Chapter 1

141 20 13
                                    

"Ayah, Ibu, aku pulang"

"Hai sayang, bagaimana dengan hari ini?", seperti biasa Ibu memberi kecupan sambutan untukku, lantas aku tersenyum.

"Hari ini baik-baik saja bu, dimana ayah?", wajar aku bertanya, karena sekarang sudah pukul 5 petang.

"Huh, bagaimana kau ini, jam pulang ayahmu itu jam 9, sayang"

"Ah, benar juga, dasar aku pelupa"

"Memang", ibu justru meledek sambil berlalu melanjutkan kegiatan memasaknya.

" Ibu, apa perlu kubantu?"

"Tidak usah nak, bersihkan dirimu, kau bau" kata ibu tersenyum jahil sambil menggapit hidungnya.

"Ya, ya, baiklah, aku ke kamar ku dulu bu"

"Baiklah, nanti ibu panggil waktu makan malam ya"

"Siap ibu bos", aku bergaya seolah sedang melakukan penghormatan, lalu ibu terkekeh kecil.

Syukurlah, sampai saat ini semuanya normal. Mungkin semua ini hanya kekhawatiranku. Aku yang lelah memutuskan tidur sejenak.

"Vonny, sayang, ayo bangun", sayup-sayup kudengar suara merdu ibu ku.

"Emm, iya bu", sahutku

Aku turun ke meja bawah dan kembali menanyakan ayah.

"Dimana ayah, bu?"

"Ia akan pulang telat hari ini, mungkin dini hari nanti"

"Yaampun, apa ayah tidak lelah?" tanyaku pada entah siapa.

"Begitulah ayahmu" jawab ibu sambil lalu

"Ayo kita makan malam sendiri"

"Hm, baiklah"

Kami makan dengan sedikit bahasan dan cerita-cerita mengenai hari-hari kuliahku. Ah, aku jadi ingin membeli sesuatu untuk teman begadangku nanti. Ku putuskan untuk ke supermarket membeli beberapa camilan.

"Ibu, kau ingin menitip sesuatu?"

"Tidak usah, kau hati-hati"

"Siap"

***

Malam ini cukup cerah, bulan dan bintang saling melengkapi menampakkan keindahannya sendiri, Bulan indah, sekalipun ia bukan Matahari.

Aku berjalan sendirian, menenteng dua kantong kresek besar, berisi camilan-camilan yang akan menemani malamku.

Tunggu.

Sial, aku melupakannya. Apa aku bisa berharap semuanya baik-baik saja?

"Girl, don't you want to play with me?"

Aku memejamkan mataku jengah. Ini terjadi lagi. Harus berapa kali lagi?

"Oh, how sweet you are"

Otomatis aku langsung menepis tangan kotor yang berusaha menyentuhku. Aku tidak ingin membenarkan bahwa semua ini benar-benar terjadi. Sekalipun masih terpatri jelas di ingatanku. Sungguh, aku tidak ingin mengucapkan kata-kata yang sama.

"Menyerahlah cantik, hei kau sendirian disini"

"Jangan ganggu aku" kutekankan tiap kata yang kuucapkan.

"Oh sayang, jangan menjadi wanita kasar"

Cukup. Aku bisa mengubah apa yang kuucapkan, tapi mereka tidak. Mereka telah ditakdirkan. Jadi, mari ikuti permainan ini.

"Persetan kalian semua!"

Aku mulai melangkah mundur, meraih handphone tanpa berniat melakukan panggilan, hanya menanti reaksi mereka selanjutnya.

Gotcha! Si botak benar-benar melempar hp ku entah kemana.

"Apa-apaan kau brengsek! Kau apakan handphone ku?!", aku harus mengatakan kalimat ini kan?

"Sudahlah, hanya selesaikan malam ini bersama kami"

CIUH!

"Brengsek kau wanita jalang!"

Tangan terkepalnya mengarah padaku, refleks aku memejamkan mata. Refleks yang pada detik selanjutnya aku sesali. Dimana aku tidak bisa melihat darimana datangnya pria didepanku ini.

BRUUUK

"Permisi tuan, apakah anda tidak pernah diajarkan untuk menghargai wanita?"

"Ini pahlawanmu nona?", desis pria itu.

Selanjutnya adalah pertengkaran.

"Hei, nona, bukalah mata mu, aku tidak akan menyakitimu", dan aku kembali melewatkan 10 detik terkutuk itu. Apa yang salah dengan 10 detik itu? Sungguh sangat menjengkelkan. Ia, alasanku mengikuti permainan gila ini.

"Tak perlu takut, ini handphone mu, maaf aku memakainya untuk menghubungi polisi", persis. Ini benar-benar terjadi. Dia, malaikat ini juga benar-benar hadir dihadapanku.

Aku, Abigail Vonny Carrington. Entah sebuah kutukan atau anugerah, karena apa yang ada di mimpiku,

akan menjadi kenyataan.

TBC :*
O gitu? Ok.
Lanjut?

Who Are You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang