3.3 JANTUNG YANG BERDEBAR

22.8K 1.4K 12
                                    

"Tidak... " Leah menggelengkan kepalanya, "tadi ada nyamuk gatal!" seru Leah dengan penekanan di kata 'gatal'.

"Sepertinya bukan nyamuk yang gatal tapi pikiranmu yang gatal, berhenti menelanjangi tubuhku dengan matamu Green. Aku tak berniat berhubungan dengan wanita," Joan menatap Leah dengan tatapan setajam elang, seketika ekspresi Joan berubah menjadi datar. Ada kabut tebal yang menyelimuti hatinya membuat hatinya menjadi gelap dan dingin.

Joan berusaha membangun kembali tembok tinggi yang tadinya mulai runtuh. Tembok yang ia bangun di dalam hatinya agar orang lain tak mampu masuk ke dalam sana Ada saat dimana Joan sadar dan mengingat kembali sumpah yang pernah dia buat. Bahkan disaat seperti sekarang, disaat dia sebenarnya senang Leah membawa dirinya ke dalam pikirannya. Membuat Joan ingin sekali menghampiri Leah dan mengurung Leah di dalam dekapannya. Hangat tubuh Leah yang sempat dirasakannya terus membakar jiwa Joan. Hingga membuat Joan bingung dan juga takut dalam waktu yang sama.

"Hei berhenti menatapku seperti itu," celetuk Leah yang merasa tidak nyaman dengan tatapan Joan, "kau tahu Mr. Black kalau tatapanmu bisa membunuh seseorang mungkin aku telah mati sekarang!"

"Terserah," Joan memalingkan wajahnya mengembalikan pandangannya ke arah laptop dan tak peduli dengan semua perkataan Leah.

"Bagaimana dengan kerja sama yang akan kita buat?" tanya Leah.

"Oh iya hampir saja aku melupakannya," Joan masih terpaku di depan laptop.

"Aku pikir kau jenius ternyata otakmu lemah juga ya, hahaha!" ejek Leah disertai gelak tawanya.

"Ejek saja terus, nanti yang ada kau malah akan mengutuk apa yang kau ucapkan barusan Green, kau akan terkejut jika tahu aku ini siapa," jawab Joan dengan nada datar.

"Apakah aku terlihat seperti pengangguran? Mungkin kaca matamu kurang besar Green," sambung Joan dengan sinis.

"Mana ada pegawai yang berkeliaran di jam kerja seperti ini, kalo bukan pengangguran, lalu aku menyebutnya dengan apa?" ungkap Leah seakan membenarkan pernyataannya.

"Terserah... Aku tak peduli Green, jadi kau masih tertarik dengan kolaborasi itu? Berarti kau setuju kan dengan kerja samanya," Joan mengembalikan laptop Leah yang dari tadi berada di hadapannya.

"Baca ulang ada bagian yang aku tambahi, maaf karena telah merevisi beberapa bagian" timpal Joan.

"Tidak masalah, pada kenyataannya tulisanmu memang bagus, jadi dengan senang hati aku menerimanya," jawab Leah.

"Aku mau kolab bersamamu tapi dengan satu syarat," Leah mengalihkan pandangannya dari layar laptop dan menatap Joan dengan sebuah senyuman. Senyuman yang seolah-olah ingin menerkam Joan.

"Apa syaratnya? Jangan yang aneh-aneh aku tak suka bermain-main menghabiskan waktu dengan hal-hal bodoh!" seru Joan memperingatkan Leah.

"Bantu aku menyelesaikan novel romanceku. Sepertinya kau lebih ahli dalam hal menulis cerita cinta. Aku mohoooooon!" rengek Leah kepada Joan. Win-win solution, Leah bisa mendapatkan asisten dan kolaborasi yang diinginkan Joan terjadi. Ini akan sangat menguntungkan bagi Leah atau pun Joan.

"Baiklah, tapi aku juga punya satu syarat untukmu," Joan mendekatkan dirinya ke sisi meja. Sikunya berada di atas meja menopang wajah Joan yang bertumpu pada kedua telapak tangannya yang membingkai kedua sisi pipi Joan. Sebuah senyuman licik tercetak pada wajah Joan. Membuat Leah bergidik ngeri. Menatap Joan penuh dengan tanda tanya.

"Apa... Apa... Apa... jangan buat aku penasaran," pekik Leah yang sudah tak sabar.

"Habiskan malam denganku," Joan menyeringai menampakkan senyum liciknya.

Unperfect Love (COMPLETE)  ✔✔ Sudah Terbit Ebook Di PlaystoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang