"Dunia tidak akan pernah berubah hanya jika kau menatapnya terus menerus."
Kalimat tajam yang terdengar dari semburan suara merdu itu sukses menepik lamunan Alisya. Sedaritadi, dia hanya diam. Bersidekap sambil melipat kedua tangannya didada. Apa yang ada dipikirannya saat ini, tidak ada yang bisa menebaknya. Bahkan Adelia sendiri yang sedang berjalan kearahnya pun tidak bisa. Menembus pikiran kakaknya, dia anggap sama saja dengan menembus suatu lorong yang tak berpenghuni ribuan tahun. Dingin dan juga gelap.
"Kau datang...lagi?" Alisya melirik adiknya sekilas. Lalu kembali menatap jauh melalui jendela tempered glass yang membalut dinding ruang kerjanya. Tidak tertarik dengan seorang gadis manis yang baginya selalu mengganggu hidupnya yang sunyi ini.
"Lonely girl!" Adelia menyenggol lengan Alisya dengan bahunya. Terkikik geli karna berhasil membuat sang kakak mendecih taknsuka. Sebutan itu lagi. Memang seberapa menyedihkannya hidup Alisya?
"Pulanglah!" Usir Alisya dengan nada malas. Baginya percuma. Toh, lagi-lagi adiknya itu selalu menggeleng dan dengan tidak pakai otaknya duduk diatas meja kerja Alisya yang selalu tertata rapi.
"Dimana yang lainnya?" Tanya Adelia mengayunkan kakinya dari atas meja, menatap sekeliling yang biasa dipenuhi oleh rombongan pria tampan yang selalu mengelilingi kakaknya untuk bertugas.
"Kalau yang kau tanyakan hanyalah Romeo, maka jawabannya adalah, dia sedang makan siang...dengan kekasihnya"Sahut Alisya panjang tanpa mengalihkan pandangannya pada sang adik. Tidak menarik. Apalagi sampai melihat wajah Adelia yang cemberut saat ini. Cemburu mendengar ucapan Alisya yang mengatakan pria yang ingin ia temui sedang pergi berkencan. Meskipun makan siang, tetap saja namanya berkencan.
"Sial!" Rutuk Adelia sukses memancing delikan tajam dari sang kakak.
"Berhenti menyebut kekasihnya dengan sialan!" Tegur Alisya tajam. "Setidaknya dia tidak merebut Romeo dari siapapun."
"Dan kau selalu sensitive dengan masalah itu, kan?" Sindir Adelia turun dari atas meja kerja Alisya dengan cara melompat. Memperbaiki sedikit tatanan rok-nya sebelum akhirnya bersidekap mendekati sang kakak.
"Tidak semua orang yang tidak merebut itu baik."
"Maksudmu?"
Alih-alih menjawab, Adelia justru meraih tasnya yang tadi sempat ia letakkan diatas meja lebar ditengah ruangan. Lalu beranjak kearah pintu keluar sebelum akhirnya berbalik dengan senyuman khasnya yang dulu.
Penuh misteri.
"Ngomong-ngomong, ini sudah sepuluh tahun, ya?"
***
"Nona manis, bisa tidak kalau bicara lebih sopan dengan orang yang lebih tua?"
"Tentu saja bisa, Orangtua!"
"Bukan begitu! Maksudku--"
"Diam! Selama Papaku yang mempunyai perusahaan ini, siapapun tidak berhak mengaturku!"
"Dasar gadis sombong!"
"Dijodohkan?!" Pekik Alisya tak percaya. Jadi, dia diminta pulang cepat untuk alasan ini? Dia bahkan hampir tersedak mendengar niat baik dari Mama dan Papa tercintanya.
"Iya. Mama dan Tante Dara sudah mencarikan pria baik yang mungkin akan cocok untukmu, Alisya. Jadi, Mama harap kau mau menerima niat baik ini dengan bertemu dengannya" Ucap Dira, sang Mama dengan gayanya yang polos."Kau setuju, kan?"
"Memangnya, kalau aku menolak, apa yang akan Mama lakukan?" Tanya Alisya menantang. Dia kesal jika harus terus menerus diteror seperti ini. Usianya memang sudah menginjak kepala tiga. Tapi, bukan berati karna usia, dia harus cepat-cepat menikah, kan? Itu bukan gayanya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Alisya Dan Revano (Tersedia di PlayStore!)
RomanceJudul awal : One More Time. Cerita lengkap sudah bisa didapatkan di PlayStore.... ヾ(^-^)ノ "Jika aku tidak bisa menyembuhkan lukamu, biar waktu yang melakukannya. Dan selama matahari masih membiarkan langit dan lautan masih berwarna biru, selama itu...