SUDAH DIREVISI ULANG
Tik tok...tik tok...tik tok...
Suara jarum jam berdetak dengan keras. Langit mendung disore hari. Cahaya dari langit yang menyilaukan. Rinai hujan mulai mengetuk atap rumah dengan berisiknya. Bisingnya desingan angin yang bergesekkan dengan dedaunan serta hujan.
Aku berdiri didepan pintu kaca sambari menatap lurus rinai hujan yang turun ke bumi. Telapak tangan kiriku perlahan terangkat menyentuh pintu kaca itu. Dinginnya kaca karena air hujan menusuk-nusuk hingga ketulang.
Kristal bening terjatuh dari kelopak mataku, bahkan langitpun ikut menangis denganku. Hatiku berkabung, seseorang yang sangat aku cintai, seseorang yang sangat aku sayangi, pergi meninggalkanku untuk selamanya.
Isakkanku mulai menggema dikamar tidurku ini, hatiku terlalu sakit. Kenanganku bersamanya berputar dikepalaku bagaikan kaset rusak yang tidak mau berhenti berputar.
Tubuhku melemah, kepalaku mulai sakit, penglihatanku mulai mengabur. Tubuhku hampir tumbang menghantam lantai marmer jika saja tidak ada lengan kokoh yang menopang tubuhku dari belakang.
"Hampir saja," ujarnya setelah berhasil menangkap tubuhku.
"Sayang, kenapa disini ? Tubuhmu dingin sekali, ayo kedalam." Sambungnya lagi. Aku hanya mengikuti dirinya yang membawa tubuhku dalam gendongannya.
Dengan perlahan dia meletakkan tubuhku di atas ranjang king size dalam kamarku ini, setelahnya menyelimuti tubuhku dengan selimut tebal yang biasa kuletakkan di bawah kakiku. Ia berjalan menuju tempat diriku sebelumnya berdiri, kemudian ia menarik gordennya hingga pintu kacanya tidak terlihat lagi.
Aku hanya menatapnya sedari tadi, mengikuti gerak geriknya hingga ia menghampiriku, mendudukkan dirinya di sampingku yang terbaring.
"Gi, tidur lah. Aku akan menemanimu, aku tahu kau masih sedih, dan lelah. Tapi ingat jagalah kesehatanmu."
"Ji, aku sangat menyayanginya. kenapa kita harus kehilangan dia ?" lagi-lagi air mataku mengalir tanpa bisa aku cegah.
"hei...hei...hei... jangan seperti itu Gi, mungkin Tuhan terlalu menyayanginya hingga akhirnya kita kehilangan dirinya." Dengan lembut Ji memelukku.
Aku membalas pelukkan Ji, pelukan hangat yang nyaman dan selalu aku rindukan. Aku berharap dengan pelukan ini sedihku akan sedikit terbuang.
˙˙˙
"Mom, jangan sedih terus. Jiji jadi ikutan sedih, dad juga pasti tidak ingin mom bersedih terus." Jiji atau Park Jiyoo, anak pasangan Park Jimin dengan Park Yoongi.
Yoongi hanya tersenyum menatap anaknya.
"Tidak apa Ji, mom hanya tidak enak badan." Jawab Yoongi lembut.
"Mommy sakit ? Yang mana yang sakit mom ? Biar nanti Jiji obati, Jiji tidak mau mommy sakit."
Pertanyaan sekaligus pernyataan sang anak yang begitu polosnya, membuat hati Yoongi menghangat. Yoongi merasa begitu beruntung memiliki anak perempuan cantik dan pintar seperti Park Jiyoo.
Yoongi meraih tubuh anaknya untuk kemudian di peluknya tubuh mungil itu, Yoongi jadi ingin menangis dibuatnya.
"Mom tidak apa-apa Jiji, mom tidak apa-apa." Yoongi berujar pelan.
"Mom, jadi pergi tidak ketempat dad shooting ? Jiji ingin melihat dad." Jiyoo mendongakkan kepalanya agar ia bisa melihat wajah cantik ibunya meski dalam posisi berpelukan seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
1st FICLET MINYOON✔️
De Todo-END- kumpulan ficlet kisah-kisah tentang Park Jimin dan Min Yoongi. diperuntukkan untuk kak chanie ( @chaniethor ) yang katanya lagi butuh asupan minyoon buat pengalihan kegalauan yang kagak bisa nonton The Wings Tour in Indonesia :'D I Add some lo...