Samantha POV
Aku mempunyai kakak yang bernama Niall. Sejak niall menginjak umur 21, dia berubah total. Badboy, pembunuh dan pemabuk. Bertato tidak lupus dari tubuhnya. Aku ingin dia kembali seperti dulu. Niall yang baik, niall yang periang dan tak pemabuk.
'Sam!!! Lama banget! Ayoo! Lelet dasar!!' niall berteriak dari bawah memintaku untuk cepat-cepat. Padahal kita tak akan kemana-mana. Typical Niall.
'Jangan teriak-teriak dong! Emang aku tuli! Lagian kita mau kemana sih! Gak kemana-mana kan!' ujarku sambil menghisap rokokku. Niall yang mengubahku.
'Buang rokok itu dan kita pergi kerumah harry! Cepat!' aku segera membuang rokok itu dan langsung memakai jaket kulit hitamku.
Aku hanya menguncir rambut Blonde ku dan memakai celana pendek. Kau tidak akan mengira. Daun telingaku di tindik. Dan siapa yang meminta? Yap! Niall.
Setelah sampai dirumah harry, aku dan niall pun masuk ke kamar harry. Oh rupanya sudah ada Teman-teman niall dan...Islan? (nama cewekk yaa!)
'Islan? Kau mengapa disini?' tanyaku ke islan yang merubah posisi duduknya jadi sedikit dekat denganku.
'Aku disuruh Mama ikut Liam!' bisiknya. Dan aku melirik ke liam. Wih. Gak berani lagi deh ngelirik si Liyum. wwkwk.
'Sekarang kita akan bermain. Permainannya bernama Kill' ucap harry.
Kill? Bunuh? Please i don't want do that.
'Maksudnya??' tanya islan
'Kita membunuh orang. Mengerti islan bodoh?' harry tersenyum licik menatap mantap mata islan dengan lekat.
'No. I don't want. Kau gila atau dongo??' tanyaku dengan kasar.
Ya. Seperti biasa. Niall memplongo tepat dimataku. Uh. Itu artinya, jika aku ngomong kayak gitu, aku bakal mati sampai rumah. Shit.
'Ambil ini!' harry mengasihkan ku dan lainnya 'Shotgun' dammnn.
'Kita mulai ya! 1..2..Tok! Tok! Tok!' yes! paling nanti gajadi! Amin!
'Taruh senjata kalian disini! Cepat!' suruh harry.
Dia pun keluar dari kamarnya. Aku dan lainnya keluar melalui jendela kamar harry. Itu sudah biasa.
-
Helloo!!! Terima kasih yaa yang udh ngevote! wkwk. Game kill nya gak jadi! Tapi jangan cemberut! Next chapter bakal ada yang kena serangan! Serangan? Iya! Serangan jiwa. #kampret