Prolog 2

54.9K 7.2K 72
                                    


"Siapa perempuan yang kamu sebut-sebut dalam igauanmu tadi, sayang?"

***

Ayas membasuh wajahnya dengan air dingin berkali-kali, berharap air berbau karbol khas rumah sakit ini mampu menenangkan pikirannya. Ditatapnya wajah yang muncul di cermin. Wajah yang kusut dengan kantong mata tebal akibat nyaris 48 jam tidak tidur. Dia mulai berpikir tentang sebuah artikel yang mengatakan bahwa orang bisa hidup tanpa makan dan minum selama tiga hari. Tapi tanpa tidur, dia pasti mati. 

Setelah memastikan penampilannya lebih manusiawi, Ayas keluar dari toilet. Koridor rumah sakit itu tidak sepi meskipun sudah menjelang pukul 3 pagi. Beberapa orang menggelar tikar di koridor untuk beristirahat. Ayas masuk ke ruang rawat kelas dua. Dalam ruangan itu terdapat dua buah tempat tidur pasien, yang masing-masing dipisahkan oleh triplek dan kelambu, dan kesemuanya terisi.

Ayas langsung menuju ruangan yang paling ujung tempat Nara berbaring. Posisinya masih sama persis dengan ketika Ayas meninggalkannya untuk cuci muka. Nara masih tertidur gelisah, meski sudah tidak separah beberapa jam yang lalu. Suhu tubuhnya sudah berkurang dan keringat dinginnya sudah mereda. Beberapa jam yang lalu, panas tubuh Nara sangat tinggi hingga membuat pria itu mengigau tidak sadar. Karena panik, Ayas langsung memanggil perawat. Tapi mereka mengatakan bahwa itu hal biasa bagi penderita tifus dan demam berdarah. Kondisinya akan memburuk di malam hari, dan akan membaik di siang hari.

Ayas duduk di kursi di samping ranjang, menopangkan dagu di pinggir ranjang pasien, menatap wajah kekasihnya yang tertidur. Sesekali tangannya terulur untuk mengusap titik keringat di dahi Nara. Siang tadi, Nara nyaris membuat jantungnya meledak karena pria itu tiba-tiba pingsan di kamar mandi apartemennya. Hasil lab rumah sakit keluar sore tadi, menyatakan bahwa Nara terkena tifus dan demam berdarah sekaligus.

Namun bukan hanya itu masalahnya. Beberapa jam yang lalu, Nara juga membuat jantungnya nyaris berhenti. Karena dalam kondisi tak sadar, dalam igauannya yang tak jelas, pria itu menyebut-nyebut sesuatu yang tak seharusnya dia sebut.

Ayas menghela napas panjang. Tangannya meraih tangan Nara yang hangat. Pria ini sudah bersamanya selama hampir lima tahun. Ayas selalu yakin bahwa Nara adalah orang yang akan menjadi partner hidupnya sampai dipisahkan oleh maut. Namun malam ini, setitik keraguan menyeruak.

Ditatapnya sosok yang dia pikir tidak punya cela itu. Ribuan pertanyaan bergumpal di dadanya. Tanpa sadar, Ayas bergumam.

"Siapa perempuan yang kamu sebut-sebut dalam igauanmu tadi, sayang?"

***

Save Our Story - Pindah KaryakarsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang