Suasana riuh di bandara siang ini sama sekali tidak mempengaruhi semangat ketiga orang yang baru saja tiba di tanah air-nya beberapa menit yang lalu. Tepatnya hanya dua. Karena Robin, terlihat sudah mengeluarkan segala bentuk keluhannya dari mulut, mengenai cuaca panas yang langsung menyambutnya begitu mereka keluar dari parkiran bandara.
"Beberapa kali kemari, kenapa udara disini masih saja panas, ya?" Gerutu Robin duduk disisi supir yang sudah disediakan oleh Robin, sebelum mereka memutuskan untuk datang ke Indonesia beberapa hari yang lalu.
Revano hanya terkekeh. Lalu melirik gadis kecil berkepang dua yang tengah menatap jalanan kota dengan antusias dari balik jendela mobil.
"Tapi, tampaknya Regina suka." Ucap Revano yang langsung mendapat sambutan dari gadis berusia sepuluh tahun tersebut.
"Ya, Daddy! Aku suka!" Seru gadis kecil tersebut, lalu melongokkan wajahnya kedepan. Disisi antara Robin dan supir yang akan membawa mereka ke tempat tinggal mereka yang baru.
"Kenapa uncle tidak pernah mengajakku kemari?" Tanya Regina polos menatap Robin yang wajahnya saja sudah bertekuk entah berapa bagian.
"Disini panas, Sweety! Kulitmu bisa hitam nanti." Kilahnya menoleh sedikit.
"Tidak apa! Aku malah suka! Setidaknya, orang tidak akan menyebutku albino lagi!" Ujar Regina melihat kulitnya yang putih dan pucat. Lebih putih dari kondisi kulit manusia pada umumnya. Dan itu membuat dia selalu merasa kurang nyaman. Apalagi ucapan orang yang sering mengatainya aneh. Dia tidak suka.
"Memangnya kenapa? Kau cantik." Robin mengernyit. Melirik Revano yang hanya diam saja menatap Regina, sebelum membuang pandangannya kearah lain. "Kau cantik... seperti Mommy-mu"
Lagi-lagi Robin mencoba menggali sikap Revano. Saat ini pikiran pria itu pasti sudah penuh. Apalagi sekarang mereka sudah tiba di tanah dimana kenangan Revano tertanam kurang dari sepuluh tahun ini. Menjadikan pria itu menjadi sosok pengecut yang bahkan baru beberapa minggu yang lalu baru berani menginjakkan kakinya lagi di tanah itu. Itupun, karena kerinduannya terhadap seseorang yang sudah tidak bisa ia bendung lagi. Kalau tidak, Robin yakin kalau sampai detik ini Revano pasti masih mendekamkan diri di negara lain.
"Tidak! Aku mirip dengan Daddy!" Seru Regina menyadarkan Robin. Seruan gadis kecil yang sudah ia anggap seperti keponakannya sendiri itu terdengar manis. Polos, dan sangat gembira. Dia senang jika sudah menyangkutkan kemiripannya dengan Revano. Daddy-nya.
Robin membalasnya dengan tersenyum. Lalu mengangguk serta mengacak pelan rambut Regina gemas. "Iya. Kau mirip dengan Daddy-mu! Mata kalian sama! Biru!"
Deretan gigi kelinci Regina terlihat sempurna. Sangat lebar, namun tidak menyeramkan. Robin bahkan ingin sekali memeluk dan mencium keponakan cerianya itu agar terus tersenyum. Karena ia tau, dibalik senyum Regina, ada hati Revano yang akan merasa bahagia. Setidaknya, pengorbanan pria itu tidak akan terlihat seperti angin berlalu.
"Kapan kita akan kembali ke kantor?" Tanya Revano setelah beberapa saat berdiam diri. Sibuk dengan dunia dan khayalannya sendiri. Bahkan saat dia bertanya pun, pandangannya tidak pernah lepas dari deretan alam yang menyapanya diluar jendela mobil.
"Sekarang." Jawaban Robin sukses membuat pandangan Revano teralihkan.
"Sekarang?" Kedua alis Revano bertaut. Melihat kearah jam yang ada dipergelangan tangannya sejenak, lalu melirik kearah putri kecilnya yang tengah menatapnya dengan sorot mata biasa.
"Iya. Sekarang!" Sahut Robin yakin. "Kita akan mengantar Regina terlebih dahulu. Disana, sudah ada orang yang akan menjaganya dengan baik."
Pandangan Robin dan Revano sama-sama jatuh pada Regina. Mungkin, yang dikhawatirkan Revano saat ini bukanlah kondisi putrinya nanti. Karena bagaimana pun, dia cukup percaya pada Robin untuk urusan mencari pengasuh untuk Regina. Dia tidak akan cemas akan hal itu. Tapi, masalahnya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Alisya Dan Revano (Tersedia di PlayStore!)
RomanceJudul awal : One More Time. Cerita lengkap sudah bisa didapatkan di PlayStore.... ヾ(^-^)ノ "Jika aku tidak bisa menyembuhkan lukamu, biar waktu yang melakukannya. Dan selama matahari masih membiarkan langit dan lautan masih berwarna biru, selama itu...