas yang sudah berisikan bubuk kopi, "ini kopinya..." Leah menaruh gelas kopi di depan Joan lalu duduk di kursi yang ada di samping Joan.

"Bukan memata-matai aku hanya ada sedikit masalah dengan diriku..." Leah memalingkan wajahnya menghadap Joan lalu memberikan Joan sebuah senyuman. "Tapi cermin itu sangat membantuku," Leah menutup perkataannya dengan menyesap kopinya.

Joan memandang Leah, "Wanita ini penuh dengan rahasia dan aneh," kini batin Joan yang berbicara.

Leah terkekeh melihat Joan yang memandangnya, Leah pikir itu karena Joan tidak mengerti apa yang Leah katakan.

"Sudahlah Mr. Black jangan terlalu keras memikirkan apa yang aku katakan, kadang-kadang apa yang aku katakan memang sulit dicerna orang lain," Leah tertawa.

"Apa kadang-kadang! Tidak Green semua perkataanmu memang susah dicerna," jawab Joan lalu mencoba tertawa dengan pembicaraan mereka yang kaku.

Joan pria yang dingin karena hatinya yang tersakiti. Sedangkan Leah wanita yang terlalu takut dengan dunia. Mereka punya rasa sakit yang berbeda tapi punya rasa takut yang sama. Sama-sama takut membuka hati.

"Bagaimana dengan kolaborasi yang aku tawarkan padamu kemarin, masih mau melanjutkaannya?" tanya Joan sambil menyesap kopinya.

"Kemarin?" Leah berkata dengan sedikit penekanan.

"Haahaahaaa..." Joan tertawa karena merasa bersalah, "maksudku seminggu yang lalu mungkin,"

"Terserah padamu Mr. Black... aku pikir kau pergi karena terlalu takut kolab denganku," Leah menyombongkan diri.

"Sombong sekali kau nona A.Jhonson, kemarin aku melupakan sesuatu hal penting jadi aku buru-buru pergi," jelas Joan.

"Tanpa permisi dan kata terima kasih pergi begitu saja, dimana sopan santunmu Mr. Black! Apa Ibumu tak pernah mengajarkanmu apa artinya sopan santun?" oceh Leah panjang lebar.

"Aku tak punya Ibu!" kata Joan dengan nada yang begitu rendah.

>>

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT..

SEE U GUYS ....

Unperfect Love (COMPLETE)  ✔✔ Sudah Terbit Ebook Di PlaystoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang