Seven Colors #3

2 0 0
                                    

Semalaman kemarin Ruika merasa sulit tidur sampai-sampai ia pun melakukan hal-hal yang tidak biasa dilakukan. Mencuci piring, membersihkan karpet, bahkan tak segan mengeluarkan semua koleksi sepatunya, membersihkannya satu persatu. Tujuannya agar dirinya bisa tidur karena kelelahan, tapi nyatanya matanya tetap tidak bisa terpejam. Semuanya gara-gara semalam, saat Ruika pulang dengan Taksi ke apartemen milik Shoki, ia melihat Shoki dan Akane, bukan hanya mengobrol, keduanya sedang berpelukan. Ruika tidak tau apa yang terjadi saat itu, tapi karena terlalu marah ia kemudian kembali mencari taksi dan melarikan diri ke apartemennya sendiri.

Padahal habis minum-minum tapi otaknya menolak lelah karena terus-terusan memikirkan kemungkinan apa yang terjadi antara Shoki dan Akane membuat kepalanya sakit tapi sama sekali tidak bisa diajak kompromi untuk beristirahat.

Jawaban Shoki selalu klasik jika menyangkut Akane, "Dia itu seperti adikku sendiri, Ruika, aku dan Akane dari panti asuhan yang sama, sejak kecil aku sudah bersumpah untuk menjaganya seperti adikku sendiri!" dulu, Ruika sempat marah besar karena Shoki pernah membiarkan Akane tinggal sementara di apartemennya, sejak saat itu Akane keluar dari apartemen Shoki tapi ternyata kemarin Ruika diberi tahu kalau Akane diterima sebagai guru baru di TK Himawari. Benar-benar, gadis itu tidak bisa membiarkan hidupnya tenang sedikit saja.

Jam di tengah ruangan itu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, Ruika memutuskan untuk mandi, mungkin bisa membuatnya sedikit tenang dan bisa tidur pada akhirnya, untunglah sekarang hari sabtu dan dia tidak perlu ke Kantor. Baru saja ia beranjak dari sofa, pintu apartemennya terbuka dan Shoki masuk ke dalam.

"Tadaima, Ruika?!" ya, Shoki memang memegang kunci serep apartemen ini, pasti Shoki mencarinya karena semalam ia sama sekali tidak mengangkat telepon dari pria itu.

Karena panik Ruika bermaksud lari ke kamarnya namun baru dua langkah ia pun terjembab karena kakinya terantuk ujung meja ruang TV nya, "AWW!!"

Ruika melihat Shoki berlari ke arahnya, "RUIKA!! Kau baik-baik saja?!" serunya panik.

"Tentu saja gak! Aduuhh, kakiku," Ruika mengerenyitkan dahinya, rasa sakit menjalar di daerah tulang keringnya dan rasanya lengannya pun memar. Tidak ambil pusing Shoki mengangkat tubuh Ruika seperti seorang putri dan membawanya ke kamar.

"Ngapain lari-lari dalam rumah, sih?" Shoki mengomel sambil menggulung celana training yang digunakan oleh Ruika, memeriksa kaki Ruika, "Tuh kan memar! Sebentar aku ambil kompres dulu," Shoki membuka jaketnya, lalu beberapa menit kemudian kembali dengan kompresan untuk kaki Ruika, "Lenganmu juga memar?"

Shoki menarik tangan Ruika, memeriksanya juga, "Sedikit, ya?" tanya Ruika, Shoki mengangguk, "Huft~ aku kesal sama Shoki-kun!!" Ruika merebahkan tubuhnya, menutup matanya dengan lengannya, berharap air mata tidak akan jatuh sekarang saat hatinya sakit tapi dengan semua perhatian Shoki dengan mudah ia akan memaafkan pria itu.

"Ada apa sih? Hmm? Kau tidak mengangkat telepon dan tidak mengabarkan kalau akan pulang ke sini?" Shoki menarik lengan Ruika, menatap gadis itu yang jelas-jelas sedang ngambek, "Ruika, jelaskan padaku, ingat kan... aku..."

"Bukan cenayang!" sambung Ruika, "Iya iya aku mengerti," Ruika menatap mata Shoki yang benar-benar terlihat khawatir, "Semalam... Akane-chan ada di apartemenmu?"

"Astaga! Kau melihatku memeluknya?"

Dan saat Shoki mengatakannya entah kenapa air mata yang sudah susah payah ia tahan sejak semalam kini mengalir, "Gomen!! Aku benar-benar minta maaf Ruika, tapi itu karena Akane-chan terus menangis, aku tidak bisa membiarkannya begitu,"

Shoki bercerita bahwa semalam Akane kembali bermasalah dengan penagih hutangnya, karena jumlahnya belum pas untuk membayar bulan ini, debt collector itu menaikkan harga bunganya, Akane tentu saja menolak dan membayar dulu sebagian tapi karena peraturannya tidak boleh kurang, Akane pun sempat dianiaya oleh pihak penagih, beruntung gadis itu berhasil kabur dan satu-satunya tempat yang bisa ia datangi adalah tempat Shoki, karena tidak mungkin pulang ke Share House dalam keadaan tertekan begitu.

[Multichapter] Seven ColorsWhere stories live. Discover now