Furlan Black

41 7 1
                                    

TAK perlu jam weker untuk membangunkan Furlan. Ia sudah beranjak dari jam 3 pagi saking semangatnya. Sebelumnya, ia sudah pergi ke kamar Melanie bermaksud membangunkan. Melanie kaget bukan main kalau itu masih jam 2 kurang 45 di pagi hari. Langit pun masih terlihat seperti malam.

Pada akhirnya, Furlan kembali dengan kelesuan. Namun tetap saja. Ia tak mau membuat wanita ia anggap ibu nya sedih terhadapnya.

Matahari sudah hampir terbit di ujung hutan kemerahan. Sinarnya masih belum dapat mencapai dinding rumah Melanie yang ditutupi bayangan-bayangan pepohonan yang tinggi, namun Melanie sudah bangun. Dia turun ke bawah, menyeduh kopi hitam pahit untuk nya, dan sereal untuk Furlan. Melanie menambahkan susu juga madu pada sereal Furlan, menciptakan rasa manis khas yang nikmat.

Jam dinding menunjukkan waktu pukul setengah 6 pagi. Furlan masih tidur. Padahal tadi ia semangat sekali. Melanie tertawa lega mengingat itu. Ia menyeruput kopi nya, setelah itu membawa sereal dengan nampan ke kamar Furlan.

"Furlan?" Melanie mengetuk pintu, lalu masuk ke dalam.

"Bangun labu kecil,"

"Mmh," gerutu Furlan. Tubuh nya menggeliat di bawah selimut.

Melanie menaruh nampan itu di meja dekat tempat tidur Furlan, kemudian mengguncang pelan tempat tidur Furlan.

"Furlan, bangun," Melanie berbisik tetapi suaranya agak keras.

Furlan masih memejamkan mata. Alis matanya turun tanda ia mulai terbangun.

"Furlan? Ayo. Furlan? FURLAN BANGUN ATAU KITA AKAN TERLAMBAT!!"

Furlan berteriak dan punggungnya naik hingga tak menyentuh bantal. Adrenalin nya menaik, mata nya terbelalak, gigi-gigi bergertak kaget bukan main.

"Apa itu tadi?" Gumam Furlan masih dengan jantung berdebar, bingung siapa tadi yang berteriak.

"Kau sudah bangun?" Sapa Melanie lembut. Ia berdehem sambil mengambil mangkuk berisi sereal lalu menyodorkannya pada Furlan.

Furlan, yang masih dengan air liur tipis pada bibirnya, juga rambut kehijauan yang berantakan, menerima mangkuk yang diberikan Melanie padanya.

"Te.. terima kasih.." Furlan menelan ludah nya.

"Ya. Furlan? Bersiaplah untuk ke kantor walikota hari ini. Mandi setelah itu berpakaian yang rapi, dan langsung turun ke bawah. Mengerti?" Perintah Melanie. Ia berjalan mendekati pintu.

Furlan mengangguk.

"Baiklah kutunggu kau di bawah," ujar Melanie diikuti dengan suara pintu tertutup.

Dari luar, Melanie dapat mendengar Furlan yang berteriak senang. Melanie tertawa kembali.

"Anak ini. Tak pernah bisa berhenti membuatku tertawa," bisik Melanie geli.

"Haahh," helaan nafas keluar keras dari tenggorokan Melanie.

"Seandainya kalian disini, Dark, Ted," Melanie berlalu pergi.

Kira-kira pukul 8 tepat di pagi hari, Furlan turun dari kamarnya. Walaupun sudah jam segitu, matahari masih tak dapat menyentuh dasar hutan yang berwarna kuning kemerahan indah.

Furlan memutuskan untuk pergi ke luar mencari Melanie, karena sepertinya wanita itu tidak ada di dalam rumah.

Benar perasaan Furlan.

Melanie berada di luar, di dekat kebun semak belukar oranye, sedang mengangkati labu-labu raksasa.

"ah kau sudah siap ya Furlan?" Tanya Melanie. Ia melepas sarung tangan besar bewarna kecoklatan dari tangannya lalu melemparkannya ke rumput teras.

ENSLAVEMENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang