Kaede membuka matanya, sinar matahari sudah menerobos masuk ke sela-sela jendela kamarnya, ia meregangkan ototnya, sedikit lega karena hari ini masih minggu itu artinya dia masih punya sehari untuk liburan.
"ASTAGA!!" teriak Kaede, ia menjauh dari kasurnya sendiri ketika melihat wajah Sanada tepat berada di sebelahnya.
Ah iya.
Sanada Yuma ini semalam menginap di apartemennya karena bersikeras mengantarnya pulang padahal dirinya sudah berbaik hati mau mengantar Sanada sampai ke rumah, lalu mereka menyadari bahwa jam sudah menunjukkan pukul satu pagi dan Sanada sudah tidak sanggup menyetir balik ke rumahnya, entah alasannya saja, Kaede tak tau lalu mereka berakhir di satu ranjang. Tidak mereka tidak melakukan apapun kecuali tidur, dan uhuk, Sanada memeluknya, itu saja.
Tampaknya keributan yang dibuat Kaede tidak mengganggu pria itu karena dilihatnya napas Sanada yang masih teratur, wajahnya pun masih sama sejak tadi, terlihat tenang dan tanpa beban.
"Aku menyukaimu Kaede, dan kali ini aku tidak main-main," wajah Kaede terasa panas sekarang mengingat apa yang dikatakan oknum yang kini tertidur dengan pulas di ranjang miliknya, "Bukan karena kasian, aku hanya menyadari sepenuhnya bahwa memang dirimu yang kuinginkan!" nada tegas itu meluncur tanpa jeda dan tanpa terdengar ragu sama sekali.
Tentu saja saat itu Kaede hanya bisa mematung, menatap Sanada dan wajah seriusnya, bertanya pada hatinya sendiri, bisakah dia mempercayai cinta seperti Sanada mempercayainya? Sanada adalah pria pintar, menyenangkan, bahkan dapat dipercaya, apalagi sih yang Kaede pikirkan? Tentu saja tidak semudah itu karena Kaede punya trauma soal cinta, sulit sekali baginya menerima seseorang dalam hidupnya. Pernikahan sudah merenggut kebahagiaan orang-orang disekitarnya, apa yang bisa dijanjikan oleh sebuah kata suka atau cinta? Toh Kaede hidup sendirian selama ini dan dia baik-baik saja.
"Ohayou, wajahku tampan ya? Kau menatapku sampai bengong gitu," goda Sanada, sukses membuat Kaede mundur dan benar-benar jatuh dari ranjang.
BRAK!
Sanada segera menghampiri Kaede, terkekeh melihat wanita itu misuh-misuh karena tangannya terantuk meja samping ranjangnya, "Sanada bodoh!" hardik Kaede, tidak benar-benar mengumpat, dia hanya kesal melihat wajah pria itu penuh kemenangan, seakan menangkap basah dirinya sedang memerhatikan Sanada, padahal Kaede kan hanya sedang melamun. Tangan Sanada terulur untuk membantu Kaede bangun, yang akhirnya diterima oleh Kaede walaupun masih setengah dongkol karena Sanada masih saja tersenyum konyol dihadapannya.
"Arigatou."
"Kita pergi sarapan?" tanya Sanada, meregangkang tangannya ke atas lalu dengan gerakan lambat memeluk Kaede, "Hmm?"
Kaede mendorong tubuh Sanada menjauh darinya, hatinya dag dig dug tak karuan, "Uhmm.. aku bikin pancake saja, tunggu sebentar!" ucapnya dan berlalu dari hadapan Sanada.
"Ini ideal bukan?" Sanada duduk di meja makan sementara Kaede sedang sibuk dengan adonannya, "Aku, kamu..." Sanada berhenti lalu mengulangnya, "Kita, pagi hari, pancake," katanya lalu tersenyum, "aku mau melakukan ini setiap hari seumur hidupku."
"Apa?!" Kaede merasa beruntung dirinya kini memunggungi Sanada, wajahnya sudah merona merah ia bisa merasakan pipinya memanas.
"Bersamamu seumur hidupku," Sanada mengatakannya dengan santai, seakan itu bukanlah pernyataan yang luar biasa.
Untuk beberapa menit setelahnya Kaede membereskan pancake nya lalu mengambilkan kopi untuk Sanada dan teh untuk dirinya, menyodorkan pancake dengan topping buah-buahan dihadapan Sanada.
YOU ARE READING
[Multichapter] Seven Colors
FanfictionSeven Colors By. Dinchan Multichapter Genre : Romance, Friendship, Family, Drama Rating : PG-13 Starring : Yasui Kentaro, Nagatsuma Reo, Abe Aran, Sanada Yuma, Morohoshi Shoki, Hagiya Keigo, Morita Myuto (Love-Tune); Yasutaka Ruika, Kirie Hazuki, Y...