III. Challenger Comes

35 10 1
                                    

Jangan lupa vote n' comment!

~happy reading~

Hari yang membosankan bagi Bella, hari dimana banyak guru tidak masuk dan hanya memberikan tugas tak masuk akal. Terlebih lagi hari ini tidak ada matpel yang di ulangankan.

"huh! Menyebalkan" dengus Bella untuk ke sekian kalinya.

Diperhatikannya semua siswa di kelas. Ya, sangat mudah memerhatikan seisi kelas, karena letak bangku gadis itu berada di paling belakang. Siswa dan siswi kelas 9.1 benar benar serius mengerjakan tugas yang diberikan.

"Bodoh! untuk apa cape cape merangkum materi? kan kita bisa meminjam buku paketnya di perpus, bahkan kita bisa men-download file PDFnya di hp masing masing, atau bisa juga mem-fotonya. Tinggal nanti bacabaca di rumah. Halloo.... Ini bukan zaman prasejarah, sekarang kan teknologi udah maju, kenapa otak mereka masih kuno? ish!" Bantin Bella memberontak seraya memperhatikan betapa tekunnya teman teman sekelasnya itu menulis setiap kata yang ada di buku paket.

"Benar benar tugas yang tak masuk akal!" Jengah Bella yang akhirnya bangkit sembari meregangkan tubuhku malas.

Gadis jangkung itu sudah muak. Bukannya ia menyombongkan diri dengan menganggap semua orang bodoh, karena faktanya ada murid yang lebih pintar darinya. Hanya orang itu seorang yang Bella akui kepintarannya, bahkan Bella mengaku terlalu mustahil untuk melampauinya.

Sulit dipercaya memang, karena orang itu adalah gadis yang memiliki gangguan pertumbuhan sehingga tubuhnya tampak seperti bocah 7th. Tapi jangan tertipu dengan fisiknya, kenyataannya orang itu lebih pintar dari pada Einstein.

"Hai Dona!" Sapa Bella tanpa ragu langsung duduk di sebelahnya. Tanpa menghiraukan, Dona memilih fokus membaca buku komik di tangannya.

"Hey, aku bosan, kamu punya ide?" rengek Bella sembari menyenggol tubuh mungil Dona.

Namun Dona bergeming seakan keberadaan Bella hanya hembusan angin belaka.

Dona memang jarang sekali berbicara. Ia hanya buka suara seperlunya saja. Terkadang Bella merasa horror sendiri bila sedang berduaan dengannya.

Menyerah, akhirnya Bella biarkan kepalanya tergeletak di atas meja, dengan wajah menyedihkan ia metatap Dona yang sedang serius membaca.

Tok, tok, tok

seseorang mengetuk pintu kelas.

Mendengar itu Bella langsung mengangkat kepala semangat. Seakan energinga terisi penuh kembali tatkala melihat bu Mia berdiri di ambang pintu.

"Akhirnya.... Ada guru! meski guru killer sih" batin Bella bersorak riang.

Bu Mia berjalan masuk ke dalam kelas dan duduk di meja guru. Matanya beredar ke penjuru kelas yang menjadi sangat hening.

"banyak sekali guru yang tidak hadir" gumam bu Mia sembari memeriksa agenda kelas. Ya, bu Mia adalah wali kelas 9.1.

Ia meletakkan kembali agendanya.
"kita kedatangan murid baru" ucapnya praktis.

Seketika kelas pun berubah jadi pasar dadakan. Suara bisik bisik terdengar dari berbagai arah, menggema menciptakan keramaian bias.

"silahkan masuk!" Suruh bu Mia pada seseorang yang sedari tadi berdiri di balik pintu.

Dia datang, murid baru itu perlahan berjalan ke depan kelas. Satu hal yang terpancar dari gadis yang tengah berdiri menghadap murid murid adalah aura seorang siswi teladan, lengkap dengan penampilan kelewat rapi dan senyuman manis menghiasi wajahnya.

Meski begitu, Bella menangkap sebuah kejanggalan dari gadis itu. Mungkin karena jarang sekali ada seorang siswi SMP kelas 9 berambut putih seputih kapas, dan mata semerah delima.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 24, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

cheatersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang