1.1 MR BLACK AND GREEN

42.9K 2K 26
                                    

Sinar mentari yang masuk dari celah-celah jendela membangunkan Leah. Sinar mentarinya tak lagi hangat tapi begitu menyengat. Dan, tak butuh waktu lama untuk membuat Leah sadar bahwa itu bukanlah sinar mentari pagi lagi. Benar saja saat Leah menatap jam di atas nakas, jarum pendeknya mengarah ke angka dua belas. Tepatnya sekarang sudah pukul dua belas lewat sepuluh menit. Sudah lewat dari tengah hari.

Leah merenggangkan otot-ototnya. Tak ada niat untuk pergi meninggalkan ranjangnya. Leah meraih tablet di atas nakas. Memeriksa notifikasi yang tertinggal dbeberapa sosial medianya.

"Hi Green you have 1 message from Mr. Black," terbaca salah satu notifikasi akun milik Leah yang ada di dunia jingga. Dunia yang menghubungkan para pembaca dan juga penulis. Leah banyak berbagi dan membaca beberapa novel di dunia jingga itu.

Leah membuka pesan dari Mr. Black.

Hi Green !!!
Aku sungguh tertarik dengan semua cerita yang kau buat.
Aku ingin membuat sebuah project bersamamu.
Jika kau bersedia mari kita kolaborasi bersama.

Aku ingin membuat novel yang ditulis oleh 2 orang Author.
Selebihnya, bisa kita bicarakan nanti ketika kau menyetujui permintaanku ini.

Mampirlah ke akun milikkku dan bacalah beberapa karyaku mungkin akan membuatmu tertarik.

Mr. Black

Belum juga Leah membaca karya Mr. Black dia sudah tertarik dengan pesan yang ditinggalkan Mr. Black. Sangat-sangat tertarik. Entah apa alasannya sehingga dia begitu tertarik dengan pesan yang dikirimkan oleh Mr. Black. Tanpa buang waktu Leah langsung berselancar ria menuju akun Mr. Black. Banyak tulisan yang dibuat Mr. Black yang memberikan efek tawa-tawa kecil keluar dari bibir Leah yang mungil.

"Aku suka tulisannya, tak ada salahnya aku balas saja pesannya. Mungkin nanti aku akan menemukan beberapa pengalaman baru saat kolab bersamanya," gumam Leah seraya menjawab suara-suara yang ada di kepalanya yang sedari tadi menyuruhnya untuk membalas pesan dari Mr. Black.

Hi Mr. Black semoga harimu menyenangkan!!
Dan aku mengucapkan terima kasih untuk penawaran yang sudah kau berikan.
Aku sudah mampir ke akun-mu. Melihat karya-karya mu dan aku sungguh menyukai tulisanmu.

Kita bisa bekerja sama dan memulai project ini.
Tapi bisakah kita bicarakan hal ini hanya lewat email?

Green,

Leah mengklik tulisan "send" dan terkirimlah pesan yang dia tulis kepada Mr.Black, berharap pesan itu langsung dibaca oleh Mr. Black. Dan, satu notifikasi muncul yang memberi tahu ada sebuah balasan pesan dari Mr. Black.

"Wow, cepat sekali!" seru Leah sedikit terkejut karena balasan pesan yang dia terima begitu cepat.

Sayang sekali Green, tapi ini bukanlah hal yang dapat aku jelaskan melalui email.
Dan aku berpikir akan lebih baik jika kita membicarakan soal pekerjaan secara langsung.

Dahi Leah berkerut disertai dengan bibirnya yang ikut mengerucut sempurna ke depan. Leah tak ingin bertemu Mr. Black bukan karena takut identitasnya ketahuan. Tentu saja Leah takut karena S.A.D yang dideritanya.

"Baiklah aku tidak bisa menolak karena aku juga ingin project ini terwujud.
Tapi aku ada sedikit masalah berada di tempat yang ramai.
Bisakah kita membicarakan ini di tempat yang sedikit privasi.
Atau kau bisa mengunjungiku di kantor.
Jl. Edelwis gedung no.5 aku tunggu kedatanganmu.
Aku ada disana dari jam 10 pagi hingga 8 malam."

si pesan yang Leah kirim kepada Mr. Black.

Raut wajah Leah menunjukkan setengah penyesalan. Leah tak suka bertemu dengan wajah-wajah baru. Tapi di satu sisi Leah sangat ingin kolab bersama Mr. Black. Setengah jam berlalu dan tak ada lagi balasan dari Mr. Black.

**********

Di sisi lain ada Joan yang sedang duduk di depan meja kerjanya, bersiap untuk mencari makan siang dan meninggalkan kantornya. Tapi langkah Joan untuk mematikan laptopnya terhenti. Karena satu buah notifikasi masuk.

"Hi Mr. Black you have 1 message from Green."

Joan adalah Mr. Black. Menulis adalah hobinya. Ada beberapa ekspresi yang hanya bisa Joan tumpahkan melalui sebuah tulisan. Dengan memiliki akun di Dunia Jingga itu, Joan membagi semua tulisannya. Tapi, tak pernah ada niat yang singgah di pikiran Joan untuk membuat tulisannya benar-benar dicetak.

Padahal yang Joan tulis tidak kalah dari novel-novel yang berjajar rapi di toko-toko buku yang ada di pinggiran kota Paris. Sampai akhirnya Joan tak sengaja menemukan akun Green. Joan berpikir jika dia membuat novel bersama Green pastilah hasilnya akan sangat luar biasa. Yang ada dipikiran Joan tentang Grenn adalah pria besar yang berotot. Mengingat film Hulk dimana dr. Bruce Banner menggunakan nama samaran Mr. Green untuk berkirim pesan dengan Mr. Blue.

"JL. Edelwis gedung no. 5," gumam Joan. "Ok, aku akan kesana hari ini juga," Joan berangkat meninggalkan kursi kebesarannya yang dari tadi dia duduki.

Joan mengurungkan niatnya untuk pergi menemui Green saat itu juga. Karena sebuah pesan singkat masuk ke dalam ponselnya. Pesan singkat dari sekretarisnya. Sekrestarisnya bilang bahwa ada rapat mendadak yang akan diadakan para pemegang saham. Dan Joan harus ikut serta di dalam rapat tersebut.

Hampir lebih dari tujuh jam rapat itu berlangsung. Para pemegang saham itu membuat Joan geram. Bukan hanya karena permintaan mereka yang tidak masuk akal. Tapi juga karena mereka telah menahannya dan menghabiskan waktu dengan percuma. Joan meninggalkan ruangan rapat dengan wajah kesal. Dengan langkah kaki yang cepat dia berjalan menuju area parkir.

Joan melaju dengan mobilnya, mamacu mobilnya melawan waktu. Dia sudah tak sabar untuk bertemu dengan calon partnernya. Masih calon, karena bisa saja Green tak sepenuhnya setuju dengan konsep yang akan ada dalam pembuatan novel mereka nanti.

Joan memarkirkan mobilnya di dekat tiang dengan papan nama bertuliskan JL. Edelwis. Joan kemudian turun dari mobilnya dan mulai berjalan sambil melihat gedung seraya berhitung.

"Gedung no 3, 4 dan ya ini gedung nya no 5!"

Langkah kaki Joan berhenti di depan gedung dengan pintu kayu berwarna merah. Gedungnya dicat warna putih gading. Ada tiga lantai yang menjulang tinggi. Tapi gedungnya tidak terlalu besar bagi Joan. Dibandingkan dengan Kantor Joan yang memiliki 40 lantai menghabiskan lahan beribu-ribu hektar serta triliyunan dana. Kantor Joan bukan hanya sekedar Kantor. Semua divisi berada di satu lingkungan yang sama. Pabrik bahkan tempat risetnya. Joan hanya membuat pekerjaannya lebih menghemat waktu agar tak perlu jauh-jauh memantau setiap divisi yang ada perusahaannya.

Ada rasa ragu saat Joan ingin membuka pintu itu. Jam yang berada di pergelangan tangan nya menunjukan sudah pukul 8 kurang 5 menit. Dan si Green itu bilang dia hanya ada sampai pukul 8. Joan merutuki kesalahan nya karena pergi tanpa melihat jam lagi.

"Sudahlah tak ada salahnya jika aku masuk, anggap saja aku beruntung jika Green masih ada disana," cicit Joan kepada dirinya sendiri.

"Tring..." bunyi lonceng yang menggantung di atas pintu berbunyi bersamaan dengan pintu yang didorong Joan bergerak masuk ke dalam.

>>

.

.

.

.

tinggalkan komen dan vote kalian...

happy reading...

Unperfect Love (COMPLETE)  ✔✔ Sudah Terbit Ebook Di PlaystoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang