Mulai bersalju.
Pohon berdaun jingga, kekuningan, kemerahan sudah berhenti menggugurkan daunnya, dan daun yang semula bewarna indah berserakan di tanah mulai berubah warna menjadi kecoklatan yang akhirnya menyatu dengan tanah.
Awan tak lagi memeras air hujan. Berganti dengan kristal-kristal bening tak kasat mata yang saling menyatu menjadi gumpalan es.
Salju.
Musim telah berganti. Menjadi musim dingin. Musim gugur telah beranjak pergi. Dan kedatangannya berjarak satu tahun ke depan.
Entah mengapa, semenjak angin barat telah bertiup, Melanie menjadi sangat paranoid. Seluruh pintu dan jendela dikunci rapat. Dan Furlan tidak diperbolehkan keluar rumah. Mungkin itu mengapa, satu bulan terakhir ini, Melanie banyak membeli persediaan makanan minuman.
Furlan tentu bingung. Mengapa Melanie berubah menjadi pengekang. Wanita itu pernah memarahinya karena ia menemukan Furlan di luar menyapu daun-daun jingga yang berserakan di atas tanah.
Semenjak salju turun pertama kali juga, Melanie sering menelepon seseorang. Melanie menjadi begitu khawatir.
"Ada apa ma?" Furlan memberanikan diri bertanya pada Melanie pada suatu sore di musim dingin ini. Melanie saat itu sedang duduk di sofa menelepon seseorang tetapi belum dijawab. Wajah imut dengan kedua mata bulat cukup membuat Melanie luluh dan menaruh telepon seperti hologram nya.
"Oh, apakah aku membuat mu bosan, Furlan kecil? Maaf ya," Melanie menarik Furlan ke dalam pangkuannya.
"Mengapa pintu dikunci?"
Melanie tertegun.
Furlan benar. Dia terlalu takut.
"Aduh, pasti aku lagi-lagi memarahi mu ya? Maafkan aku Furlan," Melanie menampar keningnya yang diikuti dengan erangan bersalah hampir menangis Furlan yang kaget melihat Melanie menyakiti dirinya sendiri dengan sepele.
"Mungkin, hari ini aku harus membayar hutang ku padamu," Melanie mendesah, beberapa menit kemudian setelah kekacauan.
"Hutang?"
"Jadi begini."
Melanie mendesah. Dia tak tahu harus mulai dari mana.
"Aku menemukan mu di River Bass. Tidak akan ada di peta jika kau berniat mencari. Tapi yang pasti, danau itu adalah tempat yang membatasi kota dengan hutan dalam. Disanalah banyak reapers berada. Aku juga tak tahu pasti mengapa mereka sudah sedekat itu, tapi yang pasti, dari tempat mereka berasal, mereka akan bergerak setiap tahunnya di musim dingin!"
Furlan terkesiap.
"Ini sudah sekian ratus musim dingin semenjak tahun gelap.. dan mereka terus bergerak setiap musim dingin setiap waktu, dan sekarang, mereka sudah sampai disini.." Melanie berubah muram. Wajahnya tak berseri lagi. Wajahnya menoleh ke arah jendela kaca persegi panjang yang belum ditutup tirai.
Langit bewarna biru tua. Sinar matahari hanya terlihat sebelit, dan langit tidak dihiasi bintang. Malam ini mungkin tidak ditemani oleh bintang.
"Kita harus pindah," Melanie kembali kepada Furlan yang kebingungan.
"Reaper?"
Furlan tertegun. Dia familiar dengan kata itu. Tetapi ia tak tahu pasti bagaimana bentuknya.
Baru saja otaknya mulai bekerja, ada suatu suara yang membuat berdua Melanie dan Furlan terkejut.
Suara itu datang dari dapur, tempat terbelakang di rumah. Furlan reflek turun dari pangkuan Melanie, juga Melanie berjalan waspada ke arah dapur."Tetaplah disana," bisik Melanie. Dia mengambil pisau dapur dari tempat pisau dekat wastafel, kemudian kembali mendekati pintu.
Pintu dapur. Pintu belakang yang mengarah keluar sana. Mengarah ke hutan bersalju yang gelap. Dari jendela yang belum tertutup tirai itulah Furlan dapat melihat kalau diluar mendadak sedang badai salju.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENSLAVEMENT
Science Fiction⛔️ HIATUS | Under Construction To punish and to enslave.. Dunia sudah lama menghilang. Kini tinggal sisa-sisanya.. yang memohon mendatangkan bantuan dan pahlawan... WE ZJIN ROYALTY