Mereka Naruto

1.5K 89 4
                                    

Kamar 710. Hotel Suna lantai delapan.

Kamar itu ditata dengan sempurna. Dinding marun dengan lampu jingga yang berpendar redup.

Penata ruang jelas tau cara memadupadankan penerangan dan warna-warna eksotis untuk mendukung aktivitas klien mereka yang telah memesan khusus ruang itu. Apalagi kudapan kliennya malam ini bukanlah jenis sajian biasa. Satu ekor menu termahal yang bisa didapatkan dengan 'mudah' asal kau bisa mengosongkan tabungan yang kau simpan untuk membeli enam buah iphone terbaru sekaligus.

Sama sekali tidak mahal mengingat siapa yang akan mendatangimu. Mereka memanggilnya Berlian Biru. Berusia muda namun dengan talenta yang luar biasa.

Lekuk tubuhnya tidak akan bisa kau samakan dengan biola, ia lebih dari itu. Warna kulit yang ia miliki terlampau eksotis, terbakar matahari sempurna namun bersih dan mengkilap, membuat siapapun berpikir bahwa nyaris mustahil menemukan keturunan Jepang yang terlihat begitu pas dengan warna kulit gelap yang berpadu rambut secerah kelopak bunga matahari tanpa terlihat norak seperti si Berlian Biru.

Jangankan pribumi, kaukasian pun akan tergiur oleh keindahannya.

Meski pinggang itu ramping, namun bahunya cukup kuat untuk menopang keseluruhan tubuhnya untuk 'menggenjot' peminat-peminatnya ketika tamunya sedang ingin ia menjadi bottom yang mendominasi permainan.

Ia memiliki pantat yang padat, namun masih bisa diremas gemas ketika kedua buah benda itu menungging untuk ditampar.

Harga yang ia pasang untuk bisa menyewanya tidak semerta-merta hanya karena tampilan fisik super mewah yang ia miliki.

Keterampilannya pun... Super mahal.

"Ooh, boy. Do it again."

Desahan eksekutif berpengaruh besar dari Eropa itu meraung sekeras-kerasnya ketika kejantanannya dikulum pelan hingga menyentuh kerongkongan lalu dihisap kuat sembari ditekan oleh lidah pemuda pemuda pirang yang berjongkok diantara pahanya, menarik batang senggamanya keluar dari mulut mungil itu dengan suara menyeruput yang cukup nyaring, seolah ia baru saja menyesap helaian ramen terbesar yang pernah ada.

"You like it?" Iris biru diantara paha itu mengerling. Mencari iris mata pengusaha paruh baya yang tengah terkapar di lautan birahi yang mengepul diseluruh wajahnya.

"You didn't come  so far from New York just to meet me rite?" Ujarnya manja. Dipanjatinya tubuh besar yang terlentang sama bugilnya dengan dirinya itu selambat kucing yang menghampiri ranjang tidurnya. Menyudahi segera permainan mulutnya di bawah sana. Suara pria asing ini sangat berisik tiap kali ia memberinya oral job. Ia agak kesal sebenarnya dengan itu. Membuat telinganya berdengung. Well, entah karena suaranya memang benar-benar berisik atau ini cuma gara-gara kaprisun jeruk dicampur vodka yang ia minum sebelum ke tempat ini.

"Let me fuck you now. Can't hold it more than this, boy."

Sederetan jemari lentik panjang meniti tiap inchi bibir mempesona sang berlian, mengaguminya sesaat kemudian memutar tubuh, menghempaskan si pirang ke atas ranjang dan menempatkan dirinya di posisi atas, si 'penyerang' nampaknya pun sudah siap melebarkan kedua kaki kudapannya dengan tangan-tangan berbulu lebat itu sebelum benar-benar melahapnya.

"Stop calling me, boy, Burch. I am not that young." Tepis pemuda pirang itu. Digigitnya manja bibir tipis pria kaukasian berkulit pucat yang tengah sibuk memposisikan dirinya diantara kedua paha tan itu tidak sabar.

"They said you were young, and you look like so."

"So...you like fucking a younger man, huh?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 23, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NOT FREE (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang