"Kau tahu, Ele, kau tak harus tinggal di sebuah kos sempit seperti ini. Kau bisa tinggal denganku di apartemen. Kujamin semua kebutuhanmu tercukupi."
Aku terpaksa ikut pulang bersama pria tua ini. Tadi saat ia memperlihatkan batang hidungnya di hadapan Sandra dan Joshua, kami sempat berdebat. Hingga akhirnya aku dengan terpaksa menuruti keinginannya. Tepat sebelum ia menyebutkan namanya pada Sandra.
Aku diam, tidak menggubrisnya. Saat aku hendak membuka pintu mobil, dia mencegahku dengan memegang tanganku.
"Ini uang sakumu untuk minggu ini," ucapnya setelah melepaskan tanganku kemudian menyodorkan beberapa lembar uang padaku.
Yap. Sejak ibuku tiada, segala sesuatu yang berhubungan denganku diatur olehnya. Termasuk uang saku yang kuterima mingguan. Alasanku pindah ke kos kecil juga karena dia mengawasi segala pergerakanku lewat Anita. Meski aku harus rela tiap hari mencium bau anjing pitbull yang anehnya selalu bau meski dimandikan siang dan sore oleh pemilik kos. Kosku memang menjadi satu dengan pemilik rumah. Hanya dipisahkan bagiannya saja. Rumah mereka di sisi kanan, kamar-kamar kos di sisi kiri belakang. Bahkan kami berbagi garasi yang sama. Dan dari garasi inilah para penghuni kos keluar-masuk.
"Ambilah. Kau tahu kau membutuhkannya."
"Kalau begitu berikan semua tabungan ibu padaku, aku bisa mengelolanya dengan baik," kataku kesal.
Dia hanya menggeleng. Aku mendengkus.
"Kalau begitu aku tidak membutuhkannya!" seruku lalu membuka pintu mobil.
"Jangan menguji kesabaranku, Ele!" geramnya. Membuatku kembali menatapnya. "Dan jangan berpikir untuk mengambil uang dari toko bunga milik ibumu seperti yang kau lakukan dulu!"
Aku dulu memang pernah melakukannya karena malas harus bertemu dengannya seminggu sekali hanya karena beberapa lembar uang yang sialnya sangat kubutuhkan. Jadi aku mengambil langsung uang hasil penjualan di toko dan berakhir dengan Anita yang dimarahi habis-habisan olehnya keesokan harinya.
"Tidak!" bantahku. "Aku tidak butuh uang itu. Simpan saja kalau kau mau! Aku bisa-"
"Jangan pula kau coba untuk mencari pekerjaan sebelum kau lulus dari universitas!" sahutnya. "Kupastikan aku akan selalu bisa menyabotasenya," imbuhnya. Ia kembali menyodorkan uang itu padaku.
Aku menggeram karena amarah dan aku juga tahu entah bagaimana dia selalu bisa memenuhi ucapannya.
Kuambil kasar uang dari tangannya. "Aku membencimu!"
Dengan itu aku keluar dari mobilnya. Namun belum sempat aku menutup kembali pintunya, ia berteriak, "aku juga mencintaimu, sayang!"
***Suara rintik hujan terdengar merdu di telingaku. Menemaniku sejak siang tadi aku mengerjakan skripsi. Tapi kini hari sudah sore dan aku masih belum bisa pulang ke kos. Aku lupa membawa payung. Dan saat ini aku masih di kantin kampus.
"Kau yakin tidak mau kuantar?" Itu Andrew. Lelaki seangkatanku tapi berbeda kelas. Dia dari kelas C sedangkan aku kelas D. Lelaki tinggi, kurus, berkacamata, dengan kulit kecoklatan dan rambut keriting kribo.
Andrew memasukkan beberapa bukunya ke dalam tas. Sejak siang tadi dia membantuku untuk mengerjakan skripsi.
"Tidak perlu. Aku akan menunggu di sini sebentar lagi," kataku, juga sambil memasukkan barang-barangku ke dalam tas.
Andrew mengangguk. "Baiklah. Aku pulang duluan ya."
"Iya. Hati-hati. Oh dan terimakasih sudah membantuku mengerjakan skripsi."
Andrew mengangguk lalu beranjak berdiri. "Bye," katanya. Aku hanya tersenyum.
Kemudian dia pergi. Namun baru beberapa langkah dia kembali lagi ke meja kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Mother's Lover
ContoHidup Iliana damai sejahtera meski hanya hidup dengan ibunya di sebuah rumah merangkap florist usaha ibunya. Namun, semua berubah ketika ibunya meninggal. Hidup Iliana tak lagi sama. Terlebih saat sosok seorang pria, kekasih ibunya semasa hidup, ter...