(4)

58 18 11
                                    

.

   Yosanda, Lily dan Ruby pun pergi mengejar Theresa ke kelas. Tampak Theresa yang sedang dalam keadaan badmood. 

'Hadeh.. Punya kawan sering badmood tuh susah ae lah' ucap Lily yang berkata ketika melihat Theresa yang sedang membaca buku

'Haduh.. Princess kita napa nih? Dapet ya?? '  ujar Yosanda

'Cerita lah kak kalo ada masalah' ucap Ruby

Theresa hanya menutup wajahnya dengan buku yang dia baca. Dan tak lama dia membukanya lagi. Lalu dia menggaruk kepalanya yang tak gatal dengan kasar

'Buset dah buk.. Itu rambut bukan sapu kelas kita. Kok udah maen ngembang aje' ejek Lily. Theresa hanya menatap tajam

'BRAK! ' seseorang membanting pintu kelas itu dengan kasar dan membuat seisi kelas menatap kearah nya.

Seorang anak laki-laki dengan baju yang berantakan menarik Theresa keluar. Sontak Theresa melawan dengan segala tenaga. Tapi sayang, tenaga Theresa tak cukup untuk melepaskan cengkraman tangan itu.  Anak laki-laki itu membawanya ke belakang perpus. Terlihat seseorang yang sedang tergeletak tapi tak pingsan. Entah dorongan apa yang membuat Theresa berjalan kearah anak laki-laki itu.

'Loh? Bang Hans? ' ucap Theresa lalu Hans hanya menatap nya dengan senyuman yang seakan akan di paksakan. Lalu Theresa berusaha untuk membuat Hans tegak dan membantunya berjalan ke uks

'Gak usah ke uks. Antar gue pergi dari sini. Kunci mobil gue ada di kantong gue' ucap Hans sambil menahan rasa sakit yang dia rasakan. Theresa diam. Dia tak tau harus berbuat apa. Tapi tubuhnya bergerak sendiri. Merekapun sampai di parkiran dan Theresa mencari kunci di saku celana Hans. Sebenarnya Theresa enggan untuk melakukannya tapi mau gimana lagi. Dengan hati-hati dia merogoh-rogoh kantong Hans. Setelah mendapatkan kuncinya, Theresa menjalankan mobil itu keluar dari area sekolah.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

'Duh, gimana nih. Gue bawa anak orang lagi. Duh aelah bang.. Gue gak mikir panjang lagi. Ke kokas aja dah baru telpon yang lain' ucap Theresa yang ngomong sendiri

'kring.. Kring.. ' suara itu membuat Theresa menatap ke arah samping kirinya. Hans masih tampak tertidur tapi handphone nya berdering di saku celananya. Dengan terpaksa Theresa berusaha untuk menggapainya

Setelah berhasil Theresa pun menatap siapa yang menelpon. Tertera..

'Arkanjing'  ucap Theresa yang membaca nya. Lalu theresa mengangkat telepon itu

'Halo Hans. Elo di mana? ' ucap arka di seberang

'Halo bang, ini bang Hans nya lagi pingsan tapi dia minta pergi dari sekolah'

'Elo di mana? '

'Gue lagi otw ke kokas'

'Gue nyusul elu. '

'eh bang, ajak temen gue dong'

'iye iye bawel elu dah'

'Mak.. '

Tut.. Tut.. Tut.. Telepon pun berakhir

'Baru aje mau di bilang makasih udah gitu aja kelakuan nya' ucap Theresa yang menatap layar handphone Hans. Setelah itu dia menatap ke arah Hans yang masih pingsan.

'Duh, gimana ini' ucap Theresa yang khawatir. Lalu Theresa berjalan masuk ke arah mall untuk pergi membeli kapas, obat merah, plaster dan alkohol untuk membersihkan dan mengobati luka Hans. Beruntungnya, Theresa kembali ke mobil, Hans masih pingsan

'Nih anak tidur atau pingsan sih? ' ucap Theresa yang menatap Hans dengan menyipitkan matanya.

Lalu Theresa menggelengkan kepalanya dan berjongkong untuk membersihkan luka yang ada di wajah Hans

'Jangan di perhatikan amat. Entar elo naksir gue kan jadi susah' Ucap Hans yang sontak membuat Theresa tegak dan terjedut.

'Aduh.. Pala gue '  keluh Theresa yang memegang daerah kepalanya yang terjedut atap mobil itu.

'Makanya jangan serius amat liat kan elo jadi salting gitu ke gue' ucap Hans yang memperhatikan Theresa tengah memegangi kepalanya.

'Ya elu sih! Ngejutin gue. Udah gue jantungan kejedot lagi ah. '  Keluh Theresa 'Untung ganteng lu! '

Hans pun menatapnya dan tertawa. Seketika Theresa memukul mulutnya menandakan bahwa dia sudah salah ucap. Theresa masih saja memegangi kepala tadi. Posisi Hans yang tadinya tidur kini sudah di duduk tegap.

'Gimana? Mendingan gak? ' ucap Theresa yang memberi Hans sebuah minuman mineral. Tampak Hans yang menutup matanya sebentar. Theresa mengerti bahwa Hans masih merasakan pusing. 'Nih minum, ntar beli obat sakit kepala' ucap Theresa yang kembali menyodorkan nya minuman itu. Hans pun akhirnya menerima minuman itu dan meminumnya. Hans meminumnya seakan dia tak pernah minum selama 1 abad. Melihat itu, Theresa menatapnya aneh, takut, dan ngeri, dan seketika Theresa meneguk ludahnya sendiri.

'Kenape lu? Ngeliat gue kayak ngeliat jenglot aje. ' ucah Hans yang melihat Theresa. Theresa hanya menggelengkan kepalanya. 'Gimana kepala lu? ' tanya Hans. 'Ga pap.. ' tiba-tiba Hans menarik tangan nya hingga membuat Theresa langsung mendekati badan nya. Hans pun meraba kepala Theresa. Wajah Theresa sontak langsung memerah. Malu. Itu yang dia rasakan. 'Untung gak benjol ' ucap Hans lalu menatap Theresa. 'Tuh kan, apa gue bilang. Sukak kan elu' ucap Hans. Theresa hanya membuang mukanya. Seandainya aja disini ada kayu mungkin dia akan memukul Hans dengan itu.

'Ada apa nih. ' Ucap Arka dibelakang Theresa yang sedari tadi sudah datang. 'Gue gak mau tau pokoknya ad PJ! ' ucap arka. 'Anj*ng. Mana tas gue? ' tanya Hans dengan kasarnya. ' Noh! Gue juga ga butuh bawain itu. Nyusahin aja jadi orang elu' ucap Arka lalu melempar tas Hans ke arah perut nya. 'Sakit bego' ucap Hans. 'Theresa. Ikut gue' ucap Arka yang lamgsung melangkah pergi. Theresa pun mengikuti arka.

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

  'Elu jadian sama Hans? ' Tanya Arka yang sedang mengintrogasi Theresa. Mendengar itu, Theresa segera melihat ke arahnya dan tertawa. 'Yaelah Ka, Enggak sih, tapi ga tau siapa tau bentar lagi' ujar Theresa yang sambil memainkan langkah kakinya. Mendengar itu Arka hanya mengangguk sambil memperhatikan Theresa. 'Mana temen gue? ' tanya Theresa. 'Ada tuh di mobil gue. Tu anak bawel banget dah'  jawab Arka menggunakan nada kesalnya. 'Emang elu bawa si.. '  Tiba-tiba Ruby keluar dengan muka kesal 'Elu lama banget sih. Katanya sebentar keburu udah lebaran tapir dah' keluh Ruby.  'Kok elu bisa punya kawan kek dia sih? '  tanya Arka kepada Theresa. Theresa hanya tertawa mendengar itu.

Arka, Hans, Ruby dan Theresa pun berpisah. Ruby dan Theresa berencana untuk pergi ke toko buku, sedangkan Arka dan Hans pergi makan. Sedari tadi Arka memperhatikan Hans yang dari tadi senyum senyum tak jelas. 'Elu.. Panas ya? Senyam senyum sendiri. Apa jangan jangan elu naksir sama tu cewek? '  tanya Arka. 'I dont know man. She cute, and kind person. I think im fall in love' ucap Hans sambil membayangkan Theresa yang salah tingkah. Arka hanya menatap nya dengan tatapan tak percaya 'Akhirnya.. Gue pikir elu homo. '  goda Arka yang membuat Hans menatap kesal dan jijik kepadanya. 'Finally man, you fall in love again. But, how about zela? Maybe her come back.'  ucap Arka lagi. Hans hanya terdiam menatap lurus kedepan. 'Maybe this is the best way. Cause, i've waiting her for long time. But her not come back. And i hope she never come back again'  perkataan itu membuat Arka terdiam. Berharap bahwa itu akan terjadi sungguhan.

                                ~~~~~
Ruby dan Theresa pergi ke toko buku, entah mengapa Theresa sudah tampak tak berminat untuk pergi kesana. Jika bertanya kenapa, itu semua karena Ruby. Si anak bawel yang dari tadi tak berhenti mengoceh. 'Udah By~ mending kita makan dulu yok. Capek gue' ucap Theresa yang langsung memasuki sebuah restoran dan duduk lalu mengambil daftar menu. 'Capek ngape lu? ' tanya Ruby. 'Capek dengerin elu! ' ucap Theresa. sinis 'Udah ah cepat mau apa lu? '  tanya Theresa lagi. 'Elu mau bayarin? '  tanya Ruby. 'Kagaklah. Elu bayar sendiri'  ucap Theresa. 'Orang miskinkan gak punya uang, apalagi mau bayarin elu' 

(•ω•)  salam damai~

MindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang