Awal Mula

40 5 2
                                    

Semenjak hubungan nya dengan Andrian berakhir, gadis itu kembali seperti Levia Zoya Novdiana yang dulu. Levia yang ceria, biang kehebohan, gadis cerewet, tingkah yang konyol selalu sukses membuat banyak teman nya tertawa, dan punya banyak teman curhat lagi setelah sekian lama ia merasa didalam penjara yang Andrian ciptakan untuk nya. sekarang ia bebas, bebas berteman, bebas berekspresi seperti yang ia ingin, bebas kemana saja yang ia suka.

Termasuk, bebas untuk menjaili teman-teman kelas nya. Kali ini ia bertekat untuk tak jatuh cinta lagi, tapi ia tak akan meninggalkan hobi lamanya untuk membuat laki-laki tertarik padanya. Tentu dengan aturan yang sama seperti dulu, jika korban nya telah terbawa akan prasaan maka Levia tak akan bertanggung jawab atas itu.

Kali ini, mungkin Levia akan mencari target baru nya lagi setelah beberapa dari teman laki-laki yang telah ia jadikan korban ia acuhkan begitu saja selama seminggu ini.

"Woi ada yang mau ikutan main truth or dare kaga nih?!" teriakan Nova sontak membuat kegaduhan dikelas menjadi hening seketika.

Jam kosong memang selalu diisi dengan kegaduhan dikelas ini.

Mendengar ajakan itu, Levia yang tadinya hanya membaca komik, kini langsung bersemangat menuju sumber suara untuk ikut bermain.

"Gua mau ikut maen dungg" Ucap Levia sembari menarik kursi untuk ikut duduk melingkari meja guru seperti teman-temannya yang sudah ikut main lebih dulu.

"Duduk samping gua sini" ajak Ciko, murid termesum dikelasnya. Tak perduli dengan si mesum, Levia langsung mengikuti ajakan untuk duduk disampingnya. Menurut Levia, selagi disini banyak orang, maka dia akan tetap merasa aman.

"Ada yang mau ikut main lagi ga nih?!" tanya Nova lagi.

"Udah deh Nov, langsung mulai aja udah greget nih pen main gua" ucap Joshua.

Permainan berlangsung dengan aman pada awalnya, namun setelah Levia yang menjadi korban. Levia merasa setengah dari hidupnya mungkin akan terbongkar disini.

"Nah lo!! Mau Truth apa Dare?" tanya Nova.

"Emm... Truth aja deh truth" jawab Levia sedikit ragu namun berusaha meyakinkan diri.

"First kiss lu siapa?" -Nova.

"Adek gua yang umur 2 tahun"

"Hal terjorok apa yang pernah lu lakuin seminggu terakhir?" -Mery.

"Jadi gini, gua masuk kedalam bak wc. Bak buat nampung air itu loh, yang air nya kita pake buat mandi kalo selesai renang. Pada tau gak nih?... Nah! gua masuk tu kan kedalem bak nya, udah tu gua rilex, terus gua pipis. Terus gua tinggalin. Tamat-"

"Masih suka inget mantan ga?" -Dona.

"Masih, dikit doang cuma"

"Udah move on belom nih?" -Miranda.

"Hampir sukses"

"Ukuran kutang lu brapa?" -Reno.

"34"

"Lu nonton bokep pertama kali kapan?" -Anjas.

"SMP, hari rebo, malem kamis"

"Pernah ga lu nyoba koprol tapi telanjang?" -Rendi.

"Gua belum segila elu yang mau aja keliling lapangan bola cuma make sempak"

"Warna kutang lu sekarang apa?" -Joshua.

"Black"

"Kalo sisa cowok cuma tinggal gua ama pak oyon, lu milih ama siapa buat bikin generasi baru?" -Ciko.

"Mati perawan"

Jawaban yang diberikan Levia sukses membuat teman kelas nya tertawa karena puas mengerjainya.

"Lu semua kerja sama ya? apaan pas giliran gua pertanyaan nya ngacok semua. Unfaedah" keluh Levia.

"Udah deh, ikhlas aja lah. Yok lanjut lagi" jawab Joshua.

"Felling gua ga enak nih" ucap Levia.

Benar saja, lagi-lagi Levia yang menjadi korban. Dan dengan terpaksa Levia harus menerima hukuman nya.

"Nah mampus lo! Kali ini tantangan buat lo" ucap ciko

"Ah elah, yaudah apa tantangan nya?" tanya Levia mencoba ikhlas.

Merasa semua tantangan telah Levia lalui, Levia kembali ketempat nya bermain.

"Lah, tantangan dari gua belum lu lakuin" keluh Nova.

"Emang apa?" tanya Levia.

"Pegang tangan Dennys, tatap matanya, bilang kalo lu suka ama dia, terus cubit pipinya" jawab Nova semangat.

"Anjir, banyak mau banget sih. Lo ngidam Nov?" tanya Levia sembari berjalan menuju bangku Dennys dipaling belakang sudut kelas.

"Eh, haaiii...." ucap Levia ragu untuk memulai hukumannya, wajar saja Levia tak begitu tau dengan Dennys.

Yang Levia tau, Dennys adalah laki-laki berparas mengerikan dan misterius, murid pendiam dari luar kota yang tinggal diasrama, markasnya para atlet kebanggaan kota berada.

Mungkin, dengan hukuman ini dapat mendekatkan nya pada Dennys. Jujur saja, dari pertama kali masuk kekelas XI SMA, Dennys adalah orang pertama yang berhasil membuat Levia penasaran.

Dennys hanya melirik sekilas untuk memastikan siapa yang telah menganggu konsentrasi nya bermain game.

Merasa diacuhkan, Levia sedikit kesal dengan respon orang didepannya ini.

"Wooii!!! Gua mau ngomong, berhenti main game dulu dong, ah elah lu mah ngeselin" ucap Levia dengan suara cemprengnya.

Merasa semakin terganggu dengan kebisingan dan kehadiran Iblis cantik disampingnya, Dennys mencoba melirik lagi kearah nya lalu menghentikan game nya sementara.

"Ha? Paan?" tanya Dennys datar.

Tak pikir panjang, tak peduli dengan sikap sok cuek dari Dennys, Levia langsung meraih kedua tangan Dennys dan menyatakan cinta padanya lalu diakhiri dengan mencubit pipi Dennys.

Respon Dennys sukses membuat Levia terdiam tak percaya.

"Lah, dia senyum? Nih cowok bisa senyum? Dia malu? Gua kira gua bakalan di caci maki karena udah lancang megang tangan kekarnya, nyubit pipi tirusnya seenak udel gua." batin Levia.

"Ehh cie cieeee, ntar lagi bakalan ada yang jadian nih kayak nya"

Sadar dengan tawa teman kelas yang menyorakinya, Levia langsung kembali ketempat ia bermain dan meninggalkan Dennys yang terlihat masih menahan senyumnya, dan kembali bermain game.

Tertulis DisiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang